Melawan arus lorong panjang itu, lisa berjalan menuju ruangan favoritnya. Disaat siswa-siswi lain berbondong-bondong untuk segera keluar dari gedung sekolah, gadis berponi ini justru betah. Sekolah benar-benar rumah kedua untuknya.
Membuka perpustakaan yang tenang, lisa duduk ditempat teman-teman kelompok belajar yang sudah memulai diskusinya. Mengeluarkan tugas yang sedang dibahas, gadis berponi ini bergabung dan mulai mengikuti teman-temannya.
Lisa, bambam, namjoon dan wendy, cermat mendengarkan penjelasan eun woo yang memiliki jawaban yang berbeda sendiri. Mengandalkan papan tulis kapur yang tersedia diruangan itu, eun woo membuat teman-temannya menyadari kesalahan mereka, lelaki ini begitu teliti, itu sebabnya wendy mengajaknya bergabung.
Ditengah diskusi mereka, suara pintu terbuka mengalihkan semua fokus para murid pintar ini. mereka semua menatap pintu dan melihat seorang gadis dengan senyum canggungnya berdiri disana. Perkenalkan, anggota kelompok belajar yang terakhir, si tukang langganan terlambat sedang menetralkan picu jantungnya karna berlari.
"kau terlambat 24 menit 48 detik" melihat jam digitalnya, namjoon berucap saat chaeyoung mulai melangkahkan kakinya masuk.
"berhentilah menghitungnya!" berdecih, chaeyoung memutar matanya malas sebab setiap kali dia terlambat namjoon slalu membuatnya terlihat lebih buruk dengan itu.
"alasan apa lagi yang akan kau pakai, Ha?" bambam dengan sedikit kekehnya bertanya. Sesama pemain basket, dia hafal gadis itu.
"aku dan tim basketku dipanggil Mr. David untuk membahas olimpiade olahraga bulan depan. Sungguh kali ini aku tidak mengada-ngada" mengangkat dua jarinya melakukan 'Peace', chaeyoung menunjukkan kesungguhannya, berharap teman-temannya memaklumi.
"itu jelas mengada-ngada, karna siswa tingkat akhir sudah tidak diperbolehkan lagi mengikuti lomba, chaeyoung. Kau lupa ujian sudah tidak lama lagi?" ucap wendy menggeleng dengan alasan teman kelompok belajarnya itu.
"bilang saja kau tertidur" simpul eun woo.
"hehehehe, aku sudah membeli kudapan untuk permintaan maafku" chaeyoung tersenyum lebar, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Memangku tasnya, gadis ini mengeluarkan makanan ringan yang dibelinya dan mereka pun tertawa dengan tingkah chaeyoung.
"sudah, sudah.. ayo kita lanjutkan lagi" ucap lisa terkekeh menengahi. Bambam membuka kudapan yang diketengahkan itu dan kembali mendengarkan dengan cermat eun woo yang mengulang penjelasannya.
Selesainya eun woo, si lelaki yang sangat teliti itu menjelaskan untuk kedua kalinya, lisa dan teman-temannya pun memperbaiki jawaban mereka dengan mengerjakannya ulang. Kemudian dilanjutkan dengan chaeyoung untuk soal yang berikutnya. gadis ini memang terkenal dengan tim basketnya dan tukang tidur, begitu-begitu chaeyoung adalah juara 2 dikelas sebelumnya. Selesainya gadis itu, diskusi dilanjutkan oleh bambam dan lisa.
Ditengah lisa sedang menjadi titik fokus teman-temannya saat menjelaskan, suara decitan pintu lagi-lagi terdengar, tapi lisa berusaha tidak menghiraukan dan terus melanjutkan kegiatannya. Namjoon yang konsentrasinya terpecah pun menoleh ke asal suara. Terkejutnya dia langsung berdiri dan membungkuk, membuat lisa dan teman-temannya ikut menoleh ke arah yang sama.
"selesaikan saja dulu" ucap seseorang itu. lisa hanya menghela nafas dan mengucapkan maafnya tanpa suara kepada kelompok belajarnya. Wendy yang terduduk disamping lisa mengangguk dan menepuk paha lisa. membalas anggukan itu, gadis berponi ini melanjutkan diskusi mereka.
Beberapa menit berlalu, pembahasan soal lisa selesai, gadis berponi ini pun berkemas. Dia dan teman-temannya sudah paham saat jung hyuk datang, itu bertanda bahwa lisa harus pulang. Tapi biasanya pria tegap itu akan mengatakannya diawal pada lisa dan gadis berponi itu pun bisa memberi tau kelompok belajarnya. Tapi, Kenapa kali ini sangat tiba-tiba. Ada apa?

KAMU SEDANG MEMBACA
Altschmerz
Fanfiction"Maaf karna belum bisa memaafkanmu" - Rosie "Aku percaya rosie ku masih ada didalam hatimu. Dia telah terkurung di celah terdalam dan tenggelam bersama ribuan ketakutanmu. Sekalipun ia berada dikepingan terkecil, aku akan menggapainya. Tidak akan ad...