"Maaf karna belum bisa memaafkanmu" - Rosie
"Aku percaya rosie ku masih ada didalam hatimu. Dia telah terkurung di celah terdalam dan tenggelam bersama ribuan ketakutanmu. Sekalipun ia berada dikepingan terkecil, aku akan menggapainya. Tidak akan ad...
"Aku minta maaf atas perilaku rosie tadi" ujar lisa yang kini sedang berada di teras rumah bersama hyeri yang sudah dijemput dengan supirnya.
"Tidak masalah, kita semua tau dia seperti apa. Aku sama sekali tidak menyesal karna sudah melakukannya." Sudut bibir lisa tertarik mendengar ucapan hyeri. Dia mengangguk dan memeluk hyeri.
"Pulanglah" lisa melepaskan pelukan. Dia membiarkan hyeri pulang.
"Jangan lupa perbaiki hubunganmu dengan rosie" sambung hyeri saat berjalan menuju mobilnya.
Hyeri masuk kedalam mobil dan menurunkan kaca, melambai pada lisa yang masih setia berdiri menunggu mobil sahabatnya itu beranjak. Hyeri menyandar dan menaikkan kaca mobilnya.
"Jalan pak" perintah hyeri pada supirnya itu.
Supir menginjak gas pergi dari rumah sahabat anak majikannya itu. Hyeri menoleh sedikit pada lisa yang kemudian dibalas anggukan oleh sahabatnya itu. Sampai mata tak dapat lagi bertemu, hyeri yang saat berpamitan pada lisa tadi tampak baik-baik saja sekarang dia berubah menjadi sangat murung.
Melewati rumah-rumah dan pohon hijau nan rindang. Gadis berambut sebahu ini memandang jauh keluar jendela mobil dan melihat kaca yang mulai dihiasi rintik-rintik air dari langit. Hyeri kini menutup mukanya dengan kedua telapak tangan bersamaan turunnya hujan dan air matanya.
Hyeri tak tau kenapa dia memasukkan perkataan rosie ke dalam hatinya. Rasa sakit ini seperti akan membunuhnya dari dalam. Rosie memang tidak menyakiti hyeri dengan perkataannya. Tapi gadis itu disakiti oleh ekspektasinya sendiri.
Hyeri sudah cukup yakin dan menyusun banyak kata sebelum bertemu rosie. Dia benar-benar berharap bahwa gadis blonde itu akan sadar atau setidaknya menoleh simpati padanya. Belum sampai pada inti pembicaraan tapi hyeri sudah mendapat penolakan. itulah yang kini membuat hyeri menangis. Meratapi angan yang kini sudah berterbangan bebas di kepalanya.
"Anda baik-baik saja, nona?" Tanya supir yang sudah khawatir mendengar tangisan dari kursi penumpang belakang.
"Saya bisa membawa nona berkeliling jika nona mau" tanya supir kembali saat tidak mendapat balasan dari nona mudanya itu.
"Kita pulang saja pak ahn" ujar hyeri menahan tangisnya.
Lisa kini duduk di kamar tamu yang ada di loteng rumahnya. Dia baru saja menyelesaikan rekaman kaset pita untuk rosie. Menyandarkan tubuh kurus itu ke dinding, menghirup aroma kamar lamanya yang masih melekat. Dia tidak menyangka ibunya menjaga kamar ini agar terus rapi dan bersih. Terbukti setelah 1 tahun ditinggal kamar ini sama sekali tidak berdebu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamar ini adalah kamar lisa. Dulu anak kembar jung hyuk itu berebut ingin mendapatkan kamar ini karna ukuran kamar yang lebih luas dan pemandangan yang indah terlihat membuat lisa dan rosie menginginkan kamar loteng ini. Lisa lah yang berhasil merebutnya dengan embel-embel 'kakak harus mengalah pada adik'.
Mengelilingi kamar itu lisa jadi memutar kembali kenangan yang ada. Mulai rosie yang sering tidur disini daripada dikamarnya sampai bagaimana mereka bertengkar dan lisa membanting hancur gitar rosie. Itu semua terputar dikepala lisa.
Langkah kaki Lisa berhenti tepat didepan mading kecil yang tertempel pada dinding tak jauh dari jendela. Disana masi tertempel jadwal pelajaran dan pengingat-pengingat dengan note. Mata lisa terpaku pada fotonya dan kembarannya saat mengunjungi nenek dan kakek dari ayahnya di New York.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ini waktu di Central Park, Jung hyuk mengambilnya diam-diam. Lisa ingat sekali waktu itu rosie mengajaknya berlari menuju penjual hot dog di ujung jalan.
"Iya kita akan kesana. Tidak perlu berlari" jawab lisa waktu itu setelah rosie mendesaknya untuk berlari bersama. Dengan jawaban itu rosie malah melompat-lompat kecil karna bersemangat. Lihat? Bagaimana lisa tidak merindukan kakaknya yang menggemaskan itu?
Lisa menutup pintu kamar loteng itu dan turun kebawah menuju kamarnya dan rosie. Membuka pintu perlahan agar rosie tidak terbangun dan melepas earphone pada telinga rosie, karna tidak bagus tertidur sambil mendengarkan musik.
Meraih Cassette Player pada tangan rosie lembut dan memasukkan kaset pita yang sudah lisa rekam tadi. Gadis berponi ini bersiap tidur, menyelimuti dirinya dan rosie setelah meletak Cassette Player milik kembarannya di meja samping tempat tidur mereka. Menyamankan diri menutup mata lalu menjemput bunga tidurnya.