Setelah ditangani dan diberi obat oleh sang paman, siang ini sedikitnya ia merasa lebih baik. Kepalanya tidak sesakit semalam. Walau sesungguhnya ia kesulitan memaksa diri untuk terus mengonsumsi sesuatu, tapi dia harus terlihat membaik agar sang ayah tidak merubah pikirannya.
Diluar langit begitu gelap, air langit dengan derasnya turun membasahi. Dikamar loteng ini, terduduk sudah se ri di lantai, mengambil alih tugas sang bungsu berkemas. Sedangkan yang akan berangkat kini berada dikamar bernuansa pastel sang kakak, merebahkan diri yang butuh beristirahat.
DUUAAARR!!!
Mendengar gemuruh petir yang begitu dahsyatnya menyambarkan bunyi, membuat rosie yang tengah mendengarkan lagu terperanjat kaget. awalnya ia merasa hujan yang intens itu begitu menenangkan jika dipadukan dengan lagu-lagunya. Namun Bak marah, langit berteriak tak sudi gaungnya disanding.
Cepat rosie menarik kabel earphone yang terhubung dengan kasar dan tangan putih itu terangkat menutup kedua telinganya. Tak lama kemudian gadis blonde itu mulai meraba, lisa yang merasakan pergerakan pun membuka mata terbangun.
Kini dihadapannya telah terbaring rosie yang terlihat begitu tegang dan sedikit gemetar, gurat-gurat disudut matanya tergambar begitu jelas saking kuatnya itu menutup takut.
"rosie?" dengan seraknya lisa berucap. Rosie yang awalnya mengira sang adik tertidur, mendengar suara itu membuatnya spontan mendekat lalu memeluk lisa.
"lisa, takut. aku takut" adu gadis blonde itu sambil mempererat tautannya, sedangkan dalam pelukan itu lisa hanya mengangguk.
DUUUAARR!!
Petir dan kilat kembali menyambar, mengejutkan juga memekakkan telinga. Tubuh ringkihnya pun semakin kencang dipeluk oleh gadis blonde yang begitu ketakutan itu. namun lisa masih tak melakukan tindakan, dia bahkan tak menyambut rosie yang sangat erat mendekapnya.
"Tuhan begitu marah padaku saat ini. maaf jika itu membuatmu takut" gumamnya dalam hati saat melihat rosie semakin menggigil ketakutan.
"hei? Petirnya terdengar sangat jauh sekarang" ucap lisa akhirnya. Gadis blonde itu pun perlahan membuka mata dan tangannya yang melingkar kian melemah melepaskan sang adik.
Bungsu jung hyuk ini melihat kakak kesayangannya bernafas begitu terburu, jujur saja ia tak tega membiarkannya. Tapi dari sekian banyak hal yang tak tega itu membuatnya tak juga bergerak hati, betahnya begitu setia berdiam.
Lisa seperti sedang terperangkap, ntah dalam penjara apa, tapi didalam sana tangisnya telah berubah darah dan tak ada seorang pun yang dapat membantunya.
"itu tadi benar-benar menakutkan" aku gadis blonde itu. merubah arah menjadi telentang, mengatur picu jantungnya untuk berdetak lebih tenang.
"Maaf karna aku tidak bisa lagi menemani saat kau ketakutan seperti ini" ucap lisa menyesal. Dalam posisi miringnya, ia lekat menatap sang kakak. Rosie menanggapinya terpejam dan mengangguk memahami adik kesayangannya itu.
"jika terlalu sulit, Cobalah untuk mengatur nafas dan tenang. Itu tidak begitu membuatmu kehilangan tenaga" beritahu lisa pada gadis blonde yang kini berpeluh sebab melawan ketakutannya.
"kau berbicara seakan tidak takut apapun" terkekeh singkat, rosie menanggapi sang adik dengan senyum gemasnya. Sedangkan lisa menatapnya kian meneduh.
Tentang takut itu, ia bersungguh-sungguh.
"aku punya banyak ketakutan, mereka menghantuiku setiap hari" mendengar ucapan lisa seketika membuat senyumnya yang lebar itu sirna.

KAMU SEDANG MEMBACA
Altschmerz
Fanfiction"Maaf karna belum bisa memaafkanmu" - Rosie "Aku percaya rosie ku masih ada didalam hatimu. Dia telah terkurung di celah terdalam dan tenggelam bersama ribuan ketakutanmu. Sekalipun ia berada dikepingan terkecil, aku akan menggapainya. Tidak akan ad...