Syakila membalikkan sedikit badannya saat mendengar suara seseorang yang tiba-tiba. Seorang cowok sudah berdiri tepat di sampingnya dengan kedua tangan yang masuk kedalam saku celananya. Cowok itu memandang taman yang tadinya dipandang Syakila juga.
"Ngapain lo?!" tanya Syakila sewot.
Halka menoleh, mengangkat sebelah alisnya yang ditujukan ke Syakila.
"Kenapa setuju?" tanya Halka memutar badan sepenuhnya menghadap Syakila. Tangannya beralih bersidekap.
Syakila memutar bola matanya malas. Ia kembali memandangi taman yang membuat rasa sedihnya sedikit menurun.
"Lo sendiri, kenapa setuju?" Syakila balik menanyai Halka.
Halka memutar badannya ke depan kembali. Tangannya turun masuk ke dalam saku. Bedanya, hanya jari jempolnya saja yang masuk ke dalam saku celananya.
"Gue tanya, nggak usah balik tanya."
Syakila berdecak. Ia menoleh dan sedikit mendongakkan kepalanya karena Halka yang tinggi.
"Males lah. Nggak ada gunanya juga jawab pertanyaan lo," cibir Syakila kembali memandangi taman.
"Gue malah nggak tau kalo mau dijodohin. Tau-tau bokap gue bilang kalo lo mau nikah sama gue," ujar Halka datar masih menghadap ke taman.
Syakila mengerutkan keningnya. Ia mengangkat kedua tangannya, mengabsen jari-jarinya saat mendengar perkataan Halka.
"Empat.... tujuh... sembilan..." gumam Syakila menghitung deretan jari-jari.
"Kenapa lo?" gidik Halka melirik saat mendengar gelagat Syakila yang aneh.
"Hah?" Syakila menoleh dan menghentikan kegiatannya. "Lo hebat. Baru kali ini gue denger lo ngomong lebih dari 10 kata."
"Berapa tadi gue itung ya?" Syakila menekuk jari-jarinya–mengingat kembali hitungannya.
"16 kata lebih kalo nggak salah. Daebak!" Syakila mengacungkan kedua jempolnya dan tersenyum lebar.
Senyum Syakila memudar seketika. Senyum lebar itu terganti dengan raut wajah galak.
"Lagian gue nggak tanya alesan lo nerima perjodohan ini. Gue nggak butuh jawaban lo!"
Halka memutar bola matanya malas. Ia memutar tubuhnya menghadap Syakila sepenuhnya. Cowok dengan kemeja putih bercampur hitam itu merendahkan sedikit tubuhnya–menjajarkan tingginya dengan tinggi Syakila.
Posisi mereka sangat dekat saat ini. Syakila mengerjap-ngerjapkan matanya saat merasa hembusan napas Halka yang menerpa wajah mungilnya.
"Balik. Udah ditunggu yang lain," ujar Halka pelan dengan raut wajah datarnya.
Syakila terdiam sesaat. Tubuhnya seakan mati kutu saat ini. Dengan kesadarannya, Syakila tersenyum manis. Tangan kanannya mengepal–sudah siap untuk menonjok wajah cowok menyebalkan yang kini masih berada dekat di depan wajahnya.
Satu.. Syakila menghitung dalam hati.
Halka masih belum menjauhkan wajahnya.
Dua..
Cowok itu masih tak beraksi juga.
Tiga!
Bugh
Tidak. Tangan Syakila bukan menonjok wajah menyebalkan Halka. Melainkan tangan kanan yang terkepal itu justru terkurung dalam genggaman Halka.
Syakila mencoba melepaskan cengkalannya. Namun, nihil. Kekuatannya berbanding terbalik dengan kekuatan Halka.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALSYA [Selesai]
Teen Fiction‼️WARNING‼️ Cerita nggak jelas. Yang nggak suka lebih baik jangan baca. ✪✪✪✪ "Kita emang pasangan. Gue sebagai majikan, dan lo babu gue. Itu termasuk pasangan kan?" ✪✪✪✪ Syakila terpaksa menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya karena suatu ha...