"Turun di sini?"
Syakila langsung menoleh ke arah Halka yang memberhentikan mesin mobilnya tepat di depan halte yang jaraknya dekat dengan sekolah.
"Kan biasanya sampe parkiran," bingung Syakila.
"Lo turun di sini."
Deg! Jadi ucapan Halka tadi bukan pertanyaan, melainkan pernyataan yang mengharuskan Syakila keluar dari mobil cowok itu. Syakila di usir?
"Kok—" Syakila tak bisa melanjutkan katanya. Ucapannya seakan tertahan saat Halka membukakan sealbet gadis itu.
"Lo turun di sini. Ada barang yang harus gue ambil di apart," ujar Halka dengan nada dinginnya setelah membukakan sealbet Syakila.
"Kita ambil dul—"
"Nanti telat. Lo masuk duluan," sela Halka mengalihkan pandangannya kembali ke depan.
Syakila terdiam. Hatinya terasa sedikit sesak karena sikap Halka yang dingin. Tak seperti biasanya, Halka yang menyebalkan memang sudah kembali ke sifat aslinya. Yang dingin, datar, dan cuek.
"Halka, lo marah sama gu—"
"Cepat turun, Sya. Gue mau ambil barang sekarang."
Lagi dan lagi. Hati Syakila seakan teriris mendengar kata Halka. Halka berbicara masih dengan nada dinginnya. Bahkan, cowok itu tak mengalihkan pandangannya ke Syakila saat bicara. Halka mengusirnya? Apa Halka marah dengannya? Tapi, apa yang membuat Halka bersikap berbeda dari biasanya kepada Syakila?
"I-iya. Gue turun sini." Syakila membuka pintu mobil Halka dan keluar dari mobil hitam cowok itu.
Setelah Syakila keluar, mobil hitam Halka berbalik melesat ke arah lawan sekolah.
Sejak classmeeting hari itu, Halka tidak pernah lagi menurunkan Syakila di luar sekolah. Hari itu adalah pertama dan terakhir kalinya Syakila turun di luar sekolah. Dan kali ini, Halka menurunkan Syakila di halte? Padahal dulunya jika gadis itu minta turun, Halka selalu menghalanginya. Namun, apa yang dilakukan cowok itu sekarang? Halka bahkan menurunkan Syakila tanpa permintaan gadis itu.
Syakila menatap nanar mobil Halka yang terlihat mengecil. Gadis itu menggigit bibir bawahnya takut.
Takut.. jika Halka benar-benar marah kepadanya.
"Kil!"
Syakila langsung menoleh ke arah orang yang baru saja memanggil.
"Kenapa, Gin?"
Iya. Orang yang baru saja memanggil Syakila adalah Gino–wakil ketua OSIS SMA Angkasa. Cowok itu menyembulkan kepalanya di pintu kaca mobil yang telah ia buka.
"Lo kenapa masih di sini? Bareng gue aja masuknya. Ayo!" teriak Gino melambaikan tangan–menyuruh Syakila masuk ke mobilnya.
Syakila menggeleng. "Nggak. Lo duluan aja," tolaknya setengah berteriak karena jarak mereka yang sedikit jauh dan suara bising kendaraan lain yang berlalu-lalang.
Terlihat dari luar, Gino memasukkan kembali kepalanya lalu menutup kaca mobilnya. Cowok itu membuka mobil dan keluar menghampiri Syakila.
"Lo bareng gue aja masuknya. Ayo." Gino sudah menggandeng tangan Syakila membuat gadis itu mau tak mau mengikuti langkah Gino.
"Tapi—"
"Udah. Keburu gerbangnya di tutup."
Gino membuka pintu mobil penumpang lalu menyuruh Syakila untuk masuk. Setelah menutup kembali pintu mobil cowok itu mengitari mobilnya untuk menuju ke kursi kemudinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALSYA [Selesai]
Teen Fiction‼️WARNING‼️ Cerita nggak jelas. Yang nggak suka lebih baik jangan baca. ✪✪✪✪ "Kita emang pasangan. Gue sebagai majikan, dan lo babu gue. Itu termasuk pasangan kan?" ✪✪✪✪ Syakila terpaksa menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya karena suatu ha...