☷ 10

653 75 3
                                    

Pertandingan selesai.

Satu persatu para penonton pun meninggalkan gedung olahraga. Namun masih ada beberapa penonton disana tidak meninggalkan kursi mereka, masih cukup tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka saksikan. Team dari kampus Yosei pun telah meninggalkan ruangan itu beberapa saat yang lalu, namun berbeda dengan team Mingi sendiri. Mereka masih di sana namun tidak ada yang satu pun yang bersuara.

Papan scor yang tergantung disana menunjukkan hasil scor akhir kedua team.

100-101

" Sial!..." Suara umpatan seseorang memecah keheningan disekitar mereka.

Mingi melirik ke arah salah satu rekan teamnya yang juga merupakan sahabatnya, San. Pria itu meremat botol minumannya.

Dapat dia pastikan bahwa pria itu merasa sangat kesal dengan kekalahannya kali ini. Tak bisa ia pungkiri, dia pun sebenarnya ikut kaget dengan kejadian itu. Dirinya bahkan tidak berpikir bahwa gerakan itu ada yang bisa melakukannya. Namun Mingi masih bisa mengendalikan rasa kagetnya.

"Aku tidak pernah menyangka jika shooting guard mereka bisa melakukan itu..." San menghela napas berat, ia menyandarkan punggunya pada tiang ring.

"Buzzer beater..." Celetuk Zuho yang juga sedang duduk di lantai lapangan. Ia kembali meminum airnya. Pria itu masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

Dengan kurung waktu sedetik, bola orange itu berhasil merobek ring mereka dan mencetak point yang benar-benar menentukan hasil akhir kedua team.

" Tuan muda memang menyeramkan saat melampiaskan kekesalannya..." pikir salah satu diantara mereka.

Pria bertubuh mungil disana hanya duduk termenung di bangku pemain, seringai tipis menghiasi wajahnya. Tidak ada raut kecewa yang terpatri di wajahnya meski pun kali ini team mereka di kalahkan dengan selisih skor 1.

Benar.

Team dari fakultas M&B kalah dengan selisih skor yang sangat tipis. Meski pun begitu, mau itu kecil atau besar, kalah tetaplah kalah. Tidak ada hal yang bisa menentang hal itu.

" Apa kau sefrustasi itu kalah dalam hal taktik, Eric? " Itu Bang Chan yang bertanya.

Pria itu sejak tadi mengamati pria mungil itu sejak peluit akhir pertandingan berbunyi. Pasalnya anak itu sejak tadi hanya diam, tidak ada reaksi apapun darinya.

"Eoh?" Eric mengangkat wajahnya, menoleh ke arah Bang Chan.

Mingi, San, dan Zuho menatap ke arah Eric yang menampilkan senyum cerah di wajahnya. Meski wajah itu tersenyum, mereka sama sekali tidak merasakan arti dari senyum itu.

" Aku tidak frustasi hyung,kalah tepatlah kalah. Buat apa merasa sedih dengan itu?"

" Yang sudah terjadi biarlah berlalu. Kalah tidak membuat kita mati begitu saja bukan?" Senyum miring tercetak di wajah San dan Bang Chan mendengar ucapan anak itu.

"Seharusnya aku tidak begitu mengkhawatirkannya..."

" Sudah kuduga ia akan berkata seperti itu.."

"Pertanyaan bodoh.."

Begitulah kira-kira batin mereka mendengar ucapan Eric. Mereka seakan lupa bagaimana perangai anak itu.

Tolong ingatkan pada mereka, sejak awal Eric bergabung di team mereka, pria mungil itu seperti tidak ada sama sekali ketertarikan dengan yang namanya memang atau kalah. Meski begitu, pria itu selalu menampilkan performa yang menakjubkan serta taktik bermainnya yang sering kali mengejutkan rekan se teamnya. Bahkan Mingi sekali pun mengakui ke jeniusan pria itu namun entah mengapa ia seperti tak bisa menyentuh pria itu.

Ateez - A LITTLE JUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang