20 - Nostalgia Kita

480 36 41
                                    

Nay setengah berlari mengejar Kentara yang sudah berjalan terlebih dahulu di depannya, pria itu padahal hanya berjalan santai namun, Nay cukup sulit mengejarnya mungkin karena langkah pria itu yang panjang meskipun tidak berlari ditambah kondisi pria itu tidak sepenuhnya dikatakan sehat namun, tidak sekurus seperti waktu itu dan tidak juga atletis seperti dulu. Intinya, pria berambut pirang itu terlihat kurus namun, tidak sekurus seperti kakek-kakek yang ada di rumah jompo seperti beberapa waktu yang lalu.

"Hallo, i'm back," sapa Nay tersenyum pada kameranya."ayo tebak siapa pria yang ada di samping aku sekarang?" Menatap Kentara yang terus saja berjalan.

"Apa tidak cukup membuat cerita?" Tanya Kentara.

Nay menggeleng."aku lagi vakum,"

"Kenapa? Bukannya kamu antusias waktu itu," tanya Kentara menoleh pada Nay dan menutup kepalanya dengan Hoodie.

"Handphone aku yang khusus cerita di banting Icha, kami bertengkar hebat waktu itu, semua cerita ada di dalam situ dan belum aku salin ke laptop." Nay cemberut.

Kentara menarik tangan Nay saat menyebrangi jalan karena menurutnya gadis itu lamban seperti keong."perhatikan kanan dan kiri saat berjalan!"

Nay tersenyum."baiklah!" Memperhatikan tangannya yang masih di gandeng oleh pria itu begitu hangat rasanya merayap sampai ke dalam hatinya.

Kentara memberhentikan langkahnya tiba-tiba, merasakan semilir angin musim panas yang begitu hangat."akhirnya, aku merasakan semilir angin berhembus."berucap pelan di balik maskernya.

Nay mengedarkan pandangannya ke segala penjuru, terlihat gedung-gedung menjulang tinggi di sekelilingnya, orang-orang berlalu-lalang terlihat sibuk di jam makan siang seperti sekarang ini.

"Macau indah!" Gumam gadis itu pelan menikmati pemandangan kota Macau.

"Apa piano itu masih berada di sekitar gereja?" Tanya Kentara menoleh pada Nay.

Nay mengangguk bersemangat."ya, tempatnya masih sama."

"Kita kesana," ajak Kentara menarik tangan Nay.

"Auww, Ken." Ringis Nay kesakitan.

Kentara menoleh dan mengusap pergelangan tangan gadis itu yang terbalut perban."maaf, apa masih sakit?" Khawatir menatap Nay.

"Sedikit," ringis Nay berkaca-kaca menahan sakitnya.

Tanpa di duga Kentara mengecup pergelangan tangan gadis itu."sakitnya akan hilang sebentar lagi," mengusap pipi gadis itu.

Pria berambut pirang itu tidak bisa menahan dirinya untuk mengabaikan gadis bermata kecokelatan itu, hatinya selalu ingin bersikap lembut pada gadis itu.

🖤

Begitu sampai ditempat yang dimaksud pria bermata amber itu segera saja duduk di kursi dan memainkan asal tuts piano itu sebagai permulaan.

"Kamu mau lagu apa!" Tanya Kentara menatap Nay yang masih berdiri di sampingnya.

Nay menggeleng."gak tahu. Satu tahun ini aku vakum main piano."

Kentara tersenyum dan mulai memainkan tuts itu meskipun sebenarnya tidak yakin karena seingatnya terakhir bermain piano pada waktu kuliah magister dulu di Columbia.

Nay seakan tidak percaya memandang pria bermata amber itu ternyata jago memainkan piano dengan penuh penghayatan padahal baru intro nya saja, Kentara tersenyum memandang Nay sambil tetap memainkan tuts nya membuat Nay mengangguk paham.

Belahan jiwa dekatlah kepadaku
Ku ingin engkau tahu ku mengagumi mu
Engkau dan aku bagaikan doa yang mengikat
Dalam setiap langkahku namamu ku sebut

My Ice Prince & Fire HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang