"Bee,"
"Sayang,"
"Sya,"
Halka menggeram, ia mendengus kesal saat panggilannya dihiraukan oleh Syakila. Lihatlah, istrinya itu malah asyik membalas chat dengan senyum-senyum tak jelas.
"Asya," panggil Halka datar. Ia menekankan setiap pengejaannya.
"Asyakila.."
"Apaan sih, Halka!!" sungut Syakila ngegas. Ia menjawab tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari ponsel. "Diem dulu sih.. aku lagi balesin chat ini," lanjutnya lalu tersenyum sembari mengetik.
"Ck! Yaudah," rajuk Halka memalingkan wajah. Ia segera membungkus seluruh tubuhnya dengan selimut.
Tak berselang lama, setelah puas dengan kegiatannya, Syakila meletakkan ponselnya di nakas. Ia menoleh dan mengernyit saat melihat suaminya yang lagi-lagi kerubutan selimut.
"Halka,"
Tak ada jawaban. Hanya selimutnya saja yang bergerusuk menandakan Halka didalam sana yang bergerak.
"Kamu ngapain sih?"
Syakila mencoba membuka selimut Halka. "Jangan kerubutan gini ih! Nanti sesek Halka. Kamu nggak bisa nafas," peringatnya berusaha menarik selimut yang dikenakan Halka.
"HALKA! DIBILA--ngin issh!"
Syakila memukul lengan Halka begitu lelaki itu membuka selimut hingga pinggang, namun dia memiringkan tubuhnya membelakangi Syakila dan kembali membungkus kepalanya dengan wajah yang masih terlihat.
"Halka, kok diem aja sih~??" cemberut Syakila menggoyangkan tubuh Halka agar telentang menatapnya.
"Ih~ aku didiemin masa?"
"Halka, IH!!!"
"Ck!" Halka berdecak. Ia menyibak selimutnya hingga dada, tangan lelaki itu keluar. Halka tetap memiringkan tubuhnya membelakangi Syakila.
"Kamu cuekin aku lagi?" sendu Syakila menumpukan dagunya di lengan Halka.
"Kamu marah ya? Aku minta maaf."
"Halka, jangan diemin aku. Bicara dong~"
Syakila menekan pipi Halka namun dialihkan pelan oleh lelaki itu.
"Halka, aku salah ya? Aku minta maaf. Jangan cuekin aku, hiks."
Runtuh sudah pertahanan Syakila, perempuan itu terisak pelan sambil menenggelamkan wajahnya di lengan Halka.
"Aku minta maaf. Aku salah, Halka. Ayo bicara, jangan diem aja," bujuk Syakila menggoyangkan lengan Halka kembali.
"Halkaaa~"
Syakila nangis kejer, mau tak mau Halka membalikkan badannya. Ia bangun dari tidurnya lalu menuntun Syakila untuk tiduran.
"Udah puas chatnya?" Halka bertanya sambil mengangkat sebelah alisnya--terkesan menyindir.
Syakila bangun, menatap Halka dengan wajah sembabnya. "Hiks hiks."
"Berhenti nangis. Hapus air matanya," tunjuk Halka mengangkat dagunya.
Lelaki itu tak berniat membantu untuk mengusap air mata Syakila.Biarlah, biar Halka memberi peringatan pada istrinya itu.
Dengan gerakan pelan, Syakila mengusap kasar wajahnya sendiri. Ia menatap Halka sembari masih sesenggukan.
"Udah selesai?" tanya Halka datar, Syakila mengernyit kemudian menatap sendu Halka.
"Apanya yang selesai?" lirih Syakila berbicara pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALSYA [Selesai]
Teen Fiction‼️WARNING‼️ Cerita nggak jelas. Yang nggak suka lebih baik jangan baca. ✪✪✪✪ "Kita emang pasangan. Gue sebagai majikan, dan lo babu gue. Itu termasuk pasangan kan?" ✪✪✪✪ Syakila terpaksa menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya karena suatu ha...