#13

908 129 0
                                    

Lisa berada di dapur menyiapkan makanan untuk rosie Setelah tadi dia membersihkan kamar dan mengganti baju kakaknya itu. Membawa nampan, gadis berponi itu berhenti saat melewati pintu kamar orang tuanya. Kabar baik ini, akan dia hadiahi nanti jika ayahnya sudah pulang.

Membuka pintu dan meletakkan makanan di meja nakas lalu meraih p3k yang ada dikamar itu. Lisa kemudian duduk di atas ranjang bersama rosie yang rambutnya belum sepenuhnya kering. Meraih tangan kakaknya lembut dan mengobatinya.

"Berjanjilah untuk tidak melukai dirimu lagi" ucap lisa tanpa menghilangkan fokusnya pada luka itu. Rosie mengangguk dan menunduk sesal pada dirinya sendiri.

Kemudian beralih ke kaki sang kakak, Lisa Memerintah rosie untuk meluruskan kaki dan mengangkatnya ke pahanya. Lisa sungguh bersyukur karna luka itu tidak terlalu dalam, jika iya mungkin rosie akan mendapatkan beberapa jahitan. Putri sulung jung hyuk itu sedikit kesakitan saat merasakan pedih di telapak kakinya.

Lisa selesai, Dia menurunkan kaki rosie kembali. Gadis berponi itu meraih tangan sang kakak lagi dan mengecup tepat pada luka yang sudah di plester.

"Itu penawar dari ku" rosie mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk. Lisa tersenyum melihatnya, mengusap lembut dan meraba kepala belakang rosie yang saat dikamar mandi tadi empunya hantukkan. Agak sedikit benjol sepertinya.

"Apa ini masih sakit? Perlu aku kompres?" Rosie menggelengkan kepalanya cepat menolak. Lisa pun mengangguk dengan itu.

"Pergilah ke meja nakas. Aku akan mengeringkan rambut mu, hm?" Rosie sangat patuh, dia langsung beranjak walau berjalan sedikit pincang akibat luka di telapak kakinya. Selagi menunggu kakaknya, lisa mengemas kembali kotak p3k.

Lisa menghampiri rosie dan meraih sendok makan yang ada dinampan. Memberikannya pada sang kakak seakan memerintah rosie untuk makan. Dia mulai menghidupkan hairdryer untuk mengeringkan rambut blonde itu.

Rosie tidak memulai makan siangnya. Dia termenung memikirkan dirinya sendiri. Masih merasa bersalah terhadap apa yang selama ini terjadi. Bahkan sampai lisa selesai, rosie sama sekali tidak menyentuh makanannya sedikitpun.

"Tidak selera makan, hm?" Lisa yang sedari tadi menyadari, melontarkan pertanyaan. Rosie diam tidak menjawab. Dia hanya meletakkan sendok itu kembali ke atas meja. Lisa dengan segala kepekaannya mengambil alih sendok itu dan meraih kursi untuk duduk di dekat rosie.

"Aku akan menyuapkan mu" lisa mengaduk sedikit makanan itu bersiap untuk menyuap kakaknya ini.

"Aaa buka mulutmu" lisa mengintruksikan gadis dihadapannya. Lisa seperti sedang deja vu saat ini.




"Maafkan aku" bukannya menerima makanan itu, rosie malah menunduk. Lisa menurunkan tangannya yang terangkat memegang sendok, dan menatap rosie sendu.

"Aku sudah bilang kau tidak perlu maafku. Aku sama sekali tidak masalah dengan itu, rosie" lisa berucap begitu lembut memberikan pengertian pada kakak satu-satunya ini.

"aku sangat menyesal sudah melakukan hal bodoh pada mu. Maafkan aku" saat dimana lisa dengan mudahnya memaafkan, malah rosie yang kesulitan memaafkan dirinya sendiri. Lisa mendengar jawaban itu menghela nafas.

"Aku akan memaafkanmu jika kau menghabiskan makanan ini" rosie sudah pasrah, dia akan menuruti adiknya ini. Menegakkan kepalanya dan membuka mulut siap menerima suapan.

"Dengan suapan itu, permintaan maafmu baru saja ku terima" ucap lisa sambil tertawa kecil setelah menyuapkan rosie. Meletakkan sendok lalu mengelus kepala kakaknya. Dia senang. Rosie akhirnya kembali.











Jung hyuk, se ri, dan lisa sedang menikmati makan malam mereka. Rosie biasanya tidak akan ikut makan malam keluarga seperti ini. Tapi itu dulu, sekarang gadis blonde itu tidak ikut bergabung karna sepertinya dia kelelahan. Hari ini benar-benar emosional, itu membuat tenaganya banyak terkuras.

Dentingan sendok garpu dengan piring yang menghibur ruang makan keluarga choi itu. Tidak ada percakapan antara mereka. Lisa memperhatikan kedua orang tuanya dan tersenyum sumringah. Kabar baik itu sudah ada padanya.

"Ayah, ibu" pecah lisa dalam keheningan itu. Kedua orang tuanya menaruh sendok dan garpu mengalihkan semua perhatiannya kepada si bungsu

"Aku... a-aku berhasil membawa rosie kembali" ucap lisa dengan gugup karna terlalu bersemangat. Jung hyuk dan se ri bungkam, dia seakan tak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar.

"Jangan bercanda lisa" ucap Se ri tidak ingin terlalu berharap. Tapi detak jantungnya tetap saja berdetak lebih cepat.

"Bagaimana bisa?" tanya Jung hyuk yang akhir-akhir ini memang merasa adanya perubahan pada rosie.

"Tidak tidak. Aku sedang tidak bercanda ibu. Waktu itu ayah memintaku untuk segera berbaikan dengan rosie, jujur saja aku mau tapi dia seakan tak menginginkan aku. Karna aku sudah terlanjur mengiyakan perkataan ayah, aku mencari cara." Lisa berhenti mengambil nafas. Orang tuanya cermat mendengarkan penuturan bungsunya ini.

"Akhirnya aku merekam permintaan maafku dan memasukkannya ke Cassette Player. Dan ternyata itu bekerja" Lisa lama kelamaan mengecilkan suaranya. Mengingat kejadian tadi hatinya kembali teriris. Melihat kakaknya kesakitan adalah kelemahan lisa.

"Apa ibu masih ingat aku bertanya tentang rosie saat di perjalanan pulang?" Tanya lisa pada ibunya dengan pandangan yang sendu.

"Itu karna aku sedang menghawatirkannya. Ternyata Saat aku sampai dirumah dan membuka kamar, aku menemukannya. rosie dalam keadaan sangat kacau. Itu benar-benar menyakitiku. Setahun belakangan ini aku tidak pernah melihatnya selemah itu. Dia telah memendamnya sendirian selama ini." Lisa menjelaskan dengan perasaan haru. Nafasnya sedikit tersekat karna menahan untuk tidak menangis.

"Benar, ayah juga menemukan beberapa luka ditangannya waktu itu" balas jung hyuk yang juga melihat bagaimana rosie menyakiti dirinya sendiri. Tanpa disadari se ri sudah meneteskan air matanya. Dia merasa belum menjadi ibu yang baik. Bagaimana bisa dia melewati detail-detail itu. Jung hyuk meraih tangan sang istri dan mengelusnya menenangkan.

"bukan salah mu sayang, itu karna dia terlalu hebat menyembunyikannya." Ucap jung hyuk menenangkan istrinya yang merasa bersalah.

"Hm, Dia masih terlalu sungkan, aku harap ayah ibu bisa bersikap seperti biasanya. Dia pasti akan terbuka dengan kita nanti, jadi jangan terlalu mendesaknya, ya ayah ibu?" Lisa memberi peringatan pada orang tuanya secara halus dan sopan. Jung hyuk dan se ri berpandangan dan mengangguk pada lisa setuju.


Pekanbaru, 19 july 2021

Altschmerz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang