Disebuah bangunan yang luas, dalam ruangan yang tenang, terduduk seorang gadis yang tengah cermat mendengarkan penjelasan dari sang dosen. Masih sangat segar untuk menerima asupan pembelajaran saat teman-temannya yang lain sudah sangat kelelahan dihari yang hampir gelap.
Lisa menoleh ke teman sebelahnya yang tampak gelisah, sedari tadi gadis mungil itu tidak henti-henti melirik jam tangannya dan menghela nafas. Bertemu pandang, gadis berponi ini hanya mengangkat rendah tangannya yang terkepal dan berucap "semangat" dengan suara yang nyaris tidak terdengar oleh lawannya. Niki hanya mengangguk dan menjatuhkan pelan kepalanya ke meja, terkekeh pelan lisa kemudian mengalihkan kembali fokusnya ke depan.
Beberapa waktu berlalu akhirnya kelas pun berakhir, niki menghampiri lisa dan mereka keluar menuju mobil milik gadis mungil itu untuk pulang bersama.
"Apa arlojinya tidak berfungsi? Kelas itu seharusnya sudah berakhir setengah jam yang lalu" ujar niki meluapkan kekesalannya dengan sang dosen pada gadis berponi yang duduk disebelahnya. Lisa menanggapinya hanya tertawa, sedangkan niki masih terus mengumpat walaupun disatu sisi terus fokus berkendara.
Mobil coklat itu berhenti, lisa pun turun dan sedikit mengangguk mengucapkan terima kasihnya pada gadis mungil yang telah mengantarnya pulang. Membiarkan niki beranjak terlebih dahulu, lisa melambaikan tangannya dan kemudian masuk ke rumah.
"nenek, kakek, lisa pulang!" ucap gadis berponi ini saat membuka pintu, masuk ke dalam rumah. Mendengar sang nenek menyautnya, lisa mendekat ke asal suara dan menemukan pasangan tua itu sedang menonton tv dengan segelas minum hangat di hadapannya. Mengecup pipi kakek dan nenek, kemudian lisa beranjak ke kamar hangat miliknya.
"lisa, tadi ada kiriman dari ayahmu" ujar sang kakek, lisa mendengar itu langsung tegang dan memutar badannya berbalik menghadap pasangan itu.
"benarkah?" tanya lisa memastikan dan dibalas oleh anggukan oleh keduanya. Dengan sedikit berlari lisa tidak sabar hingga mengundang gelengan dan tawa gemas dari sang nenek. Membuka kamar, lisa melihat sebuah amplop coklat dimeja belajarnya.
Membukanya hati-hati, lisa mengeluarkan dua foto yang sang ayah kirimkan. Melihat lekat ke dua lembar gambar itu, tiba-tiba hatinya sendu sebab rindu yang sudah lama terbelenggu. Tidak ada hal lain lagi, Hanya inilah yang dapat menjadi penawarnya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Altschmerz
Fanfic"Maaf karna belum bisa memaafkanmu" - Rosie "Aku percaya rosie ku masih ada didalam hatimu. Dia telah terkurung di celah terdalam dan tenggelam bersama ribuan ketakutanmu. Sekalipun ia berada dikepingan terkecil, aku akan menggapainya. Tidak akan ad...