Pagi ini terasa lebih dingin dari biasanya, ini sudah masuk bulan desember yang berarti hari natal akan tiba dan salju yang menumpuk akan terlihat dimana-mana.
Dan jangan lupa libur musim dingin akan tiba, meski hanya beberapa hari saja tapi itu merupakan angin segar untuk semua mahasiswa.
"Haaaa dingin sekali!!" Wooyoung menggerutu kecil sembari berjalan kaki di trotoar menuju gerbang kampus. Ia merapatkan jaketnya dan melihat sekeliling.
Hari ini memang cuaca sangat dingin, padahal salju yang turun belum seberapa banyaknya.
Wooyoung terus berjalan hingga matanya menangkap seulet sosok yang ia kenali.
"Oi morning!" Sapa salah satu kenalan Wooyoung.
"Morning~ kau terburu-buru sekali.." Ucap Wooyoung mengecek jam tangannya.
"Hehehe hari ini aku ada kelas pagi~ dah aku duluan!!" Wooyoung hanya melambaikan tangannya dengan senyum kecil kemudian kembali menggerutu mengenai dinginnya pagi ini.
"Yunho juga tidak memberiku kabar apapun~" Ia memajukan bibirnya, kesal dan rindu.
Saat melewati gerbang kampus, langkah Wooyoung terhenti kala melihat siluet punggung yang sangat ia kenali! Pemilik punggung lebar itu tengah berdiri di samping sebuah mobil hitam di area parkir, entah ia berbicara dengan siapa, dugaan Wooyoung adalah itu adalah Jaehyun, mengingat ini adalah hari terakhir pria itu menjadi mahasiswa pertukaran.
"Yaish anak itu!"
Tanpa ragu Wooyoung berlari menuju area parkir dan senyum cerianya langsung terkembang kala mendengar suara yang sudah lama ia rindukan.
"My teddy bear~~"
Hup.
"Kkamjagi!!"
Wooyoung langsung menubruk si pemilik punggung aka Yunho dan memeluk pria itu dari belakang tanpa memperdulikan reaksi kaget dari Yunho.
"Kau darimana saja tidak mengabariku!" Seru Wooyoung dengan suara keras. Bukannya marah, Yunho hanya tertawa kecil dan berusaha memutar tubuhnya, pasalnya Wooyoung tidak ingin melepas pelukannya.
"Kau tahu aku sangat-....." Lidah Wooyoung langsung keluh melihat siapa sosok pria yang mengantar Yunho ke kampus. Pelukannya langsung terlepas dan Wooyoung berdiri tegak sembari menautkan kedua tangannya dengan pandangan gugup.
Itu Subin.
Putra sulung keluarga Jung.
Seperti biasa, Subin terlihat menawan dan jangan lupa tatapan matanya yang tajam. Mungkin lebih tajam dibandingkan dengan pisau.
"A-annyeong~" Sapa Wooyoung dengan senyum kaku, ia melambaikan tangannya sekilas kemudian meraih lengan Yunho dan menyembunyikan sebagian wajahnya.
"Annyeong Wooyoung-ssi. Lama tidak melihatmu." Balas Subin.
Tubuh Wooyoung merinding mendengar beratnya suara Subin yang mengalun di telinganya. Lama tidak melihat kakak Yunho membuatnya makin sungkan dengannya.
"Kau ini, sudah lama kalian berinteraksi masih saja terasa canggung seperti itu ckck.." Timpal Yunho menggeleng kecil, ia melihat ke arah Subin dengan senyum manisnya.
"Jangan lupa memakai pakaian hangat, bulan ini akan terasa sangat dingin. " Subin mengangguk kecil.
"Kau juga baby dan ..." Subin kembali melihat ke arah Wooyoung.
"Sabtu malam, jam 20.00. Tetaplah di rumahmu." Ucap Subin ambigu.
"Kalau begitu, aku pergi. Jaga kesehatanmu." Yunho melepas rangkulan Wooyoung kemudian memeluk sang kakak. Subin pun membalas pelukan si bungsu dengan cukup erat, bahkan tak tanggung ia mengecup pipi putih adiknya di depan umum.
Dia sudah masa bodoh dengan orang sekitarnya, lagi pula mereka sudah mengetahui jati diri adiknya bukan?
Jadi untuk apalagi dia bersembunyi dalam memberikan perhatian pada adiknya sendiri. Tinggal memikirkan bagaimana caranya melindungi adiknya saja dan membuat kehidupan luar adiknya tetap terasa normal seperti biasa.
"Hyung juga.." Balas Yunho, keduanya melambaikan tangan kala mobil hitam Subin meninggalkan kawasan kampus.
"Woah! Jantungku rasanya ingin melompat keluar!" Gumam Wooyoung hiperbola.
"Kau ini..." Yunho menanggapi Wooyoung seperti biasanya.
"Yunho ya~" Sara rengekan keluar dari mulut Wooyoung, bahkan napasnya bisa terlihat karena suhu udara sudah semakin dingin.
"Gomen ne~" Sahut Yunho memperlihatkan puppy eyesnya.
Dia benar-benar lupa mengabari Wooyoung, dia terlalu menikmati kebersamaannya bersama kedua kakaknya serta ayahnya meski hanya sesekali.
"Karena kau menggemaskan hufh baiklah akan kumaafkan~ Tapi Yunho ya..." Wooyoung menghampiri Yunho, keduanya kini berjalan di koridor kelas menuju ruangannya.
"Apa maksud ucapan kakakmu barusan?" Wooyoung melihat wajah Yunho dengan penasaran.
"Ah itu..." Yunho berpikir sejenak dan membalas tatapan polos Wooyoung.
"Jaehyun hyung akan mengajakmu berkencan." Jawab Yunho yang sukses membuat Wooyoung membeku di tempatnya. Yunho terkekeh kecil dan menghentikan langkahnya.
Pemandangan seperti ini merupakan salah satu kesukaannya.
Wooyoung yang shock, wajahnya itu akan terlihat sangat lucu.
"A-apaa...." Lidah Wooyoung langsung keluh.
"Jika kau terus berdiri disana, aku tinggal nanti.." Yunho dengan iseng melanjutkan langkahnya dan meninggalkan Wooyoung yang langsung berteriak memanggilnya, dengan terburu-buru Wooyoung berlari mengejar Yunho.
"Man..."
"Kau benar-benar akan tersalip jika terus melihatnya dari jauh.." Komentar Chris menepuk bahu kanan San.
Pria berwajah kucing itu sebenarnya berniat untuk ke fakultas kesenian, hanya iseng ingin mengecek apa Wooyoung sudah datang, namun yang ia dapat hanya percakapan yang membuat nyalinya semakin menciut untuk mendapatkan pria mungil itu.
"Hah ayo kembali, jika Yunho sudah terlihat, ada kemungkinan Mingi juga sudah hampir datang ke kampus..." Timpal San mengubah topik pembicaraan dan langsung berbelok menuju fakultasnya.
Chris hanya bisa menggeleng pelan, memaklumi sikap sahabatnya. Mau bagaimana lagi?
Saingannya tidak mudah. Seorang Jung Jaehyun.
Note : Karena ini slice of life jadi aku belum menemukan titik endingnya bagaimana, alurnya mengalir saja sampai di otakku mendapatkan ide untuk ending seperti apa.
Slow update karena waktu menulis benar-benar sangat sedikit, untuk satu chapter saja butuh waktu beberapa hari sampai benar-benar menurutku bagus untuk dibaca kadang juga nomor idea, buntu ide, kuucapkan juga terima kasih yang selalu memberikan respon pada karya tulis abal-abal ku ini🙏🍎