"Eh si Kila bener hamil ya?"
"Emang hamil cewek itu."
"Ih, tau darimana lo?"
"Lihat aja sih.. lihat! Kenapa dia pakai jaket? Dan tuh liat! Kenapa juga dia pegangin perutnya? Di ig juga ada foto nikahnya!"
"Eh-eh, apa jangan-jangan hamil sebelum nikah lagi."
"Eh, iya! Lo bener! Pasti dia hamil duluan terus ngaku-ngaku kalo itu anaknya kak Halka."
"Iya! Secara kan kelasnya emang bar-bar, melebihi kelas IPS!"
Begitulah kira-kira bisikan-bisikan yang terdengar saat Syakila berjalan di lorong sekolah. Jemari perempuan itu lantas terangkat dan dengan segera mencengkeram seragam putih milik suaminya, membuat Halka yang juga berjalan bersisihan langsung berhenti melangkah dan sedikit menunduk melihat istrinya.
"Ingat yang aku bilang, nggak usah di dengar," bisik Halka kembali mengingatkan namun Syakila semakin meremas seragam lelaki itu hingga timbul garis-garis tak terbentuk.
"Aku takut.." cicit Syakila semakin merapatkan tubuhnya pada Halka. Melirik sekeliling siswa-siswi yang berkerubung di lorong menuju kelas 12 IPA 2, kelas Syakila.
Jengah terhadap situasi, Halka segera melepaskan tangan istrinya, lalu menarik lembut Syakila agar ikut dengannya. Sebelum itu ia menyuruh salah satu orang yang entah siapa untuk mengambil toa yang biasanya berada di ruang OSIS. Halka menyuruh siswa itu dengan memberinya sedikit ancaman karena sempat berasalan