07 - Semangat Baru

812 38 6
                                    

Sebelumnya...

Gadis berambut cokelat kemerahan sebahu itu keheranan memasuki rumahnya yang ramai sekali orang-orang yang tak dikenalnya bahkan dengan berani menempelkan kertas di depan pintu rumahnya.

"Pa, Ma, ada apa ini? Kenapa barang-barang kita dikeluarkan sama orang gak jelas?" Tanya Nay keheranan menghampiri kedua orang tuanya.

"Rumah kita disita, sayang. Kamu kemasi barang-barang kamu ya, waktu kita hanya tiga jam untuk mengosongkan rumah ini," Anna sang Mama berusaha tegar.

"Apa disita? Kenapa Ma, Pa?" Tanya Nay kaget.

"Maafkan Papa, Nay." Iqbal merasa bersalah.

Nay menarik kertas di depan pintu rumahnya.
"RUMAH INI DISITA NEGARA"

Membuat emosinya  meledak dan merobek kertas itu."siapa yang menyuruh kalian melakukan ini? Ini rumah papa saya!!!" Bentak Nay.

"Kami melakukan atas perintah! Mohon kerjasamanya, nona,"

"Apa ada surat perintah?" Tanya Nay.

Seseorang berpakaian Intel memberikan sebuah surat pada gadis itu dan Nay langsung membacanya cepat seakan tidak percaya memandang sang Papa."transaksi apa ini, Pa?"

"Nay, Papa gak tahu kalau Iqbal company  juga melakukan transaksi itu." Iqbal menggeleng.

"Perusahaan kita terlibat!" Nay setengah tertawa.

"Papa gak tahu kalau Arkan juga bertransaksi di perusahaan kita!" Tegas Iqbal frustrasi.

Semua perusahaan yang bermitra bisnis dengan Awwalun group terkena dampaknya termasuk keluarga Iqbal, bukti menunjukkan bahwa perusahaan tersebut melakukan transaksi gelap di dalamnya dan negara menyita aset mereka mulai dari rumah, kantor, restoran bahkan perusahaan Iqbal company di tutup sampai kasus penyelidikan selesai untuk mengetahui kebenarannya apakah perusahaan itu benar-benar terlibat atau tidak.

"Nona, kunci mobil anda!"

Nay menggeleng mempertahankan kunci mobilnya."enggak!!!"

"Mohon kerjasamanya, nona!!!"

"Gak! Lo gak berhak menyita mobil gue!" Kesal Nay.

"Nay, kasi!" Iqbal menatap Nay.

"Gak, Pa! Ini mobil aku! Aku beli dengan hasil kerja aku bukan dengan uang Papa!!!" Kesal Nay mempertahankan kunci mobil Porsche miliknya.

Seorang petugas mengambil kunci mobil itu secara paksa membuat Nay histeris.

"Itu mobil aku, Ma, Pa!" Kesal Nay.

"Iya, nanti Papa ganti," Iqbal memeluk Nay.

"Ini semua salah Papa, Papa terlalu ambisi bermitra dengan keluarga Awwalun," kesal Nay.

"Papa gak tahu ini yang akan terjadi dengan keluarga kita!" Tegas Iqbal.

"Nay, kendalikan emosi kamu!" Tegur Anna.

"Sebelum kita bermitra dengan keluarga Awwalun hidup kita baik-baik aja 'kan, Ma?" Lirih Nay.

Nay mengemasi barang-barangnya yang berada di dalam kamarnya, terasa berat untuk meninggalkan kamar yang selama ini ditinggalinya sejak masih berusia lima tahun itu.

"Kita masih beruntung, mobil atas nama Nay tidak disita." Iqbal memegang tiga kunci mobil.

"Tapi, mobil hasil kerja keras aku ikutan disita!" Kesal Nay.

"Kamu membeli mobil itu saat masih berusia tujuh belas tahun dan butuh di dampingi orang tua 'kan?" Anna mengingatkan Nay.

"Tapi, itu uang aku, hasil kerja keras aku, Ma!" Kesal Nay.

My Ice Prince & Fire HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang