[Special Part Full Sudut Pandang Halka Putra Pratama]
Di masa remaja yang masih menempuh pendidikan, hal yang tak terduga berhasil mengubah status gue.
Menikah.
Satu kata yang menggoyahkan hati gue. Terkejut? Itu sudah pasti.
Nggak pernah disangka, gue akan menikahi seorang gadis, terlebih lagi dia satu sekolah dengan gue. Seorang gadis yang menurut gue cukup aktif di ekskul Kelompok Ilmiah--kegiatan yang sejak kecil sudah menjadi kesukaan gue. Karena disana, banyak kegiatan yang mengarah pada pratikum, dan gue paling suka dengan yang namanya eksperimen.
Asyakila Untari, nama itu cukup unik. Asya...? Mungkin gue lebih suka panggil itu daripada Kila. Nggak ada alasan buat gue, intinya gue lebih mudah gunain panggilan itu.
Saat itu, gue kaget banget saat kedua orang tua gue tiba-tiba jodohin gue. Mereka sama sekali nggak bicara atau minimal ngasih tau gue tentang pernikahan itu. Dan.., ya. Mau nggak mau gue harus iyain di depan mereka. Jika ada yang berpikir gue nggak nolak, itu salah besar! Setelah gue antar Asya ke rumahnya, gue sempat adu mulut dengan bokap gue--menentang perjodohan konyol itu habis-habisan.
Tapi.., entah karena apa, gue akhirnya ngalah dan nurutin kemauan Papa. Mama pun sempat bilang, gue harus nikahin Asya karena gadis itu akan ditinggal orang tuanya ke luar negeri untuk bisnis, dan dia nggak ada saudara dekat yang bisa menjaganya. Makanya, gue diberi amanah untuk menjaga Asya. Supaya nggak fitnah sekalian dinikahkan, gitu kata Mama.
Nggak mudah menjalin hubungan dengan Asya. Apalagi, gue sebelumnya orang yang anti cewek. Bukan gay, gue masih suka lubang! Ya..., hanya saja gue berpikir cewek itu ribet, contohnya nyokap gue sendiri.
Lama-kelamaan, gue nyaman sama Asya. Dia cerewet, bar-bar dan..., gue nggak bisa sebut lagi. Intinya istri gue itu unik. Hah, istri gue?
Saat lagi adem-ademnya, Asya cari masalah. Gadis itu dengan tak ada sopannya ciuman sama cowok lain. Dan parahnya cowok itu adalah sang wakil ketua OSIS--yang jelas-jelas seharusnya memberi contoh yang baik.
Gue juga nggak tau gimana perasaan gue waktu itu, pengen rasanya nyeret Asya atau nonjok muka cowok itu. Karena saat itu, pikiran gue sedang kacau-kacaunya karena penilaian buruk yang tamu berikan tentang masakan di restoran gue. Padahal, sebelumnya pun itu nggak pernah terjadi. Tamu yang datang di restoran gue selalu puas, baik dari masakan ataupun pelayanannya, karena gue emang kerja keras untuk itu.
Kalau aja si Wendi nggak buka pintu OSIS, mungkin mereka udah berbuat lebih kali ya?
Tapi nggak mungkin, Asya nggak mungkin melakukan hal yang kelewat batas. Gue percaya itu. Gue percaya, Asya akan menjaga dirinya, untuk gue mungkin? Hm..?
Intinya dia nggak akan melakukan itu, karena istri gue orang yang alim. Meskipun gue dengar, teman-teman di kelasnya sesat semua.
Dan.., itu terbukti. Dia benar-benar nggak sengaja ciuman sama cowok wakil OSIS yang gue aja nggak tau siapa namanya. Cih, bukan ciuman. Jelas-jelas Asya cerita kalau kejadian itu karena wakil OSIS yang kakinya terbelit bendera ekskul.
Bodoh! Ceroboh banget cowok itu sampai bisa modus untuk cium pipi istri gue.
Tapi gue juga bahagia, gue lega akhirnya bisa mengungkapkan apa yang gue rasa. Gue udah terbiasa dengan adanya Asya, gue udah sayang bahkan cinta dengan istri gue. Apalagi, saat Asya berusaha untuk menghilangkan bekas ciuman cowok wakil OSIS di pipinya saat itu.
Sumpah, sangat aneh! Bisa-bisanya Asya kepikiran untuk menghilangkan bekas ciuman dengan air dan bunga yang jenisnya ada tujuh.
Air mata? Gue nggak bisa nahan senyum saat gadis gue setuju dengan apa yang gue saranin. Benar-benar konyol.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALSYA [Selesai]
Ficção Adolescente‼️WARNING‼️ Cerita nggak jelas. Yang nggak suka lebih baik jangan baca. ✪✪✪✪ "Kita emang pasangan. Gue sebagai majikan, dan lo babu gue. Itu termasuk pasangan kan?" ✪✪✪✪ Syakila terpaksa menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya karena suatu ha...