#5

1K 139 0
                                    

Petikan gitar terdengar dari kamar kamar bernuansa pastel ini. mengalun lembut memanjakan siapapun yang akan mendengarkannya. Sepertinya Langit masih teduh setelah membasahi bumi. Gadis blonde kini Duduk menghadap jendela sambil menikmati petrichor hujan hari ini.

Can't seem to hold you like I want to

So I can feel you in my arms

Nobody's gonna come and save you

We pulled too many false alarms

We're going down

And you can see it too

We're going down

And you know that we're doomed

My dear

We're slow dancing in a burning room




Rosie mencoba kembali lagu ciptaannya. Dulu rosie adalah siswi berprestasi, dia memimpin kelas akustik disekolahnya. Mengikuti berbagai macam festival dan kontes, lalu memenangkannya. Maka dari itu Cipta mencipta lagu bukan hal sulit lagi bagi gadis blonde itu.

Memangku gitar, kini rosie terdiam. Dia cukup menikmati hari ini. Sungguh menenangkan. Namun ada saja yang mengganjal pikirannya. Ya, Lisa.










Tok..tok..tok


Se ri mengetuk pintu lalu masuk ke kamar tidur anak sulungnya itu. mengecup pucuk kepala rosie lama dan,

"apa anak manis ini mau menemani ibu menjemput adikmu? Ayah baru saja menelfon jika dia tidak bisa menjemput lisa karna ada meeting dadakan." Ucap Se ri merayu anak sulungnya. dia tidak mungkin meninggalkan rosie sendirian dirumah.

"aku dirumah sa-"

"ibu mohon.." potong se ri memotong jawaban rosie. dia sudah tau rosie pasti akan menolaknya.

"baiklah" pasrah rosie. jika dia bisa, dia pasti akan melihat senyum yang sangat lebar dan mata berbinar milik ibunya itu saat ini. Menggenggam tangan rosie, se ri membawanya ke luar dari kamar bernuansa pastel itu.

Se ri meraih mantelnya dan memakaikan mantel pada rosie. tidak lupa mengunci pintu, ibu anak kembar itu menuntun rosie untuk masuk ke mobil dan menutupnya kembali. setelah sang anak sudah duduk nyaman di mobil, Se ri melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

sekitar 20 menit kini mobil tersebut sampai di kawasan sekolah. Menekan klakson sekali pada satpam sekolah yang mengatur portal dengan tersenyum ramah, Mobil itu kembali melaju mencari parkiran.

"tunggu sebentar ya sayang. Ibu akan mencari adik mu" ucap sang ibu yang tidak kemudian tidak dijawab oleh rosie. Dengan itu se ri langsung keluar dari mobil dan mencari lisa.








Lisa dan hyeri kini sedang ada di lobby. Sebenarnya hyeri sudah di jemput oleh supirnya, tapi dia memilih untuk menemani lisa sampai jemputannya datang. Hyeri menunggu karna sepertinya lisa sedang tidak baik-baik saja.

Hyeri menyenggol lengan lisa yang sedang melamun setelah melihat se ri melambaikan tangan padanya. 'aku datang. terima kasih telah menemaninya' mungkin itu maksud se ri melakukan lambaian pada hyeri. Dia mengangguk pada lisa dan berpamitan.


"apa sesuatu membuat mu kesal hari ini, sayang?" tanya se ri lembut setelah melihat bungsu cantiknya terlihat tidak bersemangat.

"hm.. seperti itulah bu, benar-benar bukan mood ku" jelas lisa pada ibunya. Bagaimana tidak saat pagi hari saja lisa sudah menangis di kelasnya. Pasti setelah itulah yang membuat moodnya sangat buruk sekarang.

"rosie datang bersama ibu untuk menjemput mu, berterima kasihlah nanti, hmm? Dia akan sedih jika lisa murung seperti ini" Ujar se ri. Dia tidak bisa membayangkan jika harus ada di dalam mobil bersama dua singa yang sensitif nanti. Sekalipun antara ibu dan anak, itu pasti akan sangat canggung.

Lisa adalah anak yang ceria, semua orang tau itu. Dia sangat pandai membangun suasana. Apalagi untuk membangun suasana dimobil nanti. Itu harusnya bukan masalah besar untuk lisa.

"ayah dan ibu selalu saja menekan ku untuk terus membuat mood rosie baik!! Bagaimana bisa aku terus terdengar baik-baik saja jika sebanarnya aku sedang tidak baik-baik saja. Biarkan kali ini aku menjadi diriku sendiri. Aku benci jika terus berpura-pura ibu!" lisa berteriak, dia kesal pada dirinya sendiri. Kenapa dia tidak pernah didengar? Kenapa lisa harus memprioritaskan orang lain diatas dirinya sendiri? Saat ini Dia sangat lelah dan hanya ingin segera beristirahat.

Se ri melihat sekitarnya yang sekarang sedang menatap interaksi ibu dan anak itu. Dia memeluk lisa dan menenangkan anak bungsunya.

"baiklah, maafkan ibu karna terlalu memaksa, hm?" menikmati elusan dikepala belakangnya, lisa membalas pelukan sang ibu dan mengatur nafasnya yang sedikit memburu agar lebih tenang.

Pekanbaru, 9 july 2021

Altschmerz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang