Sejak gadis berambut cokelat kemerahan itu tidak lagi tinggal di apartemen yang sama dengan keempat pria ini, membuat Arthur, Mario, Kentara dan Kallandra tentu saja kelabakan mengurus Kezia dan Kenzi yang menurut keempat pria ini rewelnya minta ampun.
Pagi ini seperti biasa Kentara menyiapkan segala keperluan sekolah Kezia dan Kenzi seperti yang biasa dilakukan oleh Nay. Ternyata tidak semudah yang dibayangkan pria itu dan ingin rasanya menghubungi Nay namun, bukankah Kentara sengaja menghindari gadis itu agar gadis itu melupakannya.
"Pa, kenapa sekarang Papa sama Mama pisah apartemen? Kok Papa sama Mama temen-temen Zia di sekolah satu apartemen." Tanya Kezia sambil meminum sebotol susunya.
Kentara tersenyum samar." 'kan Mama sibuk kerja, lagipula apartemen Mama yang disana lebih dekat sama kantornya."
Kezia cemberut."bilang aja Papa sama Mama lagi berantem!"
Kallandra yang sedang memasang dasinya menoleh kearah Kezia."husstt!!! Uncle udah pernah kasi tahu 'kan kalau bicara sama orang tua itu yang sopan."
"Zia mau sama Mama titik!!!" Menghentakkan botol susunya dan berlari memasuki kamarnya.
"Kezia!" Panggil Mario kesal.
"Kezia Florensia Callins!!!" Geram Kentara mengepalkan tangannya.
Arthur menghela napas panjang kemudian melangkah mendekati kamar gadis kecil itu."Zia, uncle boleh masuk?"
"Gak boleh!" Teriak Kezia.
"Kezia, kita harus berangkat sekarang, ayo?" Geram Mario.
"Zia gak mau sekolah!" Teriak Kezia.
"Zia, keluar!" Kallandra kini emosi mendengar gadis kecil itu terus saja berteriak.
"Anak kecil gak bisa dikeraskan, Kallan!" Arthur menggeleng.
"Anak itu akan semakin kurang ajar kalau dibiarkan!" Geram Kallandra.
Kenzi sudah rapi dengan seragam sekolahnya tentu saja cemberut menunggu sang kakak yang tiba-tiba saja ngambek tidak jelas."uncle, Enzi bisa telat nih!"
"Okay, kita berangkat sekarang," ajak Mario menggandeng tangan mungil pria kecil itu.
"Enzi pergi dulu ya, Pa. Bye-bye." Pamit Kenzi mencium pipi Kentara.
"Take care jagoan Papa." Kentara mengusap kepala pria kecil itu.
Kentara memalingkan wajahnya begitu Mario dan Kenzi sudah keluar dari apartemennya, dadanya terasa sesak, hatinya terasa tercabik kuat melihat kelakuan Kezia barusan, apa salahnya sehingga Kezia begitu membencinya bahkan tidak menghargainya sebagai ayah?
Arthur berkali-kali mengetuk pintu kamar gadis kecil itu untuk membujuknya agar mau keluar dari kamar namun, nihil gadis kecil itu keukeuh pada posisinya.
"Zia, keluar dulu yuk, kita ngomong baik-baik, Zia maunya apa dan solusinya gimana?" Bujuk Arthur.
"Zia mau Mama tinggal disini!" Teriak Kezia.
Kallandra dan Arthur saling pandang kemudian menatap Kentara yang sepertinya jengah dengan sikap Kezia.
"Kalian gak usah repot-repot bujukin dia yang ada kalian telat ke kantor dan gadis itu pasti ngedumel nyariin kalian." Kentara enggan menyebut nama Nay dan masuk ke dalam kamarnya.
"Nay." Ralat Kallandra kesal.
Arthur tersenyum mendapatkan ide untuk membujuk gadis kecil yang tengah ngambek itu."Zia, uncle mau ngomong serius ini."
"Apa? Ngomong aja!" Teriak Kezia.
"Zia mau ketemu Mama gak?" Tawar Arthur.
"Mau," sahut gadis kecil itu cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Prince & Fire Heart
RomanceSeri ketiga dari My Ice Dosen -Jika kebohongan bagaikan kebenaran lalu apa yang harus aku percaya?- Started 25 January 2020 Finished 31 Jully 2021