30. PANGGILAN SOPAN

3.5K 177 8
                                    

Syakila berjalan mengendap-endap ke arah dapur dimana ada Halka yang sedang sibuk entah apa. Gadis yang sudah menjadi istri itu berniat mengagetkan suaminya.

Tinggal satu langkah lagi, Syakila sudah siap menepuk kasar punggung Halka. Tangan gadis itu sudah melayang ke arah punggung cowok itu. Tapi,

"Ngapain?"

Halka berbalik sembari menodongkan pisau ke arah Syakila. Jika satu cm saja bergerak maju, pisaunya bisa menghunus perut Syakila.

Dan tentu itu membuat Syakila langsung membelalakkan matanya dan refleks memundurkan tubuhnya.

Halka yang sadar lalu melirik pisau yang dibawanya dan meletakkannya di pantry dapur. "Sorry."

Syakila meneguk ludah sembari mengerjap-erjapkan matanya syok.

"Sya," Halka mendekati Syakila dan memegang kedua lengan gadis itu.

Syakila mendongak menatap Halka yang lebih tinggi darinya. "Nggak," gelengnya tersenyum. "Gue kaget, Halka!!" sambungnya berteriak membuat Halka menurunkan tangannya dan beralih menutup kedua telinganya.

"Bisa jangan teriak?" tatap Halka datar menurunkan tangannya.

"Gue kaget!! Lo mau nusuk gue?!!" sungut Syakila nyalang.

Halka berdecak lalu mendekap tubuh Syakila. "Siapa suruh tiba-tiba ada di belakang gue?"

"Sorry. Gue nggak tau," sambung Halka melepas dekapannya lalu menangkup wajah Syakila dengan kedua tangan kekarnya. "Mau ngapain, hm?"

Syakila memanyunkan bibirnya sembari membuang pandangannya ke arah lain. Gadis itu bersedekap dada–merasa kesal dengan suaminya.

Halka menghadapkan wajah Syakila untuk menatapnya. "Maaf ya. Lo mau ngapain?"

Tidak ada angin, tidak ada hujan juga. Syakila tiba-tiba memeluk Halka yang membuat cowok itu mengerutkan keningnya.

"Kangen Bunda, Halka," cicit Syakila mempererat lingkaran tangannya di punggung Halka.

Halka membalas mendekap tubuh Syakila dengan dagunya yang menumpu di pucuk kepala istrinya.

"Nanti kita telpon. Mau makan bolu?" tanya Halka mengalihkan topik.

"Bolu?" beo Syakila mendongak menatap Halka.

Halka tersenyum tipis lalu mengangguk.

"Lo buat bolu?" tanya Syakila.

Halka mengangguk lagi.

"Bisa?"

Halka tak menjawab. Cowok itu mengangkat sebelah alisnya.

"Mana coba." Syakila meliukkan tubuhnya yang masih menempel di tubuh Halka untuk melihat bolu buatan cowok itu.

Karena tangan Syakila yang masih erat berada di punggung Halka, cowok itu memiringkan tubuhnya agar Syakila bisa melihat bolu yang dibuatnya.

"Lo tunggu di depan. Gue siapin bolunya." Halka mengangkat tubuh Syakila dan menggendongnya di depan. Spontan saja, kaki dan tangan Syakila segera melingkar di leher dan pinggang cowok itu.

Setelah mendudukkan Syakila di sofa, Halka kembali menuju dapur untuk mengambil bolu buatannya.

"Habisin." Halka meletakkan satu piring bolu coklat di pangkuan Syakila yang langsung diterima gadis itu dengan mata yang berbinar.

"Enak nggak ini?" tanya Syakila menunjuk bolu.

"Ngremehin," cibir Halka menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa. "Cobain dulu, baru berargumen," sambungnya menoleh menatap Syakila.

HALSYA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang