19. KATANYA BONUS

4K 207 13
                                    

Sepasang mata gadis mengerjap-ngerjap saat mendengar suara adzan subuh. Gadis itu masih setengah sadar saat terbangun dari tidurnya. Syakila mengedarkan pandangannya, dan terhenti saat melihat Halka yang tidur dengan posisi duduk di ranjangnya. Dengan perlahan, Syakila mendudukkan posisi tubuhnya dan bersandar pada kepala ranjang.

"Halka?" panggil Syakila menjawil lengan Halka dengan telunjuknya.

"Halkaa?"

"Hmm?" Mata Halka membuka perlahan. Cowok itu mengucek matanya dengan sebelah tangan yang terkepal. Lalu, menegakkan tubuhnya dan fokusnya terhenti pada Syakila yang juga menatapnya.

"Udah bangun?" tanya Halka mengelus rambut panjang Syakila yang sedikit berantakan karena tidur, membuat gadis itu kaget.

"Kok lo di sini? Biasanya kan di sofa?" bingung Syakila lalu menggeleng saat pertanyaannya salah. "Maksut gue, lo tidur sambil duduk? Kenapa nggak tiduran langsung aja?"

"Udah tenang?" tanya Halka lagi tak nyambung membuat Syakila tambah bingung.

"Tenang? Maksudnya?"

Halka mengerutkan keningnya sejenak. Apa Syakila lupa tentang kejadian semalam? Apa dia lupa telah menangis semalaman dengan menyebut Bundanya terus? Apa gadis itu tidak sadar saat menangis?

"Lo semalam—" Halka mengatupkan bibirnya–tak jadi melanjutkan katanya lagi.

"Semalam kita belum makan kan?" tanya Halka mengalihkan pertanyaan. "Buruan wudhu, terus kita makan."

"Iya ya? Pantes laper," jawab Syakila menepuk perutnya sendiri.

"Solat dulu deh. Nanti gue masakin." Syakila mengacungkan kedua jempolnya sembari tersenyum lebar.

"Nggak usah, biar gue aja," sahut Halka cepat.

Syakila mendelik. "Emang lo bisa masak?"

"Bisalah."

"Emang iya?" tanya Syakila lagi tak percaya. "Gue nggak percaya. Nanti dapur malah jadi kapal pecah lagi," sinisnya.

Mendengar kata 'dapur' dan 'kapal pecah', Halka teringat kejadian semalam. Apa benar, Syakila tidak ingat?

****

"Sya."

"Hmm??" Syakila mendongak sembari mulutnya terus mengunyah makanan.

Halka benar-benar memasak sarapan pagi ini untuk mereka berdua. Syakila yang notabene-nya istri, tidak boleh ikut andil dalam memasak. Sedikitpun Syakila menyentuh barang-barang dapur, saat itu juga Halka akan mengancamnya.

"Kwenwapa?" tanya Syakila tak jelas karena mulutnya masih penuh dengan makanan.

"Telen dulu," titah Halka lalu memasukkan satu sendok terakhir ke mulutnya.

Syakila dengan susah payah mengunyah nasi goreng buatan Halka. Syakila akui, nasi goreng milik Halka sangat-sangat enak. Jauh berbeda dengan nasi goreng buatannya. Eh? Syakila menggeleng, nggak-nggak. Punyanya juga enak.

"Kenapa?" tanya Syakila lagi setelah nasi goreng di mulutnya sudah masuk ke tenggorokan.

Halka tak langsung menjawab. Cowok itu menatap Syakila intens yang membuat gadis itu mengerutkan keningnya.

"Kenapa, Halka?" tanya Syakila sembari menyuapkan sesendok nasi goreng ke mulutnya.

"Kalo ada masalah, cerita," ujar Halka pada akhirnya.

Syakila menghentikan kunyahannya sejenak lalu melanjutkannya kembali.
"Masalah? Masalah apa? Emang gue ad—"

"Gue suami lo, kalau lo lupa. Jangan di pendem sendiri," potong Halka. Lalu cowok itu bangkit dari kursinya meninggalkan Syakila yang masih sarapan.

HALSYA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang