Setelah lelah semalaman menghadapi isi kepala yang riuh ramai tak karuan, akhirnya, dipagi yang lumayan tinggi ini lisa membuka mata, bangun dari tidur singkatnya. Pandangan pertama gadis ini jatuh pada cahaya hangat pagi yang masuk menyinari kamarnya yang belum sempat ia benahi.
Termenung beberapa saat mengumpulkan kesadarannya penuh, lisa kemudian mendudukkan diri dan melihat segenangan air dilantai. Beralih pandang, gadis ini mendapati jendela kamarnya yang senantiasa terbuka sempurna. Jangan salahkan turunnya hujan dan angin yang berhembus, ini sepenuhnya kesalahan lisa.
Menghela nafas, lisa menapakkan kakinya turun dan berlalu melawati kubangan kecil itu. membawa diri masuk ke dalam kamar mandi, gadis berponi ini membersihkan diri disana. Tak lama kemudian, gadis itu keluar dengan handuk putih yang melilit menutupi tubuh ringkihnya. Membuka koper, lisa berpakaian dan menyiapkan apa saja yang akan dia bawa hari ini ke dalam tas.
Ditengah bersiap itu, manik mata lisa tak sengaja menangkap strap dari kamera analog miliknya. Memandangi benda itu lama, gadis berponi ini menggeleng dan kembali fokus ke bawaannya. akhirnya setelah selesai, lisa beranjak pergi meninggalkan kamar dengan menenteng kameranya disalah satu bahu.
"sepertinya aku harus membeli beberapa roll film untuk ini."
Keluar dari bangunan lima lantai itu, lisa memilih berjalan kaki. menyusuri tepian jalan yang ramai, lisa menjadi salah satu dari banyaknya. Arus yang kacau tak teratur, mata gadis ini terus bergerak mencari sebuah toko. Dan ya, setelah menghabiskan sekitar tiga belas menit, akhirnya lisa menemukannya. Disinilah dia sekarang, berdiri didepan sebuah salon.
Membuka pintu, lisa masuk. Mendengar suara lonceng, Seorang wanita pun menghampiri dan siap memberi pelayanan pada gadis berponi ini.
"tolong potong sependek mungkin" ucap lisa setelah memposisikan dirinya diatas tempat duduk. wanita itu hanya tersenyum lalu mengangguk, mengiyakan permintaan pelanggan yang bahkan tidak memiliki rambut tak begitu panjang itu.
Meraih alat perangnya dan sebuah kain tipis, wanita ini mengibas kain itu sebelum ia lebarkan dan memasangkannya ke lisa. menyemprotkan sedikit air ke rambut gadis berponi itu, tangan wanita ini dengan lihainya memainkan gunting, membuang dengan bertahap rambut-rambut yang indah milik bungsu choi itu.
Melihat rambut-rambut yang berhasil terpotong jatuh, membuat lisa merasa bahwa perubahan ini harus membawanya ke kehidupan yang baru. Sedari awal sejak gadis ini memulai tindakan nekatnya, ia sungguh berjanji pada dirinya sendiri akan hidup lebih baik.
Sebab permintaan yang sederhana dan tidak rumit, jadi hanya sedikit memakan waktu. Angan lamun lisa justru lebih membuang banyak masa dan sulit dicerna habis dari pada proses pemotongan rambut ini.
Beranjak dari larutnya, lisa memandangi diri dan mahakarya dari wanita yang berdiri dibelakangnya. Ditatap penuh lekat diri baru itu dicermin, begitu terpaku sampai gadis berponi ini terlupa kedip. saat wanita itu melepaskan kain tipis yang terpasang, lisa pun tersadar dan mengangguk pada pantulannya.
Setelah melakukan pembayaran dikasir, gadis berponi ini kemudian dilepas hangat oleh seorang pelayan yang membukakan pintu untuknya. Perbedaan suasana yang begitu terasa, membuat lisa menyadari bahwa ternyata diluar kungkungannya dunia terdengar cukup berisik. Itu ntah karna dia benar tak tau atau terlalu sibuk menutup telinga dan bersikap bodoh amat.
Tangan gadis berponi ini kemudian terangkat memberhentikan sebuah taksi, pak supir pun menepi tak jauh dari tempatnya berdiri. Berjalan sedikit, kemudian lisa membuka pintu, masuk dan memberi supir itu seuntas alamat. Taksi pun mulai bergerak, lisa menyandarkan tubuhnya sambil melihat jauh keluar jendela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Altschmerz
Fanfiction"Maaf karna belum bisa memaafkanmu" - Rosie "Aku percaya rosie ku masih ada didalam hatimu. Dia telah terkurung di celah terdalam dan tenggelam bersama ribuan ketakutanmu. Sekalipun ia berada dikepingan terkecil, aku akan menggapainya. Tidak akan ad...