Khawatir didalam diri hyeri sudah tumpah ruah, pikiran baiknya tak mampu mengalahkan buruk yang terlalu mendominasi. Lelaki tinggi itu datang membawa kabar yang begitu sulit untuk diterima, mengacaukan semua harapan rapi dipuncak keinginannya.
Terlungguh diri di atas keputusasaan, jatuh kepalanya ke kedua lutut yang saling menekuk satu. Menangis bungkam dalam penyesalan, menangisi kepekaan yang ia hiraukan. Pecah tangis semua orang, lara merobek sayatan luka tipis di hati mereka yang begitu menaruh kasih pada gadis berponi itu.
Derap langkah yang didesak risau, menegakkan jatuhnya gadis berambut sebahu ini. gurat wajah seorang ayah yang kehilangan salah satu cintanya, tergambar jelas diwajah sang kepala keluarga. runtuh sudah tujuan hidup bahagianya, membumi semua ketegaran dan kekuatan.
Pandangan haru hyeri pun bertemu dengan seseorang. Cukup tersirat, tapi semua orang dapat menangkap arti tatapan bingung yang penuh ketakutan untuk berharap itu. dibawa diri takluknya tegak, memaksa kuat untuk sahabat satu-satunya. Didekapnya, dikerahkannya semua kekuatan yang tersisa.
"ayo. Ingin berjumpa lisa 'kan?" gadis blonde itu berdiri kaku. Semua sudah terlalu tegas untuk dijelaskan. Tangan gadis berambut sebahu yang seketika hadir menggenggam, seakan menuntutnya untuk bersiap.
Langkah mereka memang tak terburu, hanya saja dalam menujunya sayup-sayup tangis yang terdengar cukup melukai hati gadis blonde ini. saat satu per satu kaki bergerak mendekat, semakin susah perasaannya untuk ditenangkan. tak butuh lama, tibalah rosie di sebuah kaca yang cukup luas. Pembatas bening kokoh yang menyatukan pandang pertamanya lagi pada sang adik.
Rosie berdiri bungkam, terdiam, dan kaku. Ini sungguh hal yang ingin sekali ia lakukan sejak hari lalu. Tapi keadaan hati tak dapat jelas terbaca, ntah ini perasaan senang karna inginnya sampai atau perasaan sedih karna inginnya tak sesuai.
Tepukan lembut diiringi elusan dipundaknya yang turun, menarik sadar gadis blonde yang nirakal. Sudut bibir hyeri tertarik rentang, wajah sembab yang kacau, kepala yang mengangguk pelan, seakan memperbolehkannya masuk.
"rosie. bertemu lisa, inikan yang kau inginkan?" ucap gadis blonde itu didalam hati. Mencoba menyakini diri bahwa ia tak akan menyesali sesuatu. Adik kesayangannya sudah ada didepan sana. Apa lagi inginnya selain itu?
Tanpa pakaian khusus, rosie masuk ke dalam ruangan yang lengang. Bunyi teratur dari ventilator membuat suasana ruangan terdengar begitu tenang dan senyap. Mata gadis blonde ini tak berkedip memandangi sang adik yang terguling lemah diranjang. berjalan dengan pandang yang terpaku, berdiri tepat disisi tempat tidur lisa itu.
"apa seseorang memberitahumu? Sehingga kau mendesak diri untuk pulang kembali?" ujar rosie masih dengan posisi tegaknya, belum timbul niat untuk menyentuh atau melihat lisa lebih dekat.
"padahal aku sudah ingatkan mereka untuk tidak mengatakan hal ini dulu padamu" sambungnya. Mengangguk-anggukkan kepala, membenarkan pernyataannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Altschmerz
Fanfiction"Maaf karna belum bisa memaafkanmu" - Rosie "Aku percaya rosie ku masih ada didalam hatimu. Dia telah terkurung di celah terdalam dan tenggelam bersama ribuan ketakutanmu. Sekalipun ia berada dikepingan terkecil, aku akan menggapainya. Tidak akan ad...