18. TEMAN MINIM AKHLAK

4.4K 198 5
                                    

"Kil, lo inget anak sebelah yang waktu itu bareng kita?"

Syakila yang sedang menulis materi di papan tulis terhenti karena pertanyaan Karin. Bel pulang sekolah sudah berbunyi 15 menit yang lalu, namun Syakila masih berada di kelas untuk menyalin materi yang diberikan guru tadi. Jika anak lain di kelasnya hanya menjebret foto materi dan menyalinnya di rumah, berbeda dengan Syakila. Ia langsung menyalinnya saat itu juga. Karena kalau ditunda-tunda, dirinya akan beralibi: nanti aja, mapelnya masih minggu depan, begitu alasan Syakila.

"Yang mana?" tanya Syakila melirik Karin sekilas lalu melanjutkan lagi menulisnya yang sempat terhenti.

"Ohh..! Yang ganteng banget itu! Yang alisnya tebel, terus hidungnya mancung banget itu?" sahut Rara heboh.

"Pinokio kali hidungnya mancung banget," celetuk Syakila asal tanpa berhenti menulis.

"Yang kita ke kafe bikin tugas itu?" tanya Ela memastikan dengan mata yang fokus menyecroll ponselnya.

"Thats it!" jawab Karin antusias. "Lo tau, Kil? Pas gue nyoba chat orangnya, dia malah minta nomer lo!"

Sepertinya Ela tertarik dengan bahasan kali ini. Ia mematikan ponselnya dan meletakkannya di meja. "Dia suka Kila?" tebaknya dengan berbinar.

Pandangan Karin beralih ke Ela. "Maybe. Kalaupun iya, lo beruntung banget, Kil!" girangnya menunjuk Kila dengan ponsel yang masih di genggamnya. "Kita juga ikut beruntung karna kalo nanti kalian beneran jadian, cowok lo bakal gue suruh buat kenalin temen-temennya dia!!" lanjut Karin heboh.

"Wah, ide lo main juga, Rin." Rara menepuk kedua telapak tangannya bangga, sedangkan Karin membuka ponselnya kembali.

"Dia tanya nomer lo lagi nih, Kil. Gue belum kasih sih waktu kita chat-tan hari itu."

"Gue kirim sekarang lah. Mumpung lo juga ada di sini. Nanti kalo diajak ketemuan atau di tembak langsung kan kita nggak ketinggalan berita."

Karin mengetik sesuatu di ponselnya yang membuat Syakila langsung meletakkan bolpoinnya kasar. Gadis yang sudah menjadi istri Halka itu berdiri dari kursi dan mendekati Karin yang tak jauh darinya.

"Jangan coba-coba, Rin," tatap Syakila tajam.

"Loh, Kil. Kalo beneran jadian kan enak, Kil. Ganteng banget gitu," sahut Rara dengan wajah berbinar.

"Enak pala lo!" ketus Syakila. "Ambil aja sana buat lo!"

"Kan dia sukanya sama lo, Kil. Kalo suka gue, langsung gue sikat," balas Rara antusias.

Syakila berkacak pinggang menatap  Rara tajam. "Tau darimana dia suka sama gue?" sinisnya.

"Dari tatapan matanya~~" sahut Ela bernada.

"Dan dari perlakuan pas ketemu di kafe~~" tambah Rara menyambung.

"Juga dari chatnya yang minta nomer lo~~" Karin malah ikut-ikutan.

Syakila berdecak kesal. "Jangan ngirim nomer gue!"

"Nggak-nggak, Kil. Nih liat," ujar Karin menunjukkan ponselnya. "Belum, kan?" tanyanya.

"Awas aja lo sampe kirim." Syakila mengepalkan sebelah tangannya seperti akan menonjok ke arah Karin.

"Lo udah sama Halka sih ya?" sindir Rara, Syakila langsung menatapnya.

"Apaan sih!"

"Secara kan Halka sama cowok itu gantengan Halka. Pasti Kila sukanya sama Halka. Iya kan, Kil?" balas Rara menggoda.

"Mungkin aja tuh! Eh, siapa namanya cowok gantengnya, Rin?" tanya Ela.

"Namanya Langit," jawab Karin
"Wah! Ceklis dua orangnya!" Karin memekik heboh. "Oke tinggal nunggu dibaca," sambungnya mengangkat kedua alis seolah menggoda ketiga temannya.

HALSYA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang