#19

666 119 2
                                    

Masih jam 10 pagi, kini jalan tidak terlalu ramai dan lalu lintas sangat lancar. Hyeri lebih memilih untuk dijemput saat kegiatan sekolah masih berlangsung. Dengan embel-embel sakit kepala, akhirnya gadis berambut sebahu ini berhasil keluar dari gedung sekolah yang (jika tidak ada lisa) sangatlah membosankan.

Hyeri melihat keluar jendela yang penuh dengan pepohonan hijau nan rindang di sepanjang jalan. Gerbang perumahan sahabatnya pun akhirnya terlihat, melewati taman dan satu kali belokan lagi dia akan segera sampai.

Mengatur nafas hyeri meredakan rasa gugup dan khawatirnya. Gugup karna nanti akan bertemu rosie dan khawatir tentang sakit apa yang lisa idap, mengingat kembali bahwa tadi jung hyuk tidak menyebutkan nama sakitnya.




Ding dong..  ding dong..





Klek..





"Hyeri, kamu datang" gadis itu langsung membungkuk hormat pada se ri yang membuka pintu.

"Siang bibi, paman tadi memberi tau bahwa lisa sedang sakit" ujar hyeri menjelaskan maksud kedatangannya.

"Masuklah, dia ada dikamar" se ri sedikit menepi mempersilahkan tamu anaknya ini masuk.

"Jika dia sedang tidur tak apa bibi, aku akan pulang saja"  Ucap hyeri yang masih betah berdiri diluar segan tidak ingin mengganggu istirahat sahabatnya yang sedang sakit.

"Belum lama ini bibi mengeceknya, dia belum tidur. Masuklah" akhirnya hyeri pun masuk dan langsung melangkah pelan ke arah kamar sahabatnya itu. Lalu dia menoleh ke arah se ri dan menyakinkan dirinya. Wanita paruh baya itu pun mengangguk dan berkata 'masuk saja' tanpa bersuara.

Melangkah yakin mendekati kamar yang pintunya sengaja dibuka itu, hyeri sedikit tertegun dengan apa yang dia lihat sekarang. Rosie yang duduk bersandarkan headboard sambil mendengarkan musik melalui kabel earphones ditelinganya. Lisa yang tertidur miring menghadap ke arah sang kakak pun meletakkan tangannya ke atas paha rosie. Anak sulung jung hyuk ini memainkan jari-jemari panjang nan kurus milik sang adik bersamaan dengan menikmati alunan musik.

"uhuk.. uhuk.."

Mendengar suara batuk sang adik rosie langsung menegakkan sandarannya. Melepaskan sebelah earphones dan mengusap kepala lisa. Terasa Gadis berponi itu Bergerak gelisah, berpeluh, dan mata yang terpejam kuat menahan sakitnya. Karna Batuk yang tidak mereda pun rosie merubah arah duduknya menjadi menghadap gadis berponi itu. Sedikit membungkuk untuk meraih punggung lisa untuk diusap.

"Mau minum, hm?" Ucap rosie pelan dan lembut sambil merapikan rambut lisa dengan tangannya yang mengusap. Hyeri yang sedari tadi memilih berdiri diam di pintu pun menutup mulutnya bungkam. Suara itu, terucap sangat hangat dari mulut rosie yang sebelumnya pernah membuat gadis rambut sebahu ini menangis tersakiti karna ucapannya.

Rosie turun perlahan dari ranjang, dan berjalan ke meja nakas. Meraih pelan tempat minum sang adik lalu meraba kursi dan menyeretnya pelan mendekat ke sisi tempat tidurnya. Rosie merapatkan kursi dengan ranjang kemudian membuka tempat minum itu.

"Ini minumlah" ucap dan raba rosie lembut mendekatkan sedotan ke arah sang adik.

"Tenggorokanku sakit. aku bahkan kesulitan menelan ludah ku sendiri" ucap lisa menggeleng. Dia masih terpejam dan sesekali berdehem meredakan sesuatu yang seperti mengganjal ditenggorokannya.

"Tahan sedikit, hm? Tenggorokanmu pasti sangat kering" ujar rosie memberi pengertian pada sang adik. Air mata hyeri akhirnya turun membahasi pipi dan tangan yang membekap mulutnya menahan isak tangis yang keluar. Padahal belum lama ini dia menangis karna rosie sangatlah dingin. Apa rosie seperti ini hanya karna lisa sedang sakit? Ah sepertinya tidak. Rosie sama sekali tidak pernah memperdulikan sekitarnya. Ini sangat tidak mungkin.

Karna lisa tidak menjawab pertanyaannya, rosie merasa lisa kembali tidur. Meletak tempat minum itu ke meja yang ada disamping tempat tidur, rosie memasang lagi earphones yang dilepas ke telinganya. Kembali mendengarkan musik dan larut ke dalam suasananya.



Setelah beberapa saat hyeri berdiri menyiapkan diri dan menunggu waktu yang tepat, akhirnya dengan segenap keyakinan, hyeri mencoba mendekat dan berusaha melangkah setenang mungkin.




"Lisa sedang sakit apa?" Ucap hyeri mengatur nafas, sedikit menahan isaknya. Rosie yang merasa ada suara dan keberadaan seseorang pun melepaskan kedua earphones nya memastikan.

"Rosie, aku bertanya. lisa sedang sakit apa?" Ujar hyeri seperti berbisik, kembali mengulang ucapannya dengan suara yang bergetar, siapapun yang mendengar akan tau bahwa hyeri sedang menangis dalam diamnya. Berdiri dari belakang, hyeri nampak jelas bagaimana pundak rosie kini terangkat nanap. Earphone yang rosie lepaskan pun terjatuh dari tangannya.

"Hyeri?" Sambil memutar arah duduknya Rosie bertanya dengan perasaan bersalahnya yang sudah menyeruak, memastikan pendengarannya apakah dia tidak salah mendengar.

"Hm" hyeri hanya bergumam karna tak ingin isaknya membangunkan lisa. Gadis berambut sebahu ini sudah menangis menahan rasa haru dan senangnya dapat berinteraksi dengan gadis dingin ini. Rosie yang mendapat jawaban itu pun langsung menunduk dan meremas dressnya kuat.

"Maafkan aku" ucap rosie dengan penyesalannya. Hyeri dengan segala keterkejutannya tidak membalas pernyataan sang sahabat, Dengan itu pun hyeri semakin menangis sambil membekap mulutnya. Perasaanya campur aduk, dia tidak tau bagaimana harus bereaksi. Menangis dalam diam sangat menyesakkan, namun merasa terlalu senang juga mampu menyesakkan dadanya.

"Hyeri-" ucap rosie khawatir memanggil hyeri yang tak menjawabnya.

"Boleh aku memelukmu?" Tanpa pikir panjang rosie langsung berdiri dan merentangkan tangannya menerawang keberadaan sang sahabat. Hyeri benar-benar tak bisa menahan isaknya lagi saat melihat rosie seperti itu. Dia langsung memegang tangan gadis blonde itu dan dengan cepat rosie langsung memeluk hyeri.




Pekanbaru, 21 agustus 2021

Altschmerz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang