35. PERINGATAN

3.3K 167 7
                                    

"Ka! Ribut-ribut apaan tuh, Ka!!" seru Wendi heboh menunjuk ke arah kerumunan di koridor kelas 12.

"Ka! Brenti dulu napa!" Wendi menahan tangan Halka dan berusaha membalikkan tubuh cowok itu. "Liat dulu itu ribut apaan," ajaknya heboh.

Seperti biasa, seorang Halka tidak akan penasaran atau ingin tau apa yang sedang terjadi. Cowok itu tetap melanjutkan langkahnya menuju kelas. Namun,

"Eh iya. Itu Syakila IPA 2 kan ya? Dia Dibully?"

Suara yang baru masuk ke telinga Halka berhasil membuat cowok itu berhenti melangkah.

Dugh

"Anjir!" umpat Wendi ketika tubuhnya menabrak punggung Halka yang tiba-tiba berhenti. Cowok itu memundurkan langkahnya lalu maju kembali menjajarkan dirinya di samping Halka. "Ka---"

"Ada apa?" Suara datar Halka membuat ucapan Wendi berhenti dan berhasil membuat dua gadis yang kebetulan ada di samping mereka menoleh kaget.

"Eh?" beo salah satu gadis itu gugup. "I-itu, katanya Kila dibully," ujarnya terbata-bata melirik ke arah kerumunan.

Halka menatap datar kedua gadis itu sedangkan Wendi mengernyit bingung. "Kila? Dibully? Siapa Kila?" tanya Wendi memang tak kenal.

"Itu, Syakila anak---"

Ucapan salah satu dari gadis tadi terhenti saat Halka tiba-tiba berbalik dan berjalan tergesa-gesa mendekati kerumunan.

Wendi yang heran lantas memutar kepalanya sedikit menoleh ke belakang tanpa membalikkan badan. "Eh Halka! Mau ngapain lo?!" teriak cowok itu bingung.

"Cewek-cewek," Wendi tersenyum lebar ke arah dua gadis tadi. "Abang Wendi nyusulin Halka dulu ya? Jangan kangen," ucapnya mengedipkan sebelah matanya sebelum berbalik.

"Bye-bye, cewek cantik," pamit cowok itu berlari sembari melambaikan tangannya genit ke arah dua gadis tadi.

Salah satu dari mereka mengernyit lalu mengedikkan bahunya jijik. "Iyuuh. Nggak level," ujarnya membuat teman yang ada disebelahnya menoleh.

"Wendi juga oke," celetuk gadis satunya tersenyum.

Gadis yang memandang jijik Wendi tadi menatap aneh temannya. Tangannya mengibas-ngibas di depan wajah temannya. "Jauh hei dari Halka."

"Emang," jawab temannya. "Nggak dapet Halka, Wendi pun jadi."

Sedangkan langkah Halka terhenti saat kerumunan itu sudah ada di depan matanya. Ia tidak dapat melihat tubuh istrinya sebab orang-orang yang sangat rapat mengerubungi kerumunan itu. Hanya para gadis yang berdempetan, tidak ada laki-laki.

"Ka! Lo ninggalin gue sih!" kesal Wendi menepuk pundak Halka setelah berhasil menyusul.

"LO SIAPA HAH?!!"

Pekikan gadis terdengar nyaring. Wendi menggeleng-gelengkan kepalanya saat para gadis yang mengerubungi malah bersorak-sorak heboh.

"Pada arisan apaan nih ciwi-ciwi?" gumam Wendi berkacak pinggang.

"Semua minggir." Suara berat dan datar dari Halka berhasil membuat sebagian orang yang berkerubung di paling belakang menoleh ke arahnya.

"Kak Halka?" Gadis dengan kacamata yang bertengger diwajahnya sedikit mundur dari kerumunan itu. "Ada yang dibully, Kak," lanjutnya memberi tahu.

"Beneran ada yang ngebully?? Siapa yang dibully??" tanya Wendi heboh.

"It-itu--"

"Lo kelewatan ya! Gue nggak terima temen gue diginiin!!"

HALSYA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang