Kematian Kenzo adalah pukulan terberat bagi Nay, bagaimana tidak, gadis itu sendiri melihat dengan mata kepalanya bahwa kembaran Kentara itu ditembak secara brutal hanya demi melindunginya dan Kentara.
Kenzo mengorbankan hidup dan kebahagiaannya meninggalkan Kezia dan Kenzi dua bocah kecil yang sanggup mengubah dan pandangannya selama hampir satu tahun belakangan ini.
Dalam kegelapan justru tragedi itu kembali terulang seolah tidak ingin pergi dari hidupnya membuat gadis berambut cokelat kemerahan itu tersiksa secara psikis yang mengakibatkan trauma berkepanjangan dan ketakutan yang berlebihan.
Doorrr... Doorrr... Door...
Bunyi senjata mainan Kenzi membuat gadis itu terlonjak dan seketika histeris menutup kedua telinganya, mimpi adalah faktor pertama membuat gadis itu terbangun dan hal yang membuatnya terkejut adalah senjata mainan Kenzi."Nay, hei!" Kentara menepuk pipi gadis itu.
"Ken," memeluk pria itu erat seolah sudah menemukan tempat perlindungan paling aman.
Pria berambut pirang itu terdiam, ada rasa bersalah menyelinap di dalam hatinya membuat gadis itu tersiksa dengan drama kematiannya padahal luka akibat tragedi itu belum juga hilang dan pria itu malah membuat luka baru lebih menyakitkan untuk gadis yang paling dicintainya.
"Minum dulu, Nay." Kallandra memberikan segelas air pada gadis itu membuat Kentara tersadar dari lamunannya dan Nay pun melepaskan pelukannya.
Nay meneguk air itu sampai setengah dan mengatur napasnya yang memburu seolah dirinya habis berlari jauh berkilo-kilo meter.
"Setakut itu Lo dengan bunyi senjata mainan?" Arthur memegang senjata mainan Kenzi.
"Lo!!!" Tunjuk Nay murka akan menghampiri pria itu namun Kentara menahannya."apa? Jam 2 pagi dia memainkan senjata mainan itu, apa dia waras?"
Kallandra segera mengambil senjata mainan itu dari tangan Arthur dan Mario."bukan umur kalian main begini!"
"Puas? Lo pikir ketakutan gue itu lucu yang jadi kesenangan Lo!!!" Kesal Nay mendorong Arthur dan keluar dari kamar Kentara.
Nay mengemasi barang-barang di kamarnya dan berusaha membangunkan Kezia dan Kenzi yang tengah tertidur pulas agar mereka segera pergi dari apartemen itu.
"Nay, mereka lagi tidur!" Tahan Kallandra.
"Lebih baik gue pergi dari sini!!!" Tegas Nay emosi.
"Emosi bukan menyelesaikan masalah, paham?" Tegas Kallandra menahan koper Nay.
Gadis berambut cokelat kemerahan itu menghela napas panjang."kamu gak tahu betapa takutnya aku dengar suara itu 'kan? Setiap malam aku selalu mimpi hal yang sama tentang penembakan itu, aku gak bisa lagi tidur tanpa obat lelap itu, aku juga capek!" Lirih Nay menutup wajahnya.
Pria berambut pirang itu sangat berhati-hati memeluk Nay, andai saja pelukannya dapat menghapus luka dan penderitaan gadis itu, tentu saja sudah pria itu lakukan sejak setahun lalu yang sayangnya, ia malah menambah luka baru untuk gadis itu."maaf," hanya itu yang bisa diucapkannya dengan penuh perjuangan.
"Kamu nyata 'kan? Aku gak bisa lagi membedakan antara mimpi dan kenyataan sejak hari itu, semuanya nyata bahkan mimpi pun bisa jadi kenyataan." Lirih Nay mengusap wajah pria bermata amber itu.
Kentara mengangguk dan memegang tangan gadis itu yang berada di wajahnya."maaf atas segala kebohongan aku kesekian kalinya, aku pikir kamu bisa bahagia dengan kepergian palsu aku." Susah payah pria itu mengucapkannya.
Nay menggeleng."gimana aku bisa bahagia? Apa kamu pikir kepergian palsu kamu bisa mengubah perasaan aku?"
Kallandra lebih memilih keluar dari kamar Nay, pria berambut hitam itu pikir sudah saatnya Kentara dan Nay bicara dari hati ke hati, tentang bagaimana kedepannya keduanya lah yang memutuskan akan seperti apa, tugasnya hanya ingin mempertemukan keduanya agar sama-sama tidak menderita dan terluka seperti sebelumnya, titik!
