#63

438 80 0
                                    

Keesokan paginya, didapur, se ri membuat sujebi untuk meredakan pangar. Kemudian dia menyuguhkannya pada lisa yang duduk dimeja makan bersama jung hyuk. Mendengar keadaan sang bungsu semalam sama sekali tidak membuat amarahnya terpancing. Kepala keluarga itu justru mengajak lisa untuk minum lagi (mengingat dia belum mengajarkan bungsunya mengenai Hoesik). Setelah menghabiskan sujebi, lisa memilih kembali ke kamar bernuansa pastel itu sebab kepalanya terus terasa sakit.






Beberapa jam kemudian, gadis blonde itu bangun. Tak lama dari terkumpulnya kesadaran, dia langsung meraba tempat tidur menyeluruh. Setelah itu tangannya mengepal keras dan rosie langsung turun dari tempat tidur sang adik. Dipagi yang begitu cerah ini sangat berbanding terbalik dengan suasana hatinya. Ini sudah kali ketiga ia tak menemukan sang adik. Kemana lisa sebenarnya? apa dia pergi lagi? atau tidak pulang sama sekali?

Rosie dengan kesalnya turun dan berteriak memangggil sang adik. Se ri bersama jung hyuk yang tengah menonton televisi langsung menoleh, merasa cemas melihat betapa cepatnya rosie menuruni tangga. Dengan sigap jung hyuk berlari mendekat, mencegah kemungkinan yang ada terjadi pada putri sulungnya.

"ada apa, hm?" ucap jung hyuk lembut, berharap dapat menenangkan sulung kesayangannya. Kepala keluarga ini juga sudah memposisikan rosie aman dipegangannya.

"kemana anak itu? kemana dia ayah?!" teriak rosie marah, menepis tangan sang ayah yang menahannya.

"tenang sayang-" ucapan jung hyuk terputus,

"oh, dia pergi lagi?!" sedikit terkekeh rosie meninggikan suaranya.

"aku rasa dia tidak bisu untuk berpamitan padaku!" timpa gadis blonde itu, dia begitu kesal hanya karna kehilangan permisi dari sang adik.












*bruuk!












"rosie-" ujar se ri terkejut sebab tiba-tiba rosie terduduk ruai dan menangis. Jung hyuk dengan cepat langsung menangkap dan mendudukkan putri kecilnya ke posisi yang aman.

"dimana lisa? dimana dia, ayah, ibu?" tanya gadis blonde itu lagi pada kedua orang tuanya. Tak lagi berteriak, kini tuturnya terlontar dengan suara yang melemah.

"ayah, aku membutuhkannya" adu rosie. suara yang nyaris berbisik itu terjalin begitu menyakitkan bersama sebaknya. mungkin tertangkap begitu dangkal bagi orang lain, tetapi sungguh tak seorang pun dapat mengerti bahwa dapra-dapra yang melindungi dan menahan perasaanya, satu persatu mulai berhilangan.

"iya sayang.." jung hyuk membawa putri kecilnya ke dekapan. Mengusap punggungnya dengan begitu lembut, menahan kecupnya terus berada dipucuk kepala rosie. dalam diam, se ri menangis melihat interaksi sang suami dan putri sulungnya. Bayangkan jika dua tahun lalu rosie benar-benar tidak menahan diri, hal seperti ini pasti sudah menjadi palu yang kian meretakkan hatinya yang tak lagi teguh.


"aku tak membutuhkan seorangpun jika aku tidak buta," ujar rosie lagi dalam pelukan sang ayah. ucapan yang begitu putus asa sungguh keluar dari mulut gadis blonde yang tak lagi mampu menahan lelahnya. Empat tahun ini begitu berat untuknya menerima diri. Tidak seorang pun didunia ingin menjadi seperti dirinya. Kenapa tuhan begitu kejam menciptakan takdir bahkan saat rosie tak melakukan apapun untuk merubah haluannya.

"dia membuat mata rosie kehilangan fungsinya, ayah" ucap gadis itu mulai kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Se ri mendengar tuturan sulung malangnya jadi semakin pecah, begitu pula jung hyuk yang di paksa mengingat kembali pada tragedi yang benar-benar menghancurkan hatinya. Ketika melihat anak harus menerima ujian seberat itu adalah mimpi buruk bagi setiap orang tua.





















Altschmerz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang