"Sepertinya anda sedang hamil."
Halka langsung tersedak ludahnya sendiri, sedangkan Syakila melotot terkejut. Perempuan itu menegakkan tubuhnya kemudian memiringkan kepalanya dan menatap horor pada dokter Puji.
"Hamil?" beo Syakila memicing. "Siapa yang hamil?"
"Anda," Sang dokter menjeda ucapannya sebentar. "Prediksi saya, anda sepertinya hamil."
Syakila masih kebingungan, dia menoleh kembali ke arah Halka. "Kamu hamil, Halka?"
Dokter Puji langsung menepuk jidatnya. "Bukan seperti itu, nak. Yang saya maksud itu kamu. Mana mungkin suami kamu bisa hamil? Dia laki-laki."
"Oh..," Syakila angguk-angguk lalu membelalak saat sadar sesuatu.
"SAYA?! Saya hamil?!!"
"Kemungkinan seperti itu. Karena dari yang saya amati, keluhan suami anda sama seperti orang yang istrinya tengah hamil. Sindrom couvade namanya." jelas Dokter Puji.
"Untuk memastikan, coba kalian periksa ke dokter kandungan."
****
"Semuanya sudah kalian persiapkan?" tanya seseorang dengan pakaian cantiknya.
Orang-orang yang ada dihadapannya langsung mengangguk mantap, mereka adalah anak buahnya.
"Oke~" Orang itu menjeda ucapannya sebentar, memainkan kukunya lalu tersenyum smirk. Ia menolehkan kepalanya ke samping-tepat pada seorang gadis yang beberapa hari ini telah menginformasikan semua kegiatan sepasang suami-istri. "Kita mulai sekarang."
"Tunggu kematian lo...
...Syakila."
****
Seperti saran dokter Puji tadi, kini kedua sepasang suami-istri itu benar-benar berada di ruangan poli obgyn. Mereka ingin memastikan apa yang dikatakan Dokter Puji tadi bukan dugaan semata, melainkan kenyataan yang memang benar adanya.
"Apa yang anda lakukan?!" sentak Halka tiba-tiba saat sang dokter memegang kaos istrinya. Syakila yang sudah berbaring langsung terduduk kembali di brankar.
"Halka, apaan sih. Ini mau diperiksa ya Allah..." Perempuan itu memijat pelipisnya lalu memandang Halka jengah. "Lebai banget sih kamu."
"Lebai? Kamu bilang aku lebai?" Halka menggeleng tak percaya. "Sya, perut kamu mau dibuka gitu. Dia mau nglecehin kamu. Kalo dia apa-apain kamu gimana? Kalo kamu disakitin gimana?"
"Ck. Gimana bisa seorang dokter apa-apain pasiennya? Nggak mungkin lah, Halka!"
"Sya, mana kita tahu kalo orang ini jahat?" Halka berseru dengan memandang tajam sang dokter pria di sampingnya. "Aku nggak mau tau, ayo kamu turun. Kita pulang. Biar aku panggilan dokter ke apart aja. Jangan sama dokter ini."
"Bacot!" umpat Syakila tak sadar, membuat sang dokter terkejut. Begitupun Halka, lelaki itu tak kalah terkejutnya saat istrinya itu dengan mudah berkata yang tak layak. Dia langsung mengubah ekspresinya.
"Oke," angguk lelaki itu acuh. Wajah Halka pun berubah dingin membuat Syakila gelagapan dan langsung mencengkal lengan suaminya itu.
"Eh? Maaf-maaf. Nggak sengaja nyeplos aku tuh. Nih mulut nggak bisa direm apa!" Syakila menepuk bibirnya sendiri kemudian tersenyum canggung pada sang dokter. "Maaf dokter. Saya refleks berkata kasar."
Dokter bernama Andi itu mengangguk singkat, tersenyum kecil membuat Syakila terpana. Bagaimana tidak? Usia dokter pria itu masih sangat muda. Jika Syakila terawang, mungkin terpaut 6-7 tahun lebih tua darinya. Uhh, masih sangat muda untuk dihalalin kan?

KAMU SEDANG MEMBACA
HALSYA [Selesai]
Fiksi Remaja‼️WARNING‼️ Cerita nggak jelas. Yang nggak suka lebih baik jangan baca. ✪✪✪✪ "Kita emang pasangan. Gue sebagai majikan, dan lo babu gue. Itu termasuk pasangan kan?" ✪✪✪✪ Syakila terpaksa menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya karena suatu ha...