Syakila mengerjap-ngerjapkan matanya saat merasakan benda keras menindih tubuhnya. Gadis itu membuka matanya lebar saat Halka tiba-tiba mendekapnya meskipun dengan posisi tertidur.
"Halka," cicit Syakila memanggil.
Tak ada pergerakan dari cowok itu. Syakila melirik jam di nakas yang menunjukkan pukul 04.35, yang artinya adzan subuh sudah terlewat.
Syakila bergidik saat hembusan napas cowok itu menerpa kulit wajahnya. Gadis itu mendorong sedikit tubuh Halka untuk menjauh lalu memindahkan tangan cowok itu yang ada di pinggangnya.
Syakila menggoyangkan lengan Halka untuk membangunkan cowok itu. "Halka, bangun."
Halka masih terlelap.
"Halka, bangun ih!" Syakila lebih kencang menggoyangkan lengan Halka.
"Ehhmmm???" Halka membuka matanya perlahan lalu menatap Syakila dengan mata yang mengerjap-erjap.
"Bangun, solat."
"Hm??" Halka menyugar rambutnya ke belakang seraya memejamkan mata. "Iya," jawab cowok itu dengan suara serak khas bangun tidur.
Syakila mengubah posisi tidurnya menjadi duduk lalu melirik Halka yang masih terbaring.
"Ayo, bangun solat."
"Iya, Sya," jawab Halka mendudukkan tubuhnya lalu menyandarkan kepalanya di kepala ranjang.
"Ck. Bangun ih," decak gadis itu menarik lengan Halka agar tetap duduk.
"Ini udah bangun, Asya."
Syakila menggeleng. "Emang bangun, tapi jangan nyender gitu. Nanti tidur lagi malah."
Syakila menarik kembali lengan Halka untuk turun dari ranjang. Gadis itu menuntun Halka hingga masuk kamar mandi.
"Cuci muka dulu."
Baru saja Syakila ingin mengatakan itu, namun Halka seolah mengerti apa yang akan dikatakannya.
Syakila mengangguk dan mengangkat jempolnya seraya tersenyum.
Istri Halka itu berbalik namun menghentikan langkahnya tiba-tiba seolah teringat sesuatu.
Syakila menatap Halka yang sedang menyikat giginya.
"HALKA! Kenapa kita masuknya malah barengan?!!"
Halka melirik Syakila sekilas dari kaca besar yang ada di depannya. Cowok itu tetap melanjutkan kegiatannya menyikat gigi, lalu membuang busa pasta gigi yang dihasilkan oleh mulutnya ke wastafel.
Merasa diacuhkan oleh Halka, Syakila mendekat ke arah wastafel.
"Lo kenapa masuk kamar mandi, Halka?!!" pekik Syakila tepat di telinga Halka.
Uhuk uhuk
"Eh, eh?" Syakila panik ketika Halka tersedak air kran saat berkumur. Gadis itu langsung meletakkan tangannya di punggung Halka dan menepuknya perlahan.
Halka menegakkan tubuhnya lalu menyeka air yang ada di sekitar mulutnya menggunakan tangan. Cowok itu menyampingkan badannya menghadap Syakila.
"Jangan teriak-teriak, Asya."
Syakila meringis lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Sorry," nyengirnya merasa bersalah.
Raut wajah Syakila kembali berubah.
"HALKA! Lo keluar sekarang!! Ngapain ikut mas–mmmhhh." Ucapan Syakila tak jelas karena Halka membekap mulutnya.
Halka berdecak. "Baru juga dibilangin untuk jangan teriak."
KAMU SEDANG MEMBACA
HALSYA [Selesai]
Teen Fiction‼️WARNING‼️ Cerita nggak jelas. Yang nggak suka lebih baik jangan baca. ✪✪✪✪ "Kita emang pasangan. Gue sebagai majikan, dan lo babu gue. Itu termasuk pasangan kan?" ✪✪✪✪ Syakila terpaksa menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya karena suatu ha...