#67

415 83 3
                                    

Mata kedua insan ini tak henti bergerak menerawang. dari banyaknya orang-orang yang mereka lihat disepanjang perjalan, dengan penuh harap mereka temui gadis berponi itu diantaranya. Tak sekali-kali mobil mereka mendapatkan makian sebab melaju lambat dijalan yang begitu padat sore itu.

hampir seharian penuh mereka mengitari kota ini dan nihil petunjuk yang didapatkan. Bambam yang bertugas menyetir, kepalanya terasa panas sebab tak lagi tau kemana harus dia menuju. Sedangkan hyeri hilang timbul kalahnya datang bersama seruak aneh yang membuatnya tak kuasa menahan sedu sedan serta air mata yang memberontak lepas.

Lelah, lelaki ini akhirnya menepi. Hela nafasnya begitu kasar, bambam sungguh tengah menahan emosi. Bagaimana tidak? Mereka semua adalah teman terdekat gadis berponi itu, tapi kenapa tak seorang pun tau dimana kemungkinan lisa melabuhi dirinya.

Sadar tidak berguna,
itulah yang tengah dirasakan insan-insan ini.

Hyeri yang melihat bambam seperti itu, malah membuatnya kembali haru, kalahnya menang lagi. Ini benar-benar menguras tenaga. Bukan hanya lelah fisik, tapi juga lelah pikiran karna dipaksa terus berpikir yang bahkan seorang lisa tak pernah memberitau mereka tentang itu.

"apa kau yakin dia tidak ada dirumahnya?" ucap bambam setelah menumpukan kepalanya ke stir mobil. Hyeri kemudian menoleh, menggeleng lesu gadis itu menanggapi.

"aku tidak begitu yakin. Tapi ntah mengapa firasatku terus mengatakan hal itu" jawab hyeri, Matanya kemudian melihat lurus ke depan.

"apa?" tanya bambam penasaran. Lalu dia menoleh menatap lawan bicaranya.

"selama ini, aku tak pernah melihat lisa bersedih jika itu bukan tentang keluarganya. Mereka sungguh rumah untuknya. Dan kau ingat, betapa hebat dia menangis kemarin?" jelas hyeri, mengingatkan bambam tentang kedatangan mereka ke rumah keluarga choi setelah kehilangan kabar tentang lisa.

"itu terdengar begitu menyakitkan, bukan? Bagaimana bisa, padahal ia memiliki ro-" timpa hyeri kembali dan membuatnya mengingat sesuatu yang terlewatkan. Bambam yang merasa gantung pun keningnya berkerut tanya.





"rosie" ucap hyeri pelan sekali lagi.




























Setelah itu mereka mejalu menuju kediaman keluarga choi, dimana mungkin sebuah jawaban bersemayam disana. Menghabiskan waktu hampir sejam, akhirnya mobil berisikan bambam dan hyeri ini terparkir ditepi halaman rumah choi jung hyuk.

Menapakkan kaki, mereka turun dan melangkah mendekati pintu. Menekan bel sekali, hyeri melirik lelaki tinggi disisinya. Perasaan takut dan harapan yang begitu terlalu, kini membuat dirinya begitu membuncah. Keadaan rasa yang begitu sulit, keadaan rasa yang begitu pelik.

"malam paman" selamat bambam, Lalu keduanya membungkuk sopan.

"ah, kalian! Masuklah" ucap jung hyuk ramah dan mempersilahkan tamu-tamu rosie masuk.

"iya paman" ucap bambam pelan. Kemudian mereka masuk, menggantungkan mantel hangat mereka ke tempat yang tersedia.

"Kalian belum makan'kan? Duduk. Bergabunglah dengan kami" perintah jung hyuk. Bambam dan hyeri tak menolak, sebab mereka pun sejujurnya butuh asupan setelah menghabiskan banyak tenaga.

"terima kasih paman" ujar hyeri. Mereka kemudian bergabung, gadis berambut sebahu ini memilih duduk disamping sahabatnya.


"rosie" panggil hyeri lembut, menyapa rosie yang alisnya menyatu. Sepertinya dia sedang mencoba mengenali suara-suara yang tak asing ini.

"ah, ternyata itu kau, hyeri. Aku fikir siapa yang datang" ucap gadis blonde itu. menoleh sedikit, ia memperlihatkan sumringahnya.

"hm, aku datang bersama bambam" beritahu hyeri. Rosie pun mengangguk senyum mendengarnya.




Altschmerz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang