Rumah lengang berselimut lara, gelap hati sebab bungkam oleh luka yang tak nampak darahnya. Keadaan menuntut diri dalam kesulitan, sepi protes untuk hidup dulunya yang tak punya ruang. Lelah diri menanggapi perasaan, menyerahkan keadaan pada tuhan yang mengabulkan harapan.
Kakinya melangkah dengan penat, menuju dengan pasti tempat untuk mendapatkan apa yang dia cari. Jung hyuk buka pintu kamar itu. lagi-lagi dia menghela nafas melihat sang istri yang tak habis meratap dikamar mendiang anak bungsu kesayangannya.
Terduduk lemah dilantai, melipat kedua tangannya ke bibir ranjang dan menenggelamkan kepalanya disana. Dalam bungkam dia menangis, Menggambar dengan jelas suasana hatinya yang begitu berat menerima keadaan. Melihat sang istri, jung hyuk mendekat. meluruh diri pria itu, dibawanya se ri ke dalam pelukan.
"aku juga sangat terpuruk, se ri. Tapi kumohon kuatlah untuk rosie. dia masih sangat membutuhkan kita." Ujar jung hyuk lembut memberikan pengertian. Menghiraukan se ri yang hanya bersandar didada bidangnya tanpa membalas pelukan hangat itu.
"anakku baru saja meninggalkan kita semua. Tidakkah wajar aku menangisi kepergiannya?" wanita itu menjawab dengan nada yang terdengar begitu kosong dan sedikit sesak.
"lalu bagaimana dengan rosie? dia juga anakmu. Anak kita, sayang" jung hyuk kembali berujar sambil memberi elusan agar se ri tetap tenang dalam perbincangan ini. tidak bermaksud untuk memperkeruh keterpurukan, pria ini hanya sedang berusaha mengambil alih kembali kapal rumah tangganya yang mulai menyerong sebab tak diarahkan.
Se ri mendengar itu, kembali merasakan seruak aneh didadanya. Sebak yang semakin hebat itu cukup sulit ditahannya. Matanya kembali berair dan tangannya naik menutupi wajah.
"ayah tidak mungkin selamanya disini untuk mengurus rosie. ibu juga tidak bisa terus-menerus membersihkan rumah dan masak untuk kita semua. Mereka juga harus kembali.." sang suami berkata. Diraihnya tangan sang istri yang menutupi wajah itu turun, dipandangnya kemudian wajah yang slalu menjadi favoritnya. Begitu tersayatnya hati jung hyuk melihat alir air mata dipipi se ri yang tak habis kering.
"aku tidak bermaksud melarangmu untuk merasa kehilangan seperti ini. tapi hidup, harus terus berjalan. Kumohon kuatlah. Kuatlah untuk rosie, hm?" sambung jung hyuk yang kemudian ditutup dengan kecup dikening sang istri, dan tangannya yang masih bertaut itu memandu sang istri untuk memeluknya. Mereka saling mendekap, meluapkan rasa masing-masing.
Pria tua itu berdiri dengan cemas melihat sang cucu yang sedang diperiksa oleh seorang berjas putih. Setelah selesai, Sang cucu menarik tinggi selimut hingga menutupi seluruh badan dan memunggunginya. Menanggapi sang dokter, kemudian pria tua ini keluar dari kamar bernuansa pastel milik gadis blonde itu untuk melepas pamitnya sang dokter.
Sekembalinya ke kamar tidur sang cucu, dihelanya nafas sebelum masuk. Kakinya melangkah mantap, lagi-lagi dia harus menghadapi rosie yang bersikap begitu dingin. Tidak lelah, hanya saja ia kehabisan cara. Kemudian dia duduk di bibir ranjang, diusapnya lembut pucuk kepala gadis blonde itu dan meninggalkan kecup hangatnya disana. Lalu ditatapnya rosie yang tak menghiraukannya, dan bangkit meninggalkan kamar itu.
Mendengar suara pintu tertutup itu justru membuat matanya terbuka. Dipandangnya dinding dihadapan, diaturnya nafas sesak yang memicu. Lelah rasanya, ketika dia berada disebuah tempat yang dipenuhi kenangan sang adik. Juga sedikitnya bingung harus bertindak seperti apa. dia sekarang sudah bisa melihat dan itu membuatnya slalu ingin tertidur sebab yang tampak olehnya slalu tentang gadis berponi itu. begitu pun sebaliknya.
Dalam menungnya tiba-tiba isaknya lepas. Lagi-lagi ia menangis dalam diamnya. Tangannya naik dan membungkam mulutnya kuat. Tak tahan, rosie akhirnya melepas tangisnya yang tak begitu kuat itu dibawah selimut. Meringkuk, memeluk lututnya sendiri, mengganti peran lisa yang biasa slalu sigap memeluknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/276230706-288-k313464.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Altschmerz
Fanfiction"Maaf karna belum bisa memaafkanmu" - Rosie "Aku percaya rosie ku masih ada didalam hatimu. Dia telah terkurung di celah terdalam dan tenggelam bersama ribuan ketakutanmu. Sekalipun ia berada dikepingan terkecil, aku akan menggapainya. Tidak akan ad...