⸻
Hampir 15 menit lamanya mereka diselimuti suasana hening, tepatnya hanya Wooyoung.Pria itu hanya diam dan memainkan jemarinya, gugup.
Didepannya saat ini sosok pria berlesung pipi itu tidak berhenti menatapnya, siapa lagi jika bukan Jung Jaehyun.
"Wooyoung-ssi?" Panggil Jaehyun yang akhirnyamemutuskan untuk menghancurkan suasana hening mereka.
"Y-ya?" Dengan gugup Wooyoung menyahut tapi belum berani mengangkat wajahnya. Tiba-tiba saja adegan mereka di kamar waktu itu langsung menyerbu isi kepalanya dan bermain-main memperlihatkan adegan dimana Wooyoung dengan tampang polosnya mengusap-usap wajah Jaehyun.
"Aish bagaimana ini??" Inner Wooyoung menjerit.
"Ada yang salah?" Tanya Jaehyun sedikit menyodorkan tubuhnya namun dengan cepat Wooyoung memundurkan tubuhnya dan membuat kursi yang ia duduk berdecit mundur.
"O-oh T-tidak ada..." Seru Wooyoung sedikit heboh dan memelas. Jaehyun terkekeh kecil sambil mengusap dagunya.
"Wooyoung-ssi? Look at me..." Pinta Jaehyun, namun lagi-lagi pria mungil itu tidak mau melihat ke arahnya.
"Aku akan duduk di sampingmu jika kau tidak melihatku.." Ucap Jaehyun yang sukses membuat Wooyoung menegakkan tubuhnya dan duduk menghadap kearahnya namun lucunya pria itu menutup matanya dengan rapat sembari merafalkan kata-kata yang tidak jelas.
"Kawaii..." Bisik Jaehyun terbahak kemudian menggeleng. Apa efek kejadian itu sehebat ini?
Bahkan waktu di Jepang, efeknya tidak seperti ini.
"Apa aku melakukan kesalahan Wooyoung-ssi?" Tanya Jaehyun dengan mimik wajah sedikit mendung. Pria itu sebenarnya sengaja, dia hanya ingin melihat bagaimana tanggapan Wooyoung.
Benar saja,pria itu mulai perlahan membuka matanya dan mencoba menatapnya.
Wooyoung menggeleng pelan kemudian berkata," T-tidak Hyung, masalahnya adalah aku cuma malu." kemudian menundukkan kepalanya, menepuk wajahnya yang mungkin sudah memerah.
"Malu?" Tanya Jaehyun seolah ingin memastikan dan Wooyoung mengangguk pelan, pria itu melipat kedua tangannya, meletakkan diatas meja dan menyembunyikan wajahnya di belahan lipatan tangannya.
"Kejadian di-"
"Yak! Jangan di bahas hyung!" Seru Wooyoung heboh dan mengangkat wajahnya menatap memelas ke arah Jaehyun.
"Pleasee~~" Wooyoung merajuk dengan wajah memerahnya sambil menankupkan kedua tangannya.
"Arra-arraseo, makanya jangan terlalu memikirkannya..." Ucap jaehyun, pria itu sebenarnya ingin mengacak gemas rambut Wooyoung tapi ia mengurungkan niatnya, nanti pria itu akan langsung lari darinya.
Wooyoung yang mendengar ucapan Jaehyun hanya menegakkan tubuhnya kemudian mengambil napas dalam-dalam dan menghembuskannya, tak lupa ia menepuk-nepuk pelan kedua sisi wajahnya.
"Calm...calm...calm..." Ucapnya berkali-kali untuk menenangkan dirinya, hal itu juga tidak luput dari pandangan Jaehyun.
Benar kata si bungsu, temannya satu ini memang mampu memberi batasan dengan dirinya.
Wooyoung mengusap rambutnya ke belakang kemudian menghembuskan napasnya kasar dan menatap ke arah Jaehyun, meski jantungnya sudah gemetaran tidak karuan, setidaknya ia tidak boleh bersikap memalukan lagi.
Jangan lagi-pikir Wooyoung.
"Sudah merasa tenang?" Tanya Jaehyun dan Wooyoung mengangguk pelan.
"Huum sebelumnya terima kasih hyung telah membantuku, tapi kenapa harus hyung yang membayar belanjaanku?" Tanya Wooyoung memainkan jemarinya sembari memainkan mulutnya ke kiri dan kanan.