Apa yang biasanya dilakukan seorang pelajar di malam hari?
Jawabannya belajar.
Salah satu jawaban itu yang sangat masuk akal. Begitu juga dengan Halka yang sibuk dengan buku-buku tebal dihadapannya.
Berbeda dengan Halka yang belajar, Syakila justru tengkurap sembari memainkan ponselnya di kasur. Entah apa yang membuat gadis itu tidak belajar seperti suaminya. Padahal, besok pun bukan hari libur sekolah.
Syakila mengubah posisinya menjadi duduk. Gadis itu tampak mengerutkan keningnya sembari jari telunjuknya berada di dagu. Sedang berpikir? Pastinya. Gadis itu memang sedang berpikir.
"Halka," panggil Syakila menurunkan kakinya dari ranjang dan mendekati Halka yang ada di meja belajar.
Mata Halka yang sedang fokus membaca buku, teralih pada seseorang yang memanggilnya. Cowok itu mengangkat sebelah alisnya untuk menanggapi.
"Lo kan pinter. Mau tanya nomer 2 dong." Syakila menyodorkan ponselnya ke arah Halka. Cowok itu sedikit menegakkan tubuhnya ke atas karena posisi ponsel Syakila yang tinggi.
Halka menurunkan tangan Syakila yang memegang ponsel hingga menumpu di meja. Satu tujuannya. Supaya lebih jelas mengamati soal Syakila.
Dengan tiba-tiba, Syakila menarik tangannya membuat Halka mendongak.
"Eh nggak jadi deh. Gue kan masih marah sama lo," ujar gadis itu membuat Halka mengerutkan kening.
Batin Halka berkata, marah harus bilang?
Syakila memandang Halka yang hanya diam lalu beralih ke ponselnya yang menampilkan soal-soal berangka. Gadis itu mendongak sekali lagi–memastikan batinnya untuk melanjutkan bertanya atau tidak.
"Jadi nggak?" tanya Halka.
Syakila menggeleng. "Nggak usah! Gue masih kesel sama lo!" sungutnya membalikkan badan hendak kembali ke kasur. Namun, Halka lebih dulu menahan tangannya.
"Kesal kenapa?"
"Ya kesel! Lo kan nyebelin," cibir Syakila membuang muka ke arah lain.
"Nyebelin gimana sih, Sya??" tanya Halka meraih sebelah tangan Syakila lagi dan menghadapkan gadis itu ke arahnya.
"Gue tanya nyebelin gimana, hmm??"
Syakila berdecak. Kalau begini, nanti dia akan baper lagi oleh perlakuan Halka. Lebih baik menghindar.
"Pikir sendiri!" ketus gadis itu melepas paksa kedua tangannya yang dipegang Halka.
Sebelum ditahan lagi, Syakila bergegas menjauh dari Halka. Belum juga selangkah maju, Halka kembali menahannya. Bukan di tangan. Cowok itu menarik ujung piyama Syakila hingga gadis itu kembali mundur.
Halka terus menarik Syakila hingga gadis itu terduduk di pangkuannya. Tangan cowok itu bahkan melingkar di tubuh Syakila. Alhasil tangan Syakila pun terkepung oleh tangan kekar Halka. Tak hanya itu, di bawah sana, kaki Halka menyilang didepan kaki Syakila untuk mengunci pergerakan gadis itu agar tak lari.
"Marah kenapa, Sya?" tanya Halka menumpukan dagunya di bahu Syakila.
"Nggak tau! Lepas!" jawab Syakila ketus. Tangannya mencoba melepas pelukan Halka yang melilit tubuhnya. Pelukan belum juga terlepas, ia meronta kasar membuat Halka sedikit melonggarkan dekapannya.
Sudah bagus tadi longgar, Halka malah kembali mengeratkan tangannya di tubuh Syakila. "Lepas, Halka. Ihh lepas!!"
Halka melepas tangannya yang semula melilit Syakila. Tapi, tangan cowok itu masih berada di kedua lengan istrinya. Kaki di bawah sana, juga belum bergerak membuka. Halka masih memangku Syakila.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALSYA [Selesai]
Teen Fiction‼️WARNING‼️ Cerita nggak jelas. Yang nggak suka lebih baik jangan baca. ✪✪✪✪ "Kita emang pasangan. Gue sebagai majikan, dan lo babu gue. Itu termasuk pasangan kan?" ✪✪✪✪ Syakila terpaksa menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya karena suatu ha...