43. MATEMACINTA

3.1K 164 13
                                    

"GILA LO YA!!! Kenapa baru bilang sekarang??!"

"Gue lupa, Kil! Serius anjir! Gue bener-bener lupa."

"Terus gimana gue ngerjainnya, Rara??? Waktunya mepet banget goblok!" seru Syakila menggebu-gebu. Perempuan itu sangat geregetan pada Rara yang telat mengabarinya.

"Hahaha. Sori sori. Mending cepet kerjain. Semoga tangan lo nggak jempor ya. Bye, Kila. Muuuuaachh!"

"Ra, gue--"

Tut tut

"Aissh..." Syakila menjauhkan ponsel dari telinganya, menatap ponsel itu penuh kekesalan. "Bangsat si Rara! Awas aja besok!"

"Gimana bisa selesai?! Ini udah jam 9 malem, ya Allah...." Syakila memegangi kepalanya frustasi.

"10 lembar?? Yang bener aja itu guru!"

"Akhhhhh!!! Gue bisa gila karna tugas sekolah!!!"

****

Halka membuka pintu apartemennya. Lelaki itu baru saja pulang dari restoran--memantau usahanya yang kini akan melakukan pembangunan ke luar negeri untuk percabangan.

Tujuan pertama lelaki itu ketika tiba di apartemen adalah dapur. Tangannya segera mengambil gelas dan menuangkan air ke dalamnya. Halka menggeret kursi dan mendudukinya, lalu meneguk air itu dengan tenang.

Setelah selesai, kaki Halka berjalan menuju kamar. Ia ingin segera mandi agar tubuhnya kembali segar. Baru saja pintu terbuka setengah,

"Astaghfirullah," Halka sedikit terjengkit kaget.

Di balik pintu, dengan keadaan seperti orang gila, seorang Syakila berdiri dengan wajah frustasinya.

"Kenapa?" tanya Halka memasuki kamar membuat Syakila memundurkan langkahnya gontai.

Halka menatap horor istrinya.

"Rambut lo... habis kesetrum?" tanya lelaki itu polos.

Syakila menggelengkan kepala dengan lesu. Tanpa menjawab, perempuan itu membalikkan badan dan berjalan naik ke ranjang. Syakila kembali berkutat dengan tugasnya.

Halka mengernyit sebentar, lalu mengedikkan bahunya acuh. Lelaki itu kembali pada niatnya yang tertunda, yaitu mandi.

Tak membutuhkan waktu lama, Halka sudah keluar dari kamar mandi. Lelaki itu mengacak-acak rambut dengan handuk yang dikalungkan di lehernya. Halka kembali kaget saat melihat tempat tidurnya yang dipenuhi oleh buku-buku Syakila. Lebih parahnya lagi, istrinya itu menulis dengan posisi menungging di tengah-tengah ranjang.

"Akhh.. Nggak bakalan selesai ini mah!!" Syakila memekik frustasi. Tangannya meremas rambutnya sendiri.

"Udah ngringkes! Besok ulangan! Mana nggak paham materi ini lagi!! Syakila harus gimana, ya Allah...."

Halka mendekati Syakila. Lelaki itu mengacak gemas rambut istrinya lalu duduk di samping perempuan itu. "Butuh bantuan?"

Syakila menoleh dengan memanyunkan bibirnya. "Butuh banget, Halka. Huhuhuhu," adunya memelas.

"Tapi kamu mau bantu apa coba? Mau ngringkes? Tulisan kita beda, Halka.."

Halka mengambil salah satu buku, lalu menyodorkannya pada Syakila. "Mana yang nggak paham?"

Ah, iya! Perempuan itu sampai lupa kalau dirinya belum paham dengan materi matematika yang baru saja di bahas oleh guru.

"Bentar bentar, " Syakila membuka lembar demi lembar halaman LKS dan berhenti saat menemukan materinya. "Nah! Ini nih.. aku nggak paham ini."

HALSYA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang