#7

1K 146 0
                                    

"Ku bilang hentikan tingkah bodoh mu ini. Apa kau tuli?" Teriak rosie. Dia sudah muak.

"Ibu bilang-" ucapan lisa terpotong oleh teriakan rosie.

"Apa sikap ku belum cukup menyakitimu? Aku ini membenci mu lisa. Stop bertingkah seakan semua baik-baik saja!!!" Lisa mendengarkannya dengan jelas. Rosie sangat terang-terangan kali ini. Hati gadis berponi itu teriris, tapi malah menampilkan senyum tulusnya sebagai jawaban.

"Aku tidak akan pernah bisa membencimu sekali pun kau memperlakukanku dengan buruk setiap hari. Itu Justru membuatku semakin rindu, rosie. Karna Kau sudah terlalu jauh pergi sampai-sampai aku tidak bisa melihat dan mengenal mu lagi." Lisa mulai kembali ke tempat duduk yang ada di samping rosie.





















"Aku tau bagaimana kecelakaan itu berpengaruh pada penglihatanmu, tapi aku disini akan menemani mu. Aku ingin membuktikan bahwa ini semua tidak akan menjadi buruk seperti apa yang kau bayangkan. Jangan pernah merasa sendiri. Karna Aku siap menjadi mata mu." Lisa menyelesaikan ucapannya dengan menggapai tangan rosie yang bergetar dan Mengelusnya dengan lembut. rosie bahkan tidak menolak, namun tidak juga membalasnya.

Lisa menatap mata rosie dalam. Jika rosie dapat melihatnya, tatapan itu penuh rasa rindu yang menyeruak bersama genangan kesedihan. Kemudian lisa menarik lembut rosie ke dekapannya. Dia sangat berharap rosie membalas pelukan itu tapi sayang, kakaknya ini tidak merespon. Lisa sudah cukup bersyukur karna rosie tidak memberontak dipelukan itu menuntut untuk dilepaskan. Dengan mempererat pelukan, lisa ingin membuktikan bahwa dia bersungguh-sungguh dengan perkataannya.

"Jangan pergi terlalu jauh, rosie. A-aku merindukanmu." Tangis lisa akhirnya pecah. Dia tidak dapat menahan lagi. Perasaannya memberontak untuk diutarakan. Walaupun belum puas, setidaknya dia sudah menyuarakannya.



Rosie membeku dengan ucapan lisa. Dia sedang bertengkar dengan dirinya sendiri. Gadis blonde itu sudah bersusah payah membangun benteng dihatinya. Dia tak ingin seseorang pun masuk.

Tangannya meragu untuk terangkat menenangkan lisa, tapi dia masih berusaha konsisten dengan keputusannya. Mendengar lisa yang sudah segugukan, rosie memilih diam. Akhirnya dia melampiaskannya dengan mengepal dan membiarkan kuku jari yang panjang menusuk telapak tangannya.

Lisa melepaskan pelukan itu lalu menyeka beberapa air mata yang tersisa. Dia kembali mengutip pecahan kaca yang tertinggal. Keluar dari kamar dengan perasaan yang pedih dan berkecamuk.

Sepeninggalan lisa, ekspresi rosie langsung berubah. Dia marah dan menjambak rambutnya. Rosie bingung dengan dirinya sendiri.

















Jung hyuk melaju di tengah keramaian kota. Melihat langit jingga yang sedikit memanjakan mata. Dengan rasa penat yang sudah menyelimuti badan tegap itu, dia berhenti di sebuah Toko buku. Dan membeli beberapa untuk anak bungsunya yang gemar membaca. Setelah keluar dari toko buku, kepala keluarga ini menyebrangi jalan dan menghampiri toko musik lalu membeli beberapa kaset pita untuk sulungnya yang cinta musik.

Kembali melaju pulang menemui istri dan anak-anak kesayangannya. Saat sampai dirumah dia melihat lisa yang sedang menonton tv di sofa ruang keluarga. Ya, lisa memang memilih duduk disana setelah adu mulutnya dengan rosie.

"Anak ayah.." lisa terkejut karna tiba-tiba jung hyuk mengecup kepalanya dari belakang.

"Kapan ayah datang? Aku tidak mendengar suara mobil ayah." Jung hyuk tersenyum dan memilih duduk di samping anak bungsunya.

"lisa pasti termenung hm?" Dia mengacak rambut lisa dan membuat sang empu kesal harus memperbikinya.

"Ayah bawa apa itu?" Lisa mengalihkan pembicaraan. Tidak mungkin dia mengatakan bahwa gadis berponi itu habis menangis karna bertengkar dengan rosie.

"Ah ini, saat pulang ayah singgah membeli buku untuk lisa" jung hyuk memberikan kantong plastik berisi buku pada lisa. Gadis itu tersenyum sumringah dan mengeluarkan buku-buku yang dibeli oleh sang ayah.

Melihat ekspresi lisa rasa penat jung hyuk jadi menguap ntah kemana. Kebahagiaan keluarganya adalah penawar letih yang paling ampuh.



Jung hyuk bangkit dan membiarkan lisa bergumul dengan buku-buku itu. Dia beralih ke kamar tidur tempat dimana anak sulungnya berada. Mengetuk lalu membuka pintu.

Rosie masih duduk di kursi yang sama sejak siang tadi, membiarkan jendela terus terbuka, mengabaikan hawa dingin yang mulai menyengatnya. Dia harus mencari sakit yang lain untuk melupakan rasa sakit yang ada di hatinya.

Jung hyuk meletak kaset pita di meja nakas rosie lalu menutup jendela.

"Apa anak ayah tidak kedinginan, hm? Suhu diluar semakin sejuk sayang" jung hyuk membungkukkan sedikit badannya didepan rosie dan memegang lengan anaknya. Rosie tidak bergeming, membuat lelaki ini menunduk di posisi bungkuknya. Tiba-tiba saat menunduk dia melihat tangan rosie yang terletak lemas diatas paha.

Telapak tangan yang merah dan ada beberapa bekas yang dalam, Jung hyuk melihat ada darah disana. Mungkin salah satu kuku rosie berhasil melukai telapak tangannya. Melihat itu jung hyuk menjadi khawatir, 'apa yang membuat rosie menyakiti dirinya sendiri?' Tak pikir panjang dia keluar kamar itu dan mengambil p3k. Setelah kembali dia berlutut ke arah rosie. Dan meraih tangan anaknya itu perlahan.

"Tahan sebentar ya sayang, ayah akan obati luka mu" jung hyuk mulai membersihkan luka itu dengan antiseptic. Menuangkan sedikit ke kain kasa dan menepuknya lembut ke luka rosie. Dilanjutkan dengan mengoles salap luka dan menutupnya dengan plester.

Jung hyuk masih betah berlutut, kini dia mulai memotong kuku anak sulunyanya itu. Saat menemukan luka, pria ini melihat kuku rosie yang sudah panjang. Maka dari itu saat mengambil p3k jung hyuk sekalian mengambil penjepit kuku.

Memotongnya dengan hati-hati agar tidak melukai jari anaknya itu. Setelah selesai, dilanjutkan dengan mengikir supaya kuku tidak kasar dan tajam. Itu akan kembali melukai rosie nantinya.

Jung hyuk selesai. Dia menatap anak sulungnya yang Bahkan sama sekali tidak merubah arah pandangnya selama jung hyuk berada disana. Tersenyum dengan rasa sedih dia merapikan Sedikit rambut rosie yang berantakan lalu turun kembali menggenggam tangannya. Sangat lembut jung hyuk menggenggam. Kemudian dia mengecup punggung tangan rosie dan meletakkannya ke pipi sebelah kanan lelaki itu. Matanya sama sekali tidak lepas menatap rosie.




Rosie merasakan kenyamanan dengan apa yang ayahnya lakukan. Dulu jung hyuk sangat dekat dengan gadis blonde itu di bandingkan dengan se ri. Jujur saja jauh didalam hati rosie, dia tetaplah anak choi jung hyuk yang manja dan butuh kasih sayang. Dia sangat lelah dengan dirinya sendiri.

Tiba-tiba mata jung hyuk membulat. Dia terkejut. Rosie mulai meraba wajahnya. Lalu Menangkup kedua pipi jung hyuk dan mengelus wajah letih sang pencari nafkah itu. Dengan kondisi masih memegang tangan sang anak, mata jung hyuk terpejam. Sudah lama dia tidak merasakan sentuhan ini. Dia langsung memeluk anak sulungnya yang malang itu erat.




Pekanbaru, 11 july 2021

Altschmerz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang