Di pagi buta begini, remaja yang telah berstatus menikah itu dibuat panik oleh suaminya. Siapa lagi jika bukan Syakila. Perempuan itu kelabakan sendiri saat Halka bolak-balik ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya. Dan, seperti yang dikatakan Halka kemarin, lelaki itu tak mengeluarkan apapun, hanya cairan bening yang terus-terusan dikeluarkan oleh Halka.
"Halka, kamu kenapa muntah terus sih? Kamu sakit beneran ini! Masuk angin? Atau jangan-jangan..., kamu keracunan!" pekik Syakila tertahan sembari memijat tengkuk suaminya.
"Ck! Apaan sih, Sya."
Crassssss
Huekk
Huekk
"Nahkan nahkan! Muntah lagi kan?" gemas Syakila hingga tak sadar ia memijat tengkuk Halka terlalu kuat.
"Sakit, sayang. Kamu apaan sih!"
Halka segera menepis pelan tangan istrinya, berbalik badan lalu dengan tiba-tiba menjatuhkan kepalanya di pundak Syakila.
"Dada kamu empuk, Sya."
Syakila melotot terkejut. Ia langsung mendorong tubuh Halka yang membuat lelaki itu langsung sempoyongan karena dorongan Syakila yang cukup kuat. Untung saja, Halka langsung berpegangan pada wastafel.
Syakila menatap lelaki itu dengan horor. Ia refleks menyilangkan kedua tangannya di dada.
Apa kata Halka? Dadanya empuk? Maksudnya? Maksudnya yang empuk itu tet---aishh, lupakan!
"Kenapa di dorong?"
Syakila bergidik ngeri saat suara yang masuk di telinganya terdengar seperti rengekan.
Oh ayolah. Gimana ceritanya Halka bisa berubah se-drastis ini? Kenapa Halka jadi bersikap manja dan seperti bocil sejak kemarin? Wah, itu sangat di luar nalar!
"Sya, kenapa aku di dorong?" rengek Halka semakin menjadi. Lelaki itu bahkan melengkungkan bibirnya ke bawah--seolah dia hendak menangis.
"Salah makan obat apa ya?" gumam perempuan itu heran, kembali bergidik ngeri saat Halka mengerjap imut.
"Sya," Kaki tegap Halka perlahan maju--berniat mendekap istrinya, namun
Huekk
Halka langsung membekap mulutnya. Kembali menghadap wastafel dan memuntahkan cairan yang sama. Syakila dibuat melotot dan langsung menepuk-nepuk punggung suaminya.
"Kamu kayaknya keracunan. Ayo kita periksa!"
Halka langsung menoleh, "Nggak, Sya," tolaknya cepat sembari mematikan kran. Lelaki itu kemudian menegakkan tubuhnya. "Nggak mau ke dokter. Aku---"
"Bodoamat. Aku nggak terima bantahan!" potong Syakila langsung menyeret Halka.
****
Syakila tetap konsisten dengan niatnya. Meskipun Halka terus menolak sembari merengek tak jelas, perempuan itu berhasil membawa suaminya ke sebuah gedung yang mungkin cukup banyak di kunjungi orang.
Rumah sakit, di sinilah mereka. Duduk di kursi untuk menunggu giliran dipanggil oleh resepsionis.
"Sya---
Pasien atas nama Halka Pratama silahkan masuk
"Nah tuh. Giliran kita!" Syakila langsung berdiri dan menarik tangan Halka, membuat lelaki itu menghela napas kasar karena ucapannya kembali terpotong.
Cklek
"Permisi.. Selamat pagi menjelang siang dokter," sapa perempuan itu cepat padahal pintu baru saja terbuka setengah.
Sang dokter langsung menoleh dan tersenyum,. "Pagi... Silahkan masuk," titahnya ramah membuat Syakila mengangguk dan buru-buru menarik Halka agar ikut masuk.
"Perkenalkan dokter, nama saya Asyakila Untari, bisa dipanggil Kila. Tujuan saya ke sini untuk mengajak suami saya periksa pada Bu dokter," perempuan itu membungkuk sekilas lalu tersenyum.
Ceritanya, ia sedang mempraktekkan gaya perkenalan bak orang-orang Korea. Bedanya perempuan itu memakai bahasa Indonesia.
"Halka, ikutin," perempuan itu berbisik, menyikut lengan Halka. "Ikutin kayak aku tadi."
"Apaan?!"
"Eh, kok nyolot?!" Syakila melotot pada Halka membuat lelaki itu cemberut.
Sang dokter geleng-geleng kepala sembari tersenyum. Beliau berkata hingga kedua remaja itu kembali mengarah padanya.
"Mari, silahkan berbaring. Akan saya periksa dulu ya."
"Cepetan ke sana," titah Syakila sedikit ngegas.
Halka pun menuruti meskipun dalam hatinya ia kesal. Tangan lelaki itu menarik lengan istrinya agar ikut bersama.
Setelah Halka benar-benar berbaring, sang dokter yang cukup berusia itu mendekat, membuat Syakila sedikit menggeser tubuhnya, perempuan itu kesal. Oh ayolah.. kenapa Halka terus mencengkal tangannya coba?
"Maaf, boleh di buka sedikit bajunya?"
Intrupsi sang dokter hendak menyingkap kaos yang dikenakan Halka. Namun lelaki itu lebih dulu menepisnya membuat sang dokter terkejut.
"Ini punya istri saya," ucap Halka dingin, kemudian menatap sang istri dengan wajah melas. "Sya, masa dia mau intipin yang udah jadi milik kamu," rengeknya pada Syakila membuat perempuan itu melongo.
"Dia mau pegang punya kamu, Sya."
Heh? Apa-apaan Halka ini???
Perempuan itu meringis malu, menatap sang dokter canggung lalu berkata,
"Maaf Bu dokter, suami saya rada aneh akhir-akhir ini. Periksa aja Bu dokter. Nggak usah ditanggepin. Kalau perlu paksa aja!" ujar Syakila menggebu di akhir kata.
"Sya, kok gitu sih?"
Oh, ya ampun...
Lihatlah, suaminya itu kembali menekuk wajahnya. Dan sialnya, membuat Syakila gemas ingin mencekik.
"Cuma diperiksa Halkaaa," gemas Syakila, hingga ia meremat pelan tangan Halka saking geregetannya.
"Silahkan Bu dokter, lanjutin periksanya," Syakila mempersilahkan, sang dokter pun mengangguk.
Setelah beberapa menit Halka diperiksa, mulai dari mata, mulut, detak jantung dan lain-lain, kini sepasang suami istri itu dipersilahkan duduk untuk mendengar pesan sang dokter.
Dokter wanita ber-namtag Puji itu bertanya, "Apa ada keluhan lain selain mual?"
"Nggak ada Bu dokter. Halka cuma mual tapi anehnya nggak keluar makanan. Masa yang keluar cairan bening? Beruntung kalau cairan emas. Bisa dijual kan Bu dokter? Jadi untung!" cerocos Syakila tak ada malunya.
"Kalian sudah lama menikah?" tanya sang dokter kembali.
Halka dan Syakila spontan menoleh--saling menatap satu sama lain lengkap dengan kerutan di dahi mereka masing-masing. Kemudian Syakila kembali menatap sang dokter lalu mengangguk dua kali.
Dokter Puji tersenyum kemudian mengangguk.
"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Nak Halka tidak keracunan seperti dugaan anda. Setelah saya periksa pun, tak ada masalah di tubuhnya. Baik pencernaan ataupun lainnya."
"Lah, terus? Halka kenapa Bu dokter?"
Syakila langsung bertanya cepat, sedikit heran dan khawatir akan kalimat yang diucapkan Dokter Puji.
"Tidak apa-apa. Mungkin anda bisa periksa ke dokter kandungan supaya lebih jelas apa keluhan anda," tutur Dokter Puji mengarah pada Halka.
"Hah? Maksudnya?!" bingung Syakila terkejut. "Kenapa ke dokter kandungan segala?"
Dokter Puji menatap Syakila, lalu mengarah lagi pada Halka. Beliau memperhatikan keduanya lalu berkata,
"Sepertinya anda sedang hamil."
****
~Tbc~
KAMU SEDANG MEMBACA
HALSYA [Selesai]
Teen Fiction‼️WARNING‼️ Cerita nggak jelas. Yang nggak suka lebih baik jangan baca. ✪✪✪✪ "Kita emang pasangan. Gue sebagai majikan, dan lo babu gue. Itu termasuk pasangan kan?" ✪✪✪✪ Syakila terpaksa menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya karena suatu ha...