#22

706 102 1
                                    

Lisa dan rosie hampir menghabiskan 30 menit mereka dengan hanya duduk bersandar menikmati keheningan. Berpegangan tangan satu sama lain saling menyalurkan rasa mereka masing-masing. Sesekali lisa melirik rosie yang tampak lebih tenang dari sebelumnya, memilah waktu untuk mulai membuka pembicaraan.

"Ada yang mengganggu pikiranmu, hm?" Ucap lisa memandang wajah sang kakak teduh dan semakin menyamankan genggamannya.

"Apa aku boleh memikirkan tentang itu? Orang buta seperti ku terlalu malang untuk bisa melakukan hal-hal yang menyenangkan." Ujar rosie setelah beberapa saat.

"Rosie, kau berhak atas dirimu sendiri dan kau pantas mendapatkan semua yang kau inginkan. Jangan batasi dirimu dan berekspresilah sebebas-bebasnya." Jelas lisa mengangkat tangan rosie memindahkannya ke atas paha gadis berponi itu. Menepuk-nepuknya lembut menyalurkan rasa percayanya.

"Aku kehilangan cara untuk menikmati hidupku sendiri lisa." Rosie berucap sambil menoleh ke arah sang adik. Lisa dapat melihat tatapan itu penuh dengan rasa takut dan khawatir.

"Dan kau juga melupakan cara-cara lain yang bisa kau coba. Rosie, Kau tidak perlu melihat untuk membuktikan makanan itu lezat atau tidak. Kau tidak perlu melihat parfum untuk tau baunya harum atau tidak. Kau tidak perlu melihat musik untuk menikmati irama itu merdu atau tidak. Masih banyak sekali cara lain untuk menikmati hidup rosie" jelas lisa dengan berusaha menggunakan kata-kata yang tidak terlalu frontal menghindari situasi yang tidak diinginkan.

"Tapi aku perlu melihat untuk membaca buku dan membuktikan ceritanya menarik atau tidak" rosie mulai meninggikan suaranya. Seperti ada banyak pernyataan yang terbang berkeliaran dikepalanya untuk segera dilontarkan.

"Disaat itulah aku akan datang dan membacakannya untukmu. Rosie, Aku ini kembaranmu dan tuhan mentakdirkanku karna kau ada didunia." Lisa menjawabnya dengan sangat lembut, tidak ingin memperkeruh suasana. Rosie terdiam bungkam, dia menahan diri untuk tidak lepas kendali. Mungkin saja dia akan mengatakan sesuatu yang buruk dan menyakiti hati sang adik kesayangannya ini.

"Kau tidak percaya padaku?" Lisa berucap lalu merubah arah duduknya jadi menghadap rosie. Gadis blonde itu tidak berkutik, matanya bergerak kebingungan menggambarkan suasana hatinya saat ini.

"Katakan, apa yang membuatmu meragu. Aku akan menyakinkan mu rosie" lisa melepas genggaman keduanya kemudian membuka telapak tangan sang kakak. meletakkannya ditengah-tengah dada membiarkan rosie merasakan debarannya dan lisa berkata,

"Kau dapat merasakannya bukan? Itu karna aku bersungguh-sungguh"

Rosie menutup mata saat merasakan degup jantung lisa yang berpicu cepat jelas terasa ditelapak tangannya. Berpadu kacau iramanya bercampur dengan debaran jantung gadis blonde yang ikut melaju. Memperlihatkan kembali mata coklatnya, rosie meraih turun tangannya yang ada di tubuh lisa.

"Lisa, aku percaya padamu" ucap rosie menyesal karna telah membuat lisa merasa seperti itu.

"Lalu apa?" Tanya lisa lembut dan tersirat menuntut penjelasan.

"aku takut" rosie menundukkan kepalanya. Menutup wajah dengan kedua tangan malu karna terus mengeluh takut.

"Rasa takut hanya akan mengurungmu dan terus memberimu batas. Tapi Ketika kau mulai untuk tidak takut lagi, saat itulah hidupmu akan kembali dimulai." Jelas lisa perlahan melepaskan tangan rosie yang menutup wajah merah padamnya karna menahan rasa yang begitu emosional.

"Aku terlalu takut menerima diriku, lisa. Bagaimana jika ada hal buruk lainnya nanti?" Ujar rosie penuh dengan penekanan. Air matanya berhasil terjun bebas ke pipi chubby sulung jung hyuk dan se ri ini. Lisa dengan sigap memeluk rosie dan,

Altschmerz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang