"Sya."
Syakila yang sedang meniriskan tempe dari wajan ke piring, menoleh ke belakang saat Halka memanggilnya.
"Apa?"
"Sambalnya manis."
"Hah?" Syakila langsung membalikkan seluruh badannya. "Sambelnya manis?" kernyit gadis itu mengulang kata Halka.
Cowok itu mengangguk sembari memasukkan sesendok nasi ke mulutnya.
"Masa sih manis?" heran Syakila mendekati meja makan dengan sepiring tempe goreng di tangannya. "Gue belum incip sih. Perasaan tadi sedikit deh kasih gulanya. Biasanya juga nggak manis."
"Coba aja sendiri," ucap Halka setelah menelan makanan.
Syakila mengerutkan keningnya. Ia meletakkan piring yang berisi tempe goreng di samping sambal. Lalu tangannya meraih sendok dan menjumput sedikit sambal di ujung sendoknya.
"Nyam-nyam-nyam. Nggak manis tuh," kecap Syakila setelah sambal sudah mengenai lidahnya.
"Manis banget, Sya."
Syakila mendelik aneh. "Ini nggak manis, pedes gini juga."
"Manis. Cobain lagi aja," balas Halka kekeuh.
"Ihh, orang pedes gini juga."
Syakila mengambil sambal sedikit lebih banyak dari sebelumnya. Sebelum mencicip kembali gadis itu memicing curiga. "Lo ngerjain gue?"
"Siapa yang ngerjain? Coba diincip lagi," tunjuk cowok itu mengedikkan bahu.
Syakila memandang ragu sambal yang ada disendoknya. Ini memang sedikit, bahkan sangat sedikit. Sambal yang diambilnya hanya ada di ujung sendoknya saja. Tapi kembali lagi, Syakila tetaplah Syakila. Yang tidak tahan dengan rasa pedas. Tadi saja lidahnya sudah merasa pedas, apa kabar ini yang ditambah lagi?
Dengan perlahan, Syakila memasukkan sepucuk sambal di ujung sendok yang digenggamnya. Ia menyecapnya dengan teliti, dan,
"Huwaaa!!! Pedes, Halka!!!" Syakila memekik kepedasan sembari membuang sendoknya asal di meja. "Pedess!!" imbuhnya segara meraih gelas dan menuang air sampai penuh.
Glek
Glek
Glek"Huahh." Syakila meletakkan gelasnya dengan lega. Lalu ia mengelap bibirnya menggunakan punggung tangan.
"Tuh kan! Lo ngerjain gue, Halka!!" sungut Syakila sembari menatap Halka nyalang.
Cowok itu malah terkekeh.
"Sukur. Makanya kalau di suruh makan bareng nurut. Nggak usah alasan mindah tempe atau lain-lain," omel Halka menarik kursi di sebelahnya menggunakan kaki. Lalu cowok itu meraih tangan Syakila dan menyuruh untuk duduk.
Syakila tak menolak. Ia duduk di kursi sebelah Halka yang sudah ditarik tadi oleh cowok itu supaya lebih dekat. Bibir gadis itu mencebik–merasa kesal dengan ulah suaminya.
"Suka banget bikin gue kesel," gerutu Syakila merengut. "Sambelnya nggak manis kan?! Itu pedes, Halka! Apanya yang kurang pedes!?"
"Emang manis, Sya. Gue ngerasain manis banget."
"Manis dari mananya?! Lidah lo lidah apa sih sebenernya?!"
Halka tersenyum tipis lalu menarik kembali kursi yang diduduki Syakila menggunakan kedua tangannya agar semakin lebih dekat. Cowok itu memegang bahu Syakila membuat gadis itu mengalihkan pandangannya ke samping.
Syakila masih kesal dengan Halka. Tak tahu kah cowok itu jika dirinya paling tidak tahan dengan pedas?
Sejenak Halka memandang istrinya dalam diam. Kemudian cowok itu meraih pipi istrinya agar gadis itu menoleh padanya. Menepis, itulah yang Syakila lakukan agar tetap mempertahankan posisi kepalanya walaupun sempat melirik ke Halka.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALSYA [Selesai]
Teen Fiction‼️WARNING‼️ Cerita nggak jelas. Yang nggak suka lebih baik jangan baca. ✪✪✪✪ "Kita emang pasangan. Gue sebagai majikan, dan lo babu gue. Itu termasuk pasangan kan?" ✪✪✪✪ Syakila terpaksa menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya karena suatu ha...