"Aku pikir kamu bisa melupakan aku, hubungan kita. Aku gak bisa membuat kamu bahagia, aku sadar itu. Lupakan aku, lupakan semuanya.", Lirih pria itu memalingkan wajahnya agar tidak melihat luka di mata gadis itu.
"Aku gak bisa!" Nay menunduk dalam.
"Aku mohon Nay, lupakan Kentara Allandra Callins!" Pinta Kentara memegang tangan gadis itu.
"Kenapa aku harus melupakan kamu dan hubungan kita? Aku butuh alasannya!" Tanya Nay menatap mata amber yang sayu itu.
Kentara menggeleng."kita gak bisa bahagia, kita gak bisa sama-sama seperti dulu, aku bukan pria yang pantas untuk kamu, aku gak bisa mewujudkan impian sederhana kamu, aku bahkan gak bisa mengurus diri aku sendiri!"
"Apa karena penyakit kamu lalu kamu beranggapan demikian? Setahun yang lalu aku pernah bilang 'kan aku mau merawat kamu sampai sembuh, kita cari dokter terbaik di dunia ini, kedua impian sederhana, impian sederhana aku menjadi seorang istri dan seorang ibu, kita punya Kezia dan Kenzi walaupun mereka bukan terlahir dari rahim aku tapi, aku juga ibunya, aku merawat mereka saat mereka sakit, kami nangis sama-sama saat malam hari---" lirih Nay tidak bisa melanjutkan dan Kentara segera saja memeluk gadis itu.
"Makasih kamu mau menjadi ibu untuk Kezia dan Kenzi tapi, aku gak bisa mewujudkan impian kamu, maaf, aku gak bisa membuat kamu bahagia." Bisik Kentara lemah.
"Tapi, aku mau merawat kamu setidaknya sampai aku sadar seperti apa yang kamu bilang," lirih Nay memejamkan matanya.
Kentara menggeleng."aku gak mau kamu berharap bahwa aku bisa sembuh."
"Kali ini bukan demi aku tapi, demi Kezia dan Kenzi." Nay menatap kedua bocah yang sedang tertidur pulas itu.
Kentara menoleh kearah kedua bocah yang tertidur itu."aku gak mau mengganggu tidur mereka dengan pembicaraan kita."
Nay tersenyum."lalu dimana seharusnya kita bicara?"
"Seformal itukah kita sekarang?" Kentara menatap Nay kemudian perlahan keluar dari kamar gadis itu sambil membawa tongkat infusnya.
Melihat pria itu terlihat kepayahan membuat Nay mengambil tongkat infus itu."biar aku yang bawa."
Kentara duduk di sofa kamarnya dibantu oleh Nay, napasnya terengah-engah padahal jarak antara kamar dirinya dan Nay hanya bersebelahan dan tidak sampai sepuluh langkah namun, dirinya sudah kelelahan berjalan sedekat itu.
"Minum dulu, Ken." Memberikan segelas air hangat dan menyuapi perlahan pria itu.
"Thanks," Kentara tercekat.
Nay mengangguk."setahun ini apa ada perkembangan?"
Pria itu menggeleng dan menunduk."gak ada perkembangan yang berarti, aku bahkan gak punya kekuatan untuk melakukan hal sederhana." Kemudian terbatuk-batuk.
Gadis itu menoleh menatap pria itu."berarti kamu gak bahagia selama ini?"
Kentara tersenyum."gimana aku bisa bahagia tanpa kamu? Tapi, tebakan kamu benar, aku gak bahagia sejak dokter memvonis manakala ---" terputus begitu saja.
"Aku mempelajari yang berkaitan dengan virus itu, dari yang aku tahu kebahagiaan juga meningkatkan sistem imun." Nay tersenyum.
"Maksud kamu?" Tanya Kentara.
"Aku mau kamu bahagia." Memegang pipi kanan pria itu.
"Bukan hanya aku tapi, kita." Kentara tersenyum samar.
.
.
.
.
.
.
Halo guys, happy weekend yang masih dalam suasana social distance, tetap semangat yaahhh 💪Okay, gimana sama chapter ini guys?
Pendapatnya dong tentang
Nay?
Kallandra?
Arthur?
Mario?
Kentara?
Kezia and Kenzi?
Oh ya, kalian setuju gak nih kalo Nay Adain giveaway pulsa lagi? *Komentarnya dong guys
*Yuk ramein lagiNay tunggu jawabannya yaa...
Stay safe, jangan lupa sering cuci tangan dan pake masker saat berpergian ya guysSabtu, 28 Maret 2020
Love,
Nay 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Prince & Fire Heart
RomanceSeri ketiga dari My Ice Dosen -Jika kebohongan bagaikan kebenaran lalu apa yang harus aku percaya?- Started 25 January 2020 Finished 31 Jully 2021