05 - Pertemuan Kembali

992 48 2
                                    

Gadis berambut cokelat kemerahan sebahu itu masih dalam keterkejutannya, berusaha mengingat kejadian kepergian pria itu hampir setahun lalu, bagian mana yang ia lewatkan? Bahkan ia sendiri yang merasakan bahwa tidak ada lagi detak jantung pria berambut pirang keemasan itu.

Ada rasa sedikit bahagia mencuat saat  mengetahui bahwa pria bermata amber itu masih bernapas hingga detik ini namun, rasa kecewa dan marah lebih mendominasi yang menjadi pertanyaan adalah mengapa pria itu membohonginya dengan drama palsu kematian pria itu sendiri dan apakah dokter sengaja memanipulasinya? Pertanyaan yang harus ditanyakannya saat bertemu pria itu, titik!

"Papa," teriakan Kezia dan Kenzi menyadarkan gadis itu dari lamunan panjangnya, sekilas memperhatikan tampak seorang pria menggunakan baju kaos berlengan panjang dan celana training tampak kebesaran di tubuh pria itu saking kurusnya, rambut pirang yang kusam dan mengenakan masker di wajahnya.

"Pake maskernya, sayang." Suara pria yang teramat dikenalnya hanya saja begitu lemah.

Kezia dan Kenzi memakai masker mereka dan naik ke brangkar pria itu."Zia sama Enzi kangen sama Papa, emang Papa gak kangen sama Zia dan Enzi?" Kezia mengoceh.

"Kangen, Papa kangen sama kalian berdua." Pria itu mengusap perlahan kepala Kenzi dan Kezia secara bergantian.

"Pa, tahu gak lumah Mama di Indonesia besar sekali, disana ada banyak mainan dan setiap hali Mama selalu beliin untuk Zia dan Enzi. Iya 'kan Ma?" Kezia menoleh memastikan pada Nay yang masih membeku di ambang pintu.

"Pa, Papa." Kezia dan Kenzi menyadarkan lamunan pria itu yang juga tidak merespon cerita mereka.

"Iya, sayang. Papa senang dengar kalian baik-baik aja." Lirih pria itu.

"Papa sama Mama kenapa sih diam aja?" Tanya Kezia cemberut.

"Kamu gak mau jelasin apapun sama aku, Ken?" Tanya Nay pelan menatap pria itu.

"Kezia sama Kenzi udah makan?" Pria itu malah berpura-pura tidak mendengarnya.

Kedua bocah itu mengangguk."udah, Pa." Memperhatikan Nay yang menatap tajam pria yang tak lain Kentara Allandra Callins.

Nay setengah tertawa."masih gak mau jelasin sama aku setelah kejadian hampir satu tahun yang lalu, ok gak papa! Tapi, seharusnya kamu bertanya kenapa Kezia dan Kenzi memanggil 'Mama' bukan aunty Nay lagi? Bukan begitu?"

"Kezia, Kenzi main sama uncle, yuk? Uncle punya mainan baru untuk kalian berdua." Arthur dan Mario menggendong kedua bocah itu dan mengajaknya keluar.

"Why?" Tanya Nay menatap pria yang terbaring di brangkar itu.

"Bicarakan baik-baik!" Kallandra menepuk pundak Nay kemudian keluar dari kamar sahabatnya itu.

Pria berambut pirang yang tampak kusam seakan dimakan usia itu lebih memilih memejamkan matanya, bahkan ia tak sanggup menatap gadis yang masih dicintainya itu hingga detik ini, tak sanggup melihat luka yang sempat ia torehkan secara sengaja pada gadis itu dengan drama kematiannya.

"Kentara!" Panggil Nay berkaca-kaca.
"Itu kamu 'kan? Lalu siapa yang terkubur disana Ken? Aku bahkan ngerasain jantung kamu gak berdetak lagi malam itu, ini maksudnya apa? Jelasin sama aku?"

"Keluar!" Pinta pria itu masih enggan membuka mata.

"Lalu siapa yang datang ke mimpi aku dan bilang itu alam kamu, aku gak ngerti!" Nay menggeleng.

"Kamu berhalusinasi terlalu jauh, sekarang keluar!" Kentara membuka matanya menoleh pada Nay.

"Salah aku apa? Kamu seolah benci aku?" Tanya Nay.

My Ice Prince & Fire HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang