#56

432 79 1
                                    

Selesai melaksanakan kewajiban sebagai mahasiswa dengan mengerjakan ujian, Lisa membelah jalanan kota dengan mobil sang kakek. Mengandarai dengan kecepatan rata-rata, gadis berponi ini melaju menuju pulangnya ke rumah orang tua dari sang ayah.

Berkendara sekitar dua puluh lima menit, akhirnya mobil itu tiba dan lisa langsung memarkirkannya di halaman rumah. Tidak lupa mengambil alat tempurnya, lisa masuk ke dalam rumah. Mengecup pipi kakek dan nenek kemudian lisa jalan menuju ke kamarnya.

Menjatuhkan tubuh lelah itu ke atas tempat tidur, lisa menatap lekat langit-langit putih kamarnya. Besok dia akan pulang ke korea, menghela nafasnya lisa melirik koper yang belum siap di kemas sempurna. Tiba-tiba suara ketukan pintu membuatnya bangkit terbangun, membuka kayu berengsel kamarnya lisa menemukan sang nenek berdiri disana dan wanita tua itu memberitau bahwa lisa mendapat telfon.


"halo?" ujar lisa pada seseorang seberang sana.

"lisa!" panggil lelaki itu bersemangat.

"bambam?" ucap lisa bungung kenapa dia tiba-tiba menelfon, tidak seperti biasanya.

"hm, mark bilang kau akan pulang?"  tanya bambam memastikan kepulangan sahabat jauhnya.

"dia memberitahumu?!" ujar lisa terkejut, padahal lisa akan memberi kejutan pada lelaki itu.

"dasar! kalau begitu aku akan menjemputmu" ucap bambam memutuskan.

"tidak perlu, kau pasti sangat sibuk dikantor" tolak lisa.

"pokoknya aku yang akan menjemputmu. Nanti biar Aku yang menelfon paman choi untuk tidak menjemput putri bungsunya yang lupa pulang ini!" ucap bambam bersiteguh.

"baiklah-baiklah. aku akan memberitahu ayahku nanti"  terkekeh sekilas, lisa menyerah. membiarkan lelaki itu melakukan tugas sang ayah.

"kapan kau akan berangkat?" tanya bambam.

"besok, jam dua siang" jawab lisa.

"okey! Aku akan tepat waktu" ucap bambam mengakhiri, Lisa pun memutuskan sambungan.

Setelah itu lisa meletakkan telfon ke tempatnya, berbalik dan kembali ke kamar. Berkacak pinggang lisa melihat tumpukan-tumpukan baju yang berserakan, gadis berponi ini mengurut sedikit keningnya. Menyingsingkan lengan baju, lisa siap menyelesaikan tugasnya yang belum beres itu. memilah satu per satu barang yang akan dibawa dan memasukkannya ke koper yang tidak terlalu besar milik paman arlo (Karna lisa tidak berencana pulang terlalu lama).

Selesainya mengemas barang-barang untuk kepulanganya besok, lisa langsung menyusul sang kakek dan nenek yang sudah terlebih dahulu menyantap makan malam. Berbincang sebentar dimeja makan, kemudian lisa beranjak ke kamar untuk membersihkan diri.

Keluar dari kamar dengan menggunakan pakaian tidur, lisa kembali ke tempat telefon. Menekan tombol-tombol angka guna menyambungkannya ke keluarganya dikorea. Mendekatkan telfon ke telinga, lisa menunggu seseorang disana menerima deringan darinya. Namun sayang, panggilan itu tidak tersambung. Mencoba untuk kedua kalinya, lisa melayangkan panggilan.

"ya?"  jawab rosie. lisa mendengar itu bungkam, Setelah sekian lama tidak mendengar suara sang kakak membuat hatinya bergetar. Bahkan dengan kata sesingkat itu.

"halo-" panggil rosie lagi karna tidak mendapatkan jawaban. Lisa menggelengkan kepala membuyarkan pikirannya.

"hai.." mengehembuskan nafasnya pelan gadis berponi ini berusaha tenang. Kemudian lisa menjawabnya dengan begitu lembut, tidak ingin membuat sang kakak terkejut sehingga menutup telfonnya.

"sedang apa, hm?" ujar lisa memulai percakapan. Sedangkan disana bergantian, kini rosie lah yang merasa terkejut. Gadis blonde itu tidak pernah-pernah mengangkat telfon, tapi kali ini ntah kenapa dia melakukannya. Tidak terlintas sedikit pun dikepalanya bahwa itu adalah panggilan dari lisa.

"hm.. apa ada ayah atau ibu disana? Boleh berikan telfonnya sebentar?" ujar lisa mengutarakan maksudnya. Mendengar ucapan gadis berponi itu sebenarnya rosie menjadi sedikit kesal, kenapa lisa tidak berbicara dengannya saja?

Akhirnya rosie meletakkan telfon itu pelan, membiarkannya tergantung dan dia berjalan memanggil-manggil nama sang ibu sebab setaunya sang ayah belum pulang dari kantor. se ri mendengar namanya mengudara langsung bangun dari tidurnya dan menghampiri sang sulung. Rosie menyampaikan pesan lalu se ri langsung menjawab telfon dari lisa.

Rosie membiarkan sang ibu berbincang dangan adik kesayangannya itu. Dia duduk di sofa dan tidak berniat menguping sama sekali, dia sangat kesal.

Sungguh!!












"sayang?" panggil se ri setelah selesai berbicara dengan lisa. rosie menoleh ke asal suara dan bergumam menanggapi sang ibu.

"ini.." ujar se ri memberikan telfon pada rosie. gadis blonde itu kemudian bangkit dan mendekat. dadanya berdegup cukup kencang saat menuju ibunya. Sesampainya, se ri langsung memberikan telfon ke tangan sang sulung dan meninggalkannya.

"rosie?" panggil lisa. mendengar itu, rosie langsung mengangkat telfon mendekat ke telinganya.

"kau disana? Halo.." panggil lisa lagi memastikan. Walau sesungguhnya dia tau rosie sedang mendengarkannya, gadis berponi itu hanya ingin sang kakak menjawab.

"halo? Hm, Apa sudah terputus ya? Huft-" ujar lisa dan,

"hm.." gumam rosie akhirnya, lisa tersenyum diseberang sana.

"oh, haii! Lama tidak mendengarmu" ujar gadis berponi itu. rosie disini mengutuk dirinya sendiri, tidak tau kenapa dia tiba-tiba bergumam menanggapi ujaran lisa. tapi, arghh!! dia sangat merindukan adiknya itu.

"belakangan ini aku slalu mimpi tentang mu, itu membuatku cemas. Apa kau baik-baik saja?" tanya lisa. rosie hanya diam, keningnya berkerut. Dia baik-baik saja belakang ini. 

"bukannya kau sedang merindukanku, ya?" timpal lisa lagi dengan nada bingung. Mendengar apa yang diucapkan sang adik, sudut bibir gadis blonde ini tertarik. Senyum yang sempat hilang itu tampak lagi hari ini.

"tidak" ujar rosie sambil menahan senyum, Meredam rasa senangnya dalam-dalam. Dia membangun benteng itu selama hampir dua tahun, seharusnya bisa lebih kuat dari pertahanan sebelumnya. Tapi dengan kalimat itu, lisa berhasil menyelinap masuk menyentuh hatinya lagi.

"ah, sayang sekali. ternyata apa yang dikatakan temanku itu tidak benar. Padahal aku sangat senang saat mengetahui jika kau sedang melakukannya" beritahu lisa yang membuat rosie semakin sumringah. Mencoba untuk membungkam mulutnya lagi untuk tidak terlalu banyak berbicara. walau sebenarnya dia sangat menderita karna merindukan adik kesayangannya itu.

"bagaimana dengan hanky? Dia pasti sudah besar sekarang" tanya lisa mencari topik lagi.

"hm" gumam rosie sesingkat mungkin. Senyumnya tidak pudar sama sekali.

"kalau begitu, tolong katakan padanya bahwa aku akan segera  pulang. pastikan dia menungguku nanti, okey?" ucap lisa, rosie langsung merubah ekspresi sumringahnya menjadi datar. Dengan perasaan jengkel gadis blonde itu langsung memutuskan sambungan. Lisa. gadis itu benar-benar.

Rosie baru saja mencoba untuk terbuka kembali, tapi disaat itu juga gadis berponi itu membuatnya mengurungkan niat. Sedangkan diseberang sana lisa tertawa gemas setelah rosie mematikan telfonnnya. Dia akan pulang besok, dia ingin merayu kakak kesayangannya secara langsung.


Pekanbaru, 24 January 2022

Pulang menujumu✈️🤍

Altschmerz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang