Dua gadis berhoodie kini duduk di kursi taman mini rumahnya. Semilir angin sejuk menghembus dan menembus melalui sela-sela tubuh gadis blonde itu. Ditemani hangatnya bara api yang menyala dipanggangan barbeque.
Dikeheningan malam tanpa percakapan, Keduanya lebih memilih menikmati malam yang dingin bersama susu coklat hangat yang sang ibu buatkan.
Rosie jadi ingat dulu, hawa dingin seperti ini sudah menjadi makanan sehari-hari. Rosie sangat menyukai dan menikmatinya. Sebagai pelampiasan rasa sakit, dia selalu membiarkan tubuhnya kedinginan, pedih yang menusuk ke dalam kulit itu terasa lebih baik daripada rasa sakit pada hatinya.
Kini, dengan suasana sejuk seperti ini rosie sudah tidak khawatir lagi karna ada seseorang yang akan terus menghangatkannya, lisa. Walaupun rosie berkali-kali menyakiti, Adiknya itu benar-benar memperlakukannya dengan baik, tidak berubah sama sekali. Lisa, benar-benar menepati janjinya persis seperti dalam direkaman itu.
"Aku tak menyangka ayah dan ibu melakukan ini" rosie akhirnya angkat bicara, memecahkan keheningan malam itu. Lisa sudah memberi tau bagaimana kondisi taman ini dan kenapa orang tuanya merenovasinya.
"Buang prasangka buruk itu dari kepala mu. Semuanya tidak seburuk itu, rosie" jawab lisa pada rosie, berusaha membuktikan semuanya akan baik-baik saja.
"Aku hanya takut saja" ujar rosie dengan nada yang santai. Tapi rasa takut itu benarlah ada dan nyatanya besar.
"Aku akan slalu menemanimu, tidak perlu takut, hm?" Lisa berkata sambil menoleh menatap rosie, sedangkan gadis blonde itu tanpa menjawab menyeruput susu coklat hangatnya.
Tiba-tiba lisa berdesis gigil, rosie yang sadar langsung meletak cangkirnya ke meja dan meraih tangan sang adik cepat.
"Tanganmu dingin sekali, kenapa tidak bilang dari tadi jika kau kedinginan? Kalau begitu ayo cepat kita masuk" rosie berbicara sambil menggosokkan tangannya ke tangan lisa agar terasa sedikit hangat. Gadis blonde itu berdiri tegak dan menarik tangan sang adik untuk segara masuk ke dalam rumah. Dengan jelas saat ini, lisa melihat tatapan kosong yang penuh dengan kekhawatiran di mata coklat itu.
"Aku tidak kedinginan, rosie" lisa menarik rosie untuk duduk kembali dan mengeratkan genggamannya pada sang kakak. Gadis berponi itu memang sudah kedinginan sedari tadi, Tapi dia menahannya karna rosie suka berada disana. Lisa tak ingin mengusik kenyaman kakak satu-satunya itu.
"Ya! Tanganmu sangat di-" mendapat jawaban, rosie langsung meninggikan suaranya. Lisa sangat keras kepala.
"Aku masih ingin disini" potong lisa santai. Dia semakin menyamankan sandarannya pada kursi ditaman itu.
"Lisa-" ucapan rosie terputus lagi saat lisa menyandarkan kepalanya dipundak rosie.
"Mau menemaniku?" Lisa benar-benar membuat rosie tidak berkutik. Rosie pun mengangguk pasrah dan memasukkan tangan kanan lisa yang ada digenggamannya ke dalam saku hoodie. Tangan lembut itu kini mulai mengelus tangan lisa menghangatkan.
Lisa memasukkan juga tangan kirinya di saku hoodie miliknya, meremas guna mencari kehangatannya sendiri, Gadis berponi itu sungguh merasa dingin. dia berusaha menahan gigilannya, Tapi itu tidak akan menjadi lebih buruk selama ada rosie yang menemaninya.
Hari berganti, pagi pun perlahan datang. Sinarnya menembus kain jendela kamar anak kembar dari jung hyuk dan se ri. Rosie yang terjaga tampak kelelahan dengan kantong mata mulai terlihat. Lisa semalam mengginggil kedingingan. Rosielah yang berusaha menghangatkannya saat itu. Memakaikannya kaos kaki lapis ke-dua, memperbaiki selalu selimut lisa, dan tak lupa memeluk adik kesayangannya itu hangat.
Bersentuhan dengan badan sang adik rosie merasa lisa demam. Lisanya berkeringat dan mengeluh kedinginan sepanjang malam, dia tidak bisa melakukan apa-apa selain menghangatkan adiknya itu.
Menyadari lisa sudah kembali tidur, rosie perlahan bangkit dari tempat tidur dan melangkah menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Merasakan air itu sangat menyegarkan wajahdan menghilangkan rasa kantuknya.
*beep beep beep beep beep
Wanita itu perlahan membuka matanya ketika mendengar suara alarm. Menoleh pada jam digital yang menunjukkan pukul 05:45 Am, se ri Meng-klik salah satu tombol untuk mematikan alarm lalu terduduk guna menggapai penuh kesadarannya.
"Sayang" ucap se ri beralih membangunkan sang suami. Menyisir rambut poni jung hyuk kebelakang dengan sela-sela jarinya.
"Hm?" Jung hyuk menjawab dengan mata yang masih terpejam dan menggeliat karna merasa terganggu.
"Bangunnn" ucap se ri kembali.
"Iya, 5 menit" pria itu menjawab lalu merubah arah tidurnya berlawanan memunggungi sang istri.
"Now!" Se ri yang masih terduduk di atas ranjang itu memukul kasurnya, memarahkan sang suami untuk segera bangun.
"Please.." jung hyuk memohon dalam kantuknya. Dia sangat kelelahan karna membersihkan taman mininya kemarin. Walaupun di bantu dengan se ri, tetap saja banyak pekerjaan yang didominasi dengan tugas laki-laki.
"Yayaya, aku sudah bangun, lihat?" Se ri menggelitik geram pinggang pria yang membelakanginya itu. Jung hyuk yang kelemahannya diusik pun berbalik geli dan membelalakan matanya membuktikan kepada se ri bahwa ia sudah bangun.
"Selamat pagi sayang. bangunkan anak-anak, ya?" Ekspresi jahil se ri seketika berubah menjadi teduh bak malaikat. Wajah istri jung hyuk ini sangat cepat berubah, seperti psikopat saja.
"Baiklah" ayah anak kembar ini menghela jawaban dan menjatuhkan kembali kepalanya ke kasur, terpejam.
"Sekarang!!" Ucap se ri memberi peringatan pada jung hyuk.
"Iyaaa aku melakukannya sekarang" kepala keluarga ini langsung terduduk dan berjalan tertatih menuju pintu.
Pekanbaru, 14 agustus 2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
Altschmerz
Fanfiction"Maaf karna belum bisa memaafkanmu" - Rosie "Aku percaya rosie ku masih ada didalam hatimu. Dia telah terkurung di celah terdalam dan tenggelam bersama ribuan ketakutanmu. Sekalipun ia berada dikepingan terkecil, aku akan menggapainya. Tidak akan ad...