Setelah berusaha keras membujuk Halka, akhirnya permintaan Syakila disetujui oleh lelaki itu. Syakila diperbolehkan Halka untuk kembali bersekolah.
Kangen. Perempuan itu sangat merindukan teman-temannya. Ia sangat tak sabar ingin segera melakukan tingkah konyol bersama Karin dan Rara karena Halka yang selalu tak mengijinkannya untuk sekolah.
Sudah satu minggu lebih Halka terus mengurungnya dan bersikap wanti-wanti kepada Syakila, membuat perempuan itu jengah dan suntuk karena tak diperbolehkan melakukan kegiatan apa-apa.
"KILAAA!! Omaigattt! Lama banget lo ijin??" heboh Rara memeluk Syakila.
"Lo pasti liburan ya?" tuding Karin menatap penuh selidik. "Honeymoon kan lo?!"
"Sutttt, mulut lo, Karin," peringat Syakila menekankan. "Jangan kencang-kencang napa ngomongnya."
"Hehehe, sorry." Karin menyengir. "Tapi, lo beneran honeymoon? Lo buat anak sama Halka?"
"Ngawur!" Syakila menjitak kepala Karin tiba-tiba membuat sang empu mengaduh.
"Tangan lo, Kil. Batu banget," Karin menggosok kepalanya dengan cemberut. "Perasaan tangan lo dulu nggak sekeras itu."
Syakila mengedikkan bahu. "Bodo. Udah ah. Gue mau masuk," acuhnya. "Heh, ngapain lo nemplok terus sama gue??" sewot perempuan itu mendelik menatap Rara yang masih terus menggelendotinya.
"Hehehe," Rara meringis lalu menyengir. "Efek nggak ketemu lo seabad, Kil," ucapnya tak santai.
Syakila menatap aneh Rara. "Hiper lo!" sengaknya lalu menyingkirkan tubuh Rara yang menghalangi pintu masuk kelas.
Syakila berjalan menuju bangkunya.
"Ela?" Syakila mengernyit, ia menatap bingung temannya yang duduk di bangku yang biasa ditempatinya.
"Ela duduk sama gue, Kil. Dia di bangku lo selama lo nggak masuk," jelas Rara berjalan menghampiri, diikuti Karin setelah ia berhasil meneriaki salah satu guru yang dikenal sangat friendly.
"Sekarang Kila udah masuk, lo nggak papa balik ke tempat lo lagi, La?" tanya Rara, Ela mengangguk--langsung berpindah tanpa berbicara.
Syakila merasa heran. Ia bingung pada salah satu temannya itu. Tak biasanya Ela suka berpindah-pindah duduk, kecuali jika memang peraturan kelas yang menyuruh untuk duduk bergantian setiap harinya.
Tapi, sudah sebulan yang lalu peraturan itu tak dipergunakan kembali. Apa Ela sudah mau berganti-ganti tempat? Jika iya, pasti seru kalau peraturan kelas kembali diberlakukan. Dengan begitu, Syakila bisa duduk di pojok kelas tanpa ketahuan guru kalau ia sedang bermain game dalam pelajaran.
Wah! Perlu kasih tau ketua kelas kalau begini!
"Loker lo penuh, Kil," Karin bersuara membuat Syakila langsung menoleh dan tersadar. "Setiap hari kayaknya ada yang taruh barang di loker lo. Nggak tau itu siapa," beri tahu gadis itu. "Lo ada penggemar rahasia?"
Kening Syakila berkerut, sedetik kemudian ia menggeleng. "Penggemar rahasia? Siapa?"
"Ya kalau kita tau kenapa nanya lo segala?!" sahut Rara tak santai. Ia mendorong pelan Syakila agar duduk dan meletakkan tasnya. "Kenapa lo nggak masuk-masuk sih, Kil?? Kurang lengkap bacotan kita kalau nggak ada lo."
"Bacotan mulu lo mikirnya. Ngegibah?"
Karin memutar kursi depan untuk dihadapkan ke meja Syakila dan Rara. Kemudian gadis itu duduk menyenderkan punggungnya dengan angkuh.
"Tapi serius, loker lo penuh dengan surat dan bunga. Lo selingkuh ya dari Halka?" tuduh Karin menunjuk wajah Syakila meskipun jauh.
"Kaki lo, Rinn," Rara menendang betis Karin yang langsung membuat sang empu menurunkan salah satu kakinya dari meja. "Nggak ada sopan-sopannya lo. Bentar lagi masuk dodol!"
KAMU SEDANG MEMBACA
HALSYA [Selesai]
Teen Fiction‼️WARNING‼️ Cerita nggak jelas. Yang nggak suka lebih baik jangan baca. ✪✪✪✪ "Kita emang pasangan. Gue sebagai majikan, dan lo babu gue. Itu termasuk pasangan kan?" ✪✪✪✪ Syakila terpaksa menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya karena suatu ha...