Syakila menahan Rara--menyuruh gadis itu berhenti berlari dan menetralkan napasnya sejenak.
"Ra, ajaran lo sesat banget njir."
"Hahaha. Biarin aja, Kil. Gue yakin banget, Karin pasti udah kek mak-mak komplek yang kehilangan BH-nya. Panik-panik emosi gitu."
"Nggak kebayang kayak gimana mukanya anjir! Hahaha." Rara tertawa terbahak-bahak membuat Syakila menatap horor sahabat satunya itu.
"Udah ah! Pulang aja yuk," ajak Syakila menarik tangan Rara, namun, gadis itu menahannya agar tidak berjalan.
"Eh, bentaran goblok! Lo mau ninggalin Karin sendirian?"
"Lah?"
Rara menggertak giginya gemas lalu mengangkat kresek wadah sepatu tepat di depan wajah Syakila. "Balikin sepatunya dulu, zeyeng. Mau di tuduh maling lo?"
"Cepetan ah, ayok! Gue mau manja-manja sama Halka beb," Syakila mengangkat sebelah alisnya sombong membuat Rara memutar bola matanya malas.
****
"Mbak, yang bener aja? Masa saya disuruh ngepel??"
Karin tak terima, wajah gadis itu memelas. "Mbak, ayolah mbak. Temen saya pasti balikin sepatunya. Saya yakin itu."
"Lalu, dimana temanmu itu?" sahut karyawan tadi, terdengar sinis ditelinga Karin membuat gadis itu mengumpat dalam hati.
"Sebentar lagi datang, Mbak." Karin mencoba meyakinkan, meskipun dirinya sendiri juga tidak yakin. "Kita tunggu dulu ya, Mbak?"
"Tidak bisa. Anda harus segera mengepel toilet umum ini," Karyawan itu menunjuk lantai dan alat pel yang dipegang Karin secara bergantian. "Atau mau saya panggilkan satpam langsung?"
Mata Karin membola. Enak aja! Main ngancem-ngancem nih orang!
"Gimana kalau nunggu teman saya dulu?" rayu Karin tak hilang akal. Bagaimana pun caranya jangan sampai dirinya harus ngepel toilet mal. Dikiranya emang tukang bersih-bersih?!
"Tidak bisa kak."
"Lo kayaknya seneng bener kalau gue ngepel?" Karin mulai terpancing emosi, menatap jengah karyawan sepatu di depannya. "Ada niatan lain kan lo?" tuduh gadis itu memicing.
"Maksud anda apa?" Karyawan itu bertanya sedikit sewot. Seperti tidak terima atas perkataan Karin.
"Ya jelas-jelas lo nyuruh gue ngepel! Emang nggak ada yang lain?"
"Itu salah anda. Kenapa mencuri barang di tempat kami?"
Karin menggeleng, menatap tak percaya sang karyawan. "Ngajak gelut ya lo?"
"Siapa yang ingin bergelut dengan anda?" jawab karyawan itu tak ingin kalah.
"Bangs—"
"KARIN!"
Menoleh. Gadis itu dengan cepat menggerakkan kepalanya ke asal suara. Matanya membola kala melihat dua orang yang ada diluar toilet--perlahan mendekat hingga membuat wajah Karin melongo.
"Bego lo berdua! Darimana aja kalian?!" semprot Karin langsung saat Syakila dan Rara telah di hadapannya.
Namun bukan mereka berdua namanya jika tak cengengesan. Lihatlah, mereka berdua dengan tak berdosanya membawa lima pasang sepatu diluar nalar. Mau tau?
Syakila memakai sepatu yang jelas-jelas belum dibayar dikedua kakinya. Oh, bukan hanya di situ. Bahkan, manusia yang sudah tak perawan itu juga mengenakan sepatu hasil rampokan di kedua tangannya. Sungguh gila bukan?
Begitupun dengan Rara. Gadis itu juga sama seperti Syakila. Bedanya, satu pasang sepatu lagi dikalungkan di lehernya. Mana tali sepatunya yang dibuat rantainya lagi. Gila!
KAMU SEDANG MEMBACA
HALSYA [Selesai]
Teen Fiction‼️WARNING‼️ Cerita nggak jelas. Yang nggak suka lebih baik jangan baca. ✪✪✪✪ "Kita emang pasangan. Gue sebagai majikan, dan lo babu gue. Itu termasuk pasangan kan?" ✪✪✪✪ Syakila terpaksa menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya karena suatu ha...