#64

376 69 0
                                    

Dipagi ini, setengah jam sudah lisa habiskan untuk memandangi seorang gadis yang ntah sejak kapan bergabung dengannya ditempat tidur. Tak terlewatkan se-inchi pun, memperhatikan kakak kesayangannya adalah sesuatu yang menyenangkan sekaligus menyakitkan untuknya saat ini.

Rintik-rintik air langit yang jatuh, daun-daun yang terlepas taut, dan deru angin yang membawa badai setia besenandung bak memainkan musiknya sendiri. Awal hari yang begitu dingin, kuat mendorong gadis berponi itu untuk memeluk tubuh hangat dihadapannya.












Bahkan saat alam memberi izin begitu luas, diri sendirilah yang bersikukuh menahannya.

Atau, bisakah gadis blonde itu yang memulainya terlebih dahulu? Sungguh, lisa begitu ingin. Tubuhnya seperti lumpuh saat ini.


















Tidak ada yang tau seberapa kuatnya naluri yang kembar ini miliki, tapi tak lama setelah itu rosie merengangkan tubuhnya terbangun lalu mendekat dan memeluk lisa. dengan kakunya gadis berponi ini terkejut, bagaimana bisa? Itu semua ada dipikirannya, bukan?

Namun tangan putih itu kemudian bergerak begitu lemah dipunggungnya, Sangat menenangkan. Bahkan gemuruh tanya dikepalanya ikut mereda.



Beberapa menit kemudian rosie melepas lisa dari dekapannya. Tangan yang tadi memeluk kini terulur menangkup pipi sang adik. Mereka berdua saling memandang, tatapan mereka bertemu dengan tepat walau hanya lisa yang dapat melihat betapa kosongnya sorot mata itu.

"lisa," panggil gadis blonde itu membuat lisa seketika memejamkan mata karna rosie mulai bergerak meraba wajahnya.

"bangun.." sambung rosie lagi dengan suara serak khas bangun tidurnya.

"lisa?" panggilnya lagi, sedangkan sang adik masih betah diam tak menjawab.

"kita sarapan, hm? Bukannya kau sangat lapar?" ujar gadis blonde itu teringat adiknya melewati makan malam. Lisa masih membungkam diri, membuat rosie pun bingung.

"kau sungguh belum bangun?" tanya gadis blonde itu bingung, lisa slalu bangun lebih awal darinya dan sangat mudah terjaga. Rosie lalu mencoba memanggil lisa sekali lagi dan tetap sama, tidak ada jawaban untuknya. Memilih untuk beranjak turun ke lantai bawah, sulung jung hyuk ini menemui orang tuanya.






















Lisa dari atas tempat tidur tak lepas memandangi langit yang begitu indah dari kaca jendelanya. Diwaktu nyaris sore, dia masih tak dapat menemukan gairah untuk menikmati hari yang begitu cerah ini.

sedari tadi ia hanya menenggelamkan diri dalam selimut dan tertidur, se ri serta jung hyuk sepertinya juga sudah kewalahan membujuknya bangkit, sampai Senampan makanan dimeja nakasnya pun telah kehilangan hangat.

Terlepas dari seluruh rasa sakitnya, lisa cukup bersyukur karna hal itu datang diwaktu yang tepat. Semuanya mengira bahwa lisa masih belum pulih dari pangarnya waktu itu, padahal ada sebuah pisau yang sangat berkarat baru saja melukainya begitu dalam. Ya, walaupun tidak sebanding, setidaknya Itu membuatnya tak perlu menggunakan topeng untuk menutupi keadaannya saat ini.

berlakon bukanlah keahlihannya.
















Lisa seketika menoleh dengan lemahnya ketika seseorang mengetuk pintu. Tidak hirau, gadis berponi ini kembali menatap jendela. Bahkan sampai ketukan yang ketiga masih tak membuat lisa tergugah untuk membuka dan mempersilahkan ntah siapa itu masuk.



"lisa, ini aku" ucap gadis berambut sebahu itu memberitahu kedatangannya. Tentu lisa dapat mengenalnya dengan jelas, tapi sangat disayangkan sekali itu masih tak mempan membuatnya beranjak dan menyambut sahabat yang berjanji menyusulnya pulang.

Altschmerz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang