Masuk ke dalam mobil, lisa siap melaju dan beranjak. lalu dia menoleh ke sebuah cassette player yang tergeletak dibangku penumpang sisi sebelahnya. dengan kondisi earphone telah terpasang, dan berisi sebuah rekaman pemberian rosie.
Hari dimana kaset ini diserahkan, lisa sama sekali belum mendengarkannya. Bukan karna tidak ada waktu, hanya saja dia memilih untuk tidak. lisa hanya tak ingin itu membuat niatnya terurung.
Mobil lisa saat ini sedang melaju, dia tengah mencari tempat yang cocok. Setelah menghabiskan beberapa saat, akhirnya gadis berponi ini menemukannya dan merasa sesuai, lisa lalu mengaitkan earphone itu ke telinga. meraih cassette player, mengemudi dengan tangan bebasnya.
Memegangi benda itu, membuat tangan gadis berponi ini basah. Bergerak begitu ragu juga didesak oleh waktu yang telah datang.
Dijalanan yang lapang dan tak ramai, lisa menginjak pedal gasnya semakin dalam. Disaat kecepatan berkendaranya meningkat, jari ringkih yang bergetar itu mulai menekan sebuah tombol dan rekaman pun terputar.
Saat suara sang kakak terdengar memenuhi kepala, saat tentang rosie tak lagi mampu menghentikannya.
selama berputarnya rekaman itu lisa hanya tersenyum, matanya tanpa disadari basah oleh air mata.
Jalanan yang dipinggiri pembatas, jalanan yang bersuasana begitu sepi pagi ini. mendapati didepan sana ada sedikit pembelokan, lisa meletakkan cassette player itu kembali ke tempatnya. Tangan yang tadi bertugas memegang cassette player kini naik menutup matanya sendiri. pedal gas yang telah penuh, tangan yang memegang kendali pun mulai kehilangan stabilnya.
Mobil yang dikendarai lisa dengan kencangnya menabrak pembatas jalan. Didalam sana, begitu hebatnya lisa terhempas-hempas mengikuti benturan mobil yang berbalik tak karuan. yang awalnya berada dibangku kemudi, karna kesengajaannya untuk tidak memakai safety belt, kini lisa dengan posisi kacaunya berada dibangku penumpang belakang.
Kaca-kaca pecah berhamburan, bagian-bagian mobil terluar berserak lepas dari letaknya. Mobil yang berada dijalur berlawanan memberhentikan kendaraan mereka sebab sebagian mobil lisa kini sedang menghambat jalan.
Beberapa saat para pengemudi tercengang kaku melihat bagaimana hancurnya mobil itu dan kendaraan terdekat dengan cekatan keluar untuk memeriksa. Membuka paksa pintu mobil yang terbalik, pengemudi ini hati-hati membawa lisa keluar dari sana. Keadaannya, sulit sekali untuk dijelaskan.
Sedangkan dipagi yang sama, jung hyuk berbelok menuju telfon umum yang tersedia dirumah sakit dan berpisah dengan sang istri yang pergi memesan makanan untuk sarapan mereka. Mengantri sejenak sampai tiba gilirannya.
Mengeluarkan sebuah buku kecil dari saku kemejanya, jung hyuk membalik lembar perlembar guna mencari nomor yang akan menyambungkannya dengan sahabat dari anak-anaknya, hyeri.
Memasukkan beberapa koin, meraih gagang telfon, jari-jari kekar milik kepala keluarga ini menekan angka demi angka setelahnya. jung hyuk cepat mengangkat telfon itu mendekat ke telinga dan menunggu nada sambung hilang oleh seseorang yang menyambut dering darinya.
"halo? Hyeri?" jung hyuk membuka.
"dengan siapa disana?" jawab seseorang itu.
"il-hwa. ini aku, jung hyuk. Ayah si kembar, rosie dan lisa" ucap jung hyuk memperkenalkan diri pada il-hwa yang tak mengenali suaranya.
"oh, jung hyuk! ingin berbicara dengan hyeri?" mengingat saat membuka pembicaraan lelaki ini menyebut nama putri semata wayangnya, il-hwa langsung saja pada yang dimaksud dan tidak berbasa-basi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Altschmerz
Fanfiction"Maaf karna belum bisa memaafkanmu" - Rosie "Aku percaya rosie ku masih ada didalam hatimu. Dia telah terkurung di celah terdalam dan tenggelam bersama ribuan ketakutanmu. Sekalipun ia berada dikepingan terkecil, aku akan menggapainya. Tidak akan ad...