Syakila bangun terlambat pagi ini. Pukul 06.20, ia baru terbangun dari tidurnya. Setelah solat subuh tadi, ia kembali tidur karena masih mengantuk.
Ah! Memang menyebalkan es balok satu itu. Kenapa dia seenaknya mencium orang? Sampai-sampai membuat Syakila susah tidur karena bayang-bayang kejadian semalam terus memenuhi otaknya.
Syakila menguncir rambutnya asal. Ia beranjak kasar dari kasur lalu menyabet handuk yang tersampir di samping pintu kamar mandi. Tak membutuhkan waktu lama, Syakila keluar kamar mandi dengan seragam yang sudah melekat rapi di tubuhnya.
"Kil, kamu nggak sarapan?" tanya Iren setelah membuka pintu kamar Syakila.
"Eh, Bun. Kila baru selesai mandi," jawab Syakila menyisir rambut sepunggungnya.
"Tumben kamu nggak bantuin Bunda masak. Biasanya habis subuh kamu langsung ke dapur." Iren memasuki kamar dan membereskan kasur Syakila yang masih berantakan.
"Ini juga kasur, kenapa nggak di beresin?"
Kila menghentikan aktivitasnya. "Maaf, Bunda. Kila bangun telat," nyengirnya sampai memperlihatkan deretan gigi putihnya.
"Kenapa bangun telat? Nggak biasanya. Tapi solat subuh kan?"
"Iya, Bunda. Kila subuh kok."
Iren memindahkan guling yang semula di bagian bawah kasur menjadi di bagian tengah-tengah kasur. "Buruan keluar ya. Halka udah di depan. Nungguin kamu dari jam 6 tadi."
"Hah?!" Syakila membelalakkan matanya. Tak sadar jika Iren telah keluar dari kamarnya.
"Es balok itu beneran jadi jemput gue?" gumamnya lirih.
"Aish, malunya guee," sambungnya lagi meraup wajah.
Syakila mengepalkan kedua tangannya dan membawa kedua tangan itu di depan dada.
"Gue kasih pelajaran nanti. Awas aja!"
****
Disinilah Syakila, di dalam mobil sport BMW milik Halka yang bewarna hitam. Sungguh kesal. Bundanya benar-benar memaksa untuk berangkat bersama es balok menyebalkan ini.
Pukul 06.45, mobil milik cowok itu belum juga melaju. Entah apa yang membuat cowok itu berdiam diri di dalam mobil tanpa berniat menyalakan mesin mobilnya.
Syakila terus mengintrupsi sang pemilik mobil untuk segera melajukannya. Sampai berbusa pun mulutnya, Halka tetap tak menghiraukan ucapan Syakila.
"Kalo nggak jalan juga, gue mending keluar!" Syakila memegang pintu mobil hendak membuka.
Ceklik
Suara itu membuat Syakila menoleh tajam pada pelaku di sampingnya.
"Kenapa dikunci?!" sentak Syakila. "Buka pintunya, Halka!"
"Heh! Ini udah hampir jam tujuh! Kita bakalan telat, es balok!"
"Aish, goblok banget sih lo!" Syakila melempar benda kecil yang ada di dashboard ke arah Halka. Cowok itu masih diam. Pandangannya lurus keluar jendela. Tanpa menoleh, tanpa berkata.
"Kerasukan nih bocah." Syakila bergumam bergidik ngeri. "Kalo gitu gue nggak bareng lo aja tadi!"
"Mana Bunda sama Ayah udah pergi lagi."
Syakila menyenderkan tubuhnya. Lelah sudah ia nyerocos sedari tadi. Halka pun masih tak kunjung bersuara atau bergerak juga.
"Udah?" tanya Halka baru membuka suaranya setelah bungkam beberapa menit.
Halka menoleh ke arah Syakila yang duduk di sampingnya. "Jangan banyak ngomong kalau mau cepat berangkat."
Syakila berdecak. Ia memutar tubuhnya menghadap Halka yang duduk di belakang kemudi mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALSYA [Selesai]
Teen Fiction‼️WARNING‼️ Cerita nggak jelas. Yang nggak suka lebih baik jangan baca. ✪✪✪✪ "Kita emang pasangan. Gue sebagai majikan, dan lo babu gue. Itu termasuk pasangan kan?" ✪✪✪✪ Syakila terpaksa menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya karena suatu ha...