23 - Jalan Yang Berbeda

500 32 59
                                    

Tujuanmu adalah Utara, sedangkan aku ingin menarikmu ke selatan, seperti aku ingin ke barat tapi, kamu selalu mengajakku ke timur. Hubungan kita seperti simpul mati dalam Pramuka, saling menjerat, mengikat dan tak memberi ruang untuk bergerak, pada akhirnya kita akan terikat di tengah, terpaksa menjalani apa yang kita anggap kebiasaan dan tak pernah menuju Utara, selatan, barat ataupun timur.

"Are you ready?" Suara Kallandra yang mengejutkan membuat Nay sedang mengetik di tab-nya segera menyimpan benda itu dan mematikannya.

Nay tersenyum."i'm ready."

"Kenapa kamu memilih rawat jalan daripada rawat inap? Seharusnya kamu istirahat lebih lama di rumah sakit." Tanya Kallandra.

"Aku rasa dua hari di rumah sakit itu cukup!" Nay tersenyum.

Kallandra mengangguk paham."baiklah! Kita pulang sekarang," membantu gadis itu turun dari brangkar.

Nay melihat tangan Kallandra yang lebam, seingatnya tangan Kentara dan Mario juga di perban."apa ini sakit?" Mengusap tangan pria itu.

"Bukan masalah besar, Nay! Aku dan yang lain sudah terbiasa memukul pintu seperti kemarin." Sahut Kallandra malas.

"Aku juga lihat tangan Mario dan Kentara di perban. Bukan masalah besar gimana?" Protes Nay.

"Pria dewasa itu sudah terbiasa luka fisiknya!" Sahut pria itu.

Nay memutar bola matanya malas."bahkan wanita terbiasa dengan luka hatinya!" Memasang wajah sebal.

"Aku tidak akan membiarkan itu terjadi lagi padamu, ok?" Kallandra mencubit gemas hidung gadis itu.

Nay tersenyum."sungguh?"

"Ya, itu janjiku." Kallandra mengecup kepala gadis itu dengan sayang.

"Aku benar-benar punya kakak yang melindungiku sekarang." Memeluk pria itu sebagaimana seorang adik yang memeluk kakaknya.

Kallandra tersenyum kecut mendengarnya."oh ya, kamu bilang ingin menceritakan sesuatu, apa itu?" Merangkul gadis itu.

Nay tersenyum memegang liontin gembok yang Arthur berikan padanya."Arthur mengajakku berkencan."

"Apa?" Kallandra tentu saja kaget mendengarnya."astaga, Nay! Arthur itu si nomor satu dalam menakhlukan wanita, aku gak mau kamu jadi korbannya meskipun dia sahabat aku tapi, aku gak setuju kamu kencan sama dia! Jangankan kencan mendekati kamu aja gak boleh, haram!" Kesal pria itu emosi.

Gadis itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal."lha, kamu nomor duanya dalam menaklukkan wanita berarti kalian sama aja!"

"Aku udah berubah, Nay!" Tegas Kallandra memegang kedua pipi gadis itu.

Bunyi pintu terbuka membuat pria itu mundur beberapa langkah dari gadis itu.

"Papa sudah menyelesaikan administrasi nya. Kamu diizinkan pulang siang ini tapi, apa kamu yakin akan tinggal di apartemen saja daripada dirumah sementara orang itu masih berkeliaran bebas di luar sana?" Iqbal bernada khawatir.

Nay mengangguk."aku yakin, lagipula aku baik-baik aja, Pa dan aku akan lebih berhati-hati lagi." Mengemasi barang-barang nya.

"Kamu tidak perlu ke kantor untuk satu Minggu ke depan. Pekerjaan bisa di alihkan selama kamu pemulihan, gunakan waktu dengan istirahat yang cukup." Tegas Iqbal.

"Aku akan turuti semuanya, ada lagi?" Tanya Nay menoleh.

Iqbal semakin terasa jauh menggapai putrinya kembali sejak perdebatan mereka beberapa waktu yang lalu karena Iqbal melarang Kentara mendekati putri sulungnya membuat Nay kecewa dan merasa tidak di dukung.

My Ice Prince & Fire HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang