"Sini belum, Sya."
Syakila mendongak lalu mengikuti arah pandang yang Halka tunjukkan di bawah. Saat ini gadis yang sudah menjadi istri itu tengah menyapu lantai. Dan, sedari tadi juga, Halka terus menunjuk-nunjuk sembari berkata 'sini belum, sini belum'.
Syakila yang sedang menyapu dekat sofa, menuruti ucapan Halka dan berpindah ke samping bufet dimana cowok itu menunjuk tadi.
"Belum bersih. Nih masih ada," tunjuk Halka menunduk ke bawahnya sembari sedikit mundur.
Syakila menghentikan aktivitas menyapunya. Ia memandang Halka datar. "Daripada gitu, mending bantuin."
Halka mengangkat sebelah alisnya. "Kan ada lo," jawabnya enteng.
Syakila membanting sapunya dengan kasar lalu menatap Halka nyalang. "Ya lo bantuin dong!! Dari tadi sini belum sini belum terus. Gue udah tujuh kali nyapu di sini, Halka! Emang kerjaan gue ini doang!"
"Ya udah. Selesaikan dulu nyapunya."
"Gimana mau selesai kalo lo aja nyuruh ngulang terus?" gemas Syakila frustasi.
"Ini tugas lo kan?" tanya Halka dengan enteng.
Syakila berkacak pinggang. "Heh! Sebagai pasangan harus saling membantu. Lo nggak ngapa-ngapain kan? Bantu gue beres-beres apa nggak bisa?!"
"Pasangan?" ulang Halka mengangkat sebelah alisnya.
"Lo bilang kita pasangan." Syakila bergantian menunjuk ke arah Halka lalu dirinya. "Lo suami, dan gue istri. Sebagai suami, lo harus bantuin istrinya dong!"
Halka terdiam kemudian menegakkan tubuhnya yang semula bersandar di bufet. Cowok itu bersidekap dengan kepala sedikit menunduk menatap Syakila yang lebih pendek darinya.
"Kita emang pasangan. Gue sebagai majikan, dan lo babu gue. Itu termasuk pasangan kan?"
Syakila membelalakkan matanya. "Kok gitu sih?!" tanyanya tak terima.
"Sekarang gini," Halka menjeda ucapannya sebentar sembari menurunkan kedua tangannya yang semula bersidekap. "Kalau ada atasan, pasti ada bawahan. Kalau gue atasannya, berarti lo itu?"
"Bawahan," sambung Syakila polos.
"Nama lain orang yang di suruh-suruh apa?" tanya Halka.
"Babu?" jawab Syakila memastikan, Halka mengangguk.
"Pembantu?" pancing Halka lagi.
"Babu."
"Dan lo itu?"
"Babu," jawab Syakila cepat dengan wajah polosnya.
"Pinter." Halka menepuk-nepuk pelan pucuk kepala Syakila yang membuat gadis itu tersipu malu.
Beberapa detik kemudian, Syakila mendelik sadar. Ia memandang Halka yang tersenyum miring.
"HALKA! GUE BUKAN BABU YA!!"
****
"Sya," panggil Halka. Syakila berdehem dengan mata terus fokus pada layar televisi. Sepertinya, gadis itu sedang suka sekali dengan drama-drama yang berbau Korea. Apa setiap cewek tergila-gila dengan korea-korea itu?
"Masih marah?"
Syakila menoleh. "Kenapa marah?" tanyanya balik.
"Nggak jadi," jawab Halka. Syakila mengerutkan keningnya sejenak lalu mengedikkan bahunya acuh dan matanya kembali lagi ke layar televisi.
Saat tayangan yang sedang asyik ditonton menampilkan iklan, Syakila menoleh ke arah Halka yang duduk di sampingnya. "Halka," panggilnya lirih.
Halka menoleh. "Hm??"
KAMU SEDANG MEMBACA
HALSYA [Selesai]
Teen Fiction‼️WARNING‼️ Cerita nggak jelas. Yang nggak suka lebih baik jangan baca. ✪✪✪✪ "Kita emang pasangan. Gue sebagai majikan, dan lo babu gue. Itu termasuk pasangan kan?" ✪✪✪✪ Syakila terpaksa menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya karena suatu ha...