26. HALKA BENAR-BENAR MARAH?

4.3K 176 13
                                    

"Halka berhenti!"

"Stop Halka please."

Halka menghentikan langkahnya saat Syakila menghadang jalannya dengan kedua tangan yang direntangkan. Halka memandang datar Syakila yang tampak ngos-ngosan karena langkah lebar cowok itu.

Syakila menarik napas panjang sebelum akhirnya mengatakan, "please.. jangan salah paham, Halka."

Perkataan Syakila membuat Halka mengangkat sebelah alisnya.

"Jangan salah paham. Itu nggak sengaja. Tadi Gino—" Ucapan Syakila terhenti saat Halka melewatinya begitu saja. Bahkan, cowok itu tak mengatakan apapun.

Syakila berdecak. Ia berbalik dan berlari menyusul Halka lagi.

"Halka, please, dengerin dulu!" kesal gadis itu berusaha menyamai langkah Halka.

"Halka, berhenti!!" Syakila memeluk tubuh Halka dari belakang. Tangan gadis itu melingkar di perut Halka. Entahlah, Syakila merasa tidak tenang karena kejadian di ruang OSIS bersama Gino tadi. Syakila takut Halka akan marah dan menganggap dirinya tidak menghargai keberadaan cowok itu.

"Dengerin dulu, Halka. Lo jangan salah paham," lirih Syakila menenggelamkan wajahnya di punggung Halka.

Halka menghela napas kasar lalu melirik ke bawah dimana tangan Syakila berada. "Lepas," ujarnya dingin.

Halka dapat merasakan Syakila yang menggeleng di punggungnya.

Tak menghiraukan kata Halka, gadis itu memejamkan matanya seraya mengeratkan tangannya di perut suaminya. "Please.. denger penjelasan gue dulu ya?"

"Nggak ada yang perlu dijelasin. Gue udah tau," jawab Halka cuek.

Syakila kembali menggeleng. Tangannya terus melingkar di perut Halka walaupun cowok itu berusaha melepaskannya.

"Halka—"

"Weh, Halka di peluk siapa tuh?!"

"Cewek gatel pasti!"

"Halkanya aja cuek."

"Murahan banget ceweknya. Berani banget peluk Halka."

"Nggak tau aja si Halka kayak gimana."

"Anak baru kali? Adik kelas?"

Tangan Syakila mengendur perlahan dari perut Halka. Gadis itu menjauhkan wajahnya dari punggung Halka dan melihat sekeliling. Syakila menepuk dahinya sadar. Ia lupa kalau saat ini masih menunjukkan waktu istirahat.

Saking takutnya Halka marah, hingga gadis itu melupakan bahwa banyak pasang mata yang sudah melihat dirinya memeluk Halka.

"Eh itu anak IPA 2 kan?!"

"Itu Kila?"

"Anak kelompok ilmiah itu bukan sih?"

"Kila bukannya sama Gino?"

"Pas itu gue pernah liat bareng Halka juga sih."

"Emang dasarnya murahan."

"Pasti Halka di pelet tuh! Nggak terima gue!"

"Pada ngeghibah ajaaa!!! Bubar sana! Bubar!!" Wendi mengusir anak-anak yang berbaris di koridor menonton Halka dan Syakila.

"Dosa wei, dosa! Inget azab lo pada!"

"Ih, apaan sih lo. Ikut-ikutan aja," cibir salah satu gadis diantara mereka.

Wendi mendelik lalu menunjuk kening gadis yang baru saja mengajaknya bicara. "Nggak nyadar neng? Lo juga ikut-ikutan ngurusin orang," ucap cowok itu sewot.

HALSYA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang