#43

451 81 1
                                    

Beberapa minggu berlalu, libur pun berakhir. Melewati hari-hari itu di taman, tidak sekali pun gadis blonde itu absen mengajak sang adik untuk mengahabiskan waktu di rerumputan hijau lapang dan rindang itu. Tidak menolak, justru lisa senang karna rosie slalu ingin berada disana. Seperti selumbari, mereka membeli es krim dan rosie mulai berani berbincang dengan paman no min.

Itu, bukankah kabar yang baik?

Pernah juga waktu mereka sedang dalam perjalanan pulang, bibi im, tetangga keluarga jung hyuk itu, memanggil dua kakak beradik ini untuk menikmati chapssal buatannya. Mereka pun singgah dan bibi im membekalkan sedikit untuk jung hyuk dan se ri cicipi.

Bibi im baik, semua orang sangat baik.

Mengetahui ini adalah hari luang terakhirnya, lisa membawa rosie pergi kesana sebelum nanti akan disibukkan dengan berbagai macam kegiatannya. Mengingat lisa adalah siswa tingkat akhir, inilah saat dimana putri bungsu jung hyuk ini harus memperjuangkan pendidikannya untuk masuk ke perguruan tinggi. Tentang Korea ataupun Australia, gadis berponi ini tidak peduli.

Disore yang teduh, putri bungsu jung hyuk itu membentangkan kain tipis sebagai alas mereka. merebahkan tubuhnya menghadap langit, rosie tentram mendengarkan alunan musik yang bersenandung memenuhi liang telinganya. Lisa yang telungkup memainkan kakinya turun naik bergantian santai menikmati bacaannya.

"rosie" panggil lisa. sesuatu datang mengahampiri pikiran dan menghilangkan fokus membacanya. Rosie yang namanya disebut hanya membuka matanya yang terpejam larut dan membalas dengan bergumam kecil.

"sekolah akan dimulai" ucap gadis berponi ini singkat memberitau. Mengangkat kepalanya sedikit lebih tinggi, menoleh ke samping tepat arah lawan bicaranya. Sedangkan gadis blonde itu mulai melepas sebelah earphone yang bertengger ditelinganya.

"ohh ya? Kapan?" tanya gadis blonde itu.

"besok" jawab lisa pula dan dibalas anggukan dari putri sulung jung hyuk ini.






Lisa terduduk dan meraih tas selempangnya, memeriksa sesuatu didalam sana. Menatap rosie, lisa mencoba meyakinkan dirinya. Dan berkata "hm, k-kau ingin mencoba sesuatu?" beraninya.

"apa?" ikut terduduk, jawab rosie melayani adik kesayangannya. Lisa menatap rosie lekat dengan tatapan khawatir. Memasukkan tangannya ke dalam tas dan memegang sesuatu yang ragu dia keluarkan.

"setelah ini mungkin aku tidak memiliki banyak waktu untuk membawamu kesini, jadi... Dengan itu, kau bisa datang kapanpun kau mau" jelas lisa hati-hati sambil memberikan the white cane ke tangan kembarannya lembut. sebuah tongkat lipat yang dapat membantu penyandangnya melakukan orientasi mobilitas dan membantu berjalan.

Sudah seperti yang lisa bayangkan. beberapa detik meraba, mengenali barang yang ada di pegangannya, rosie langsung melepaskannya setelah tau apa barang itu.

"tidak ingin mencobanya?" ucap lisa lagi dengan pelan.

"kau senang melihatku menggunakannya?" ucap rosie datar, merasa tersinggung dengan apa yang adiknya lakukan.

"ya ampun tidak, bukan seperti itu yang aku maksud rosie. bagaimana jika nanti, hmn.. aku tidak ada saat kau ingin berada disini? Atau bagaimana jika nanti kau ingin pergi kesini dan kau tidak mau aku yang menemanimu?" jelas lisa meluruskan.

"apa maksudmu perkataanmu itu?!" meninggi nada bicara gadis blonde ini, tidak suka dengan perkataan adik bungsunya.

"hmm, aku hanya ingin kau mencobanya. Tapi baiklah jika kau tidak mau" lisa pun akhirnya mengalah dan menepuk punggung tangan rosie lembut menenangkan gadis blonde itu.

"aku memang sedang mencoba menerima hidupku yang bodoh ini dan aku akui, aku memang payah. tapi aku tidak mau orang lain memandangku lebih buruk jika aku menggunakan itu" tutur rosie dan menepis tangan kembarannya itu kasar. Menatap sang kakak sendu menyesali apa yang baru saja dia lakukan.
Lisa, tidak bermaksud begitu.

"baiklah baiklah. maaf jika aku terkesan memaksamu, hm?" ucap lisa dan tangannya naik mengusap rambut blonde halus milik rosie. namun sepertinya rosie benar-benar marah, lagi-lagi ia menepis tangan ringkuh lisa dengan kasar dan berdecak kesal. mengangguk-anggukkan kepalanya, gadis berponi ini menahan rasa sedih yang hinggap.

Rosie yang kesal pun meraih Cassette Player-nya dan berdiri bangkit. Lisa melihat sang kakak pun berkata "kita pulang sekarang?"

"hm" gumam rosie malas dan melipat tangannya ke dada. Mendapat jawaban dari sang kakak lisa langsung bergegas bangkit, memasukkan buku dan melipat kain tipis yang dibawanya kecil ke dalam tas.

Berlutut ke arah rosie, lisa menyentuh kaki sang kakak yang belum menggunakan sepatu. Tersirat memerintah rosie untuk mengangkat kakinya rendah, lisa memasangkan sepatu gadis blonde itu dan mengikatnya aman.

Bangkit dan meraih tangan rosie untuk memandunya pulang, tapi rosie lebih memilih untuk menggenggam lengan baju lisa sebagai pegangannya. Menghela nafas lisa memaklumkan perlakuan rosie lagi, mulai melangkah kedua gadis ini menuju pulangnya.







Perjalanan menuju rumah benar-benar senyap, keduanya tidak ada yang berani sekedar memulai pembicaraaan. Bahkan saat sampai didepan pintu rumah, rosie mendahului lisa dengan menyalip sedikit kasar dan itu dilihat oleh se ri yang sedang duduk didepan tv. Membaca ekpresi anak-anaknya, sudah dapat ditebak pasti ada sesuatu. Lisa yang pandangannya bertemu dengan sang ibu pun menghampiri wanita itu dan terduduk disampingnya.

"ada apa sayang?" tanya se ri lembut, merangkul bungsunya sayang. lisa yang sedih pun mengeluarkan tongkat lipat yang ibunya berikan dan mengembalikannya.

"dia tidak mau memakainya" singkat lisa. se ri yang mendengarkan ikut sedih. Menyambut pemberian lisa dan mendekap gadis berponi itu kedalam pelukannya.




Pekanbaru, 17 November 2021
💔💔❤️‍🩹

Altschmerz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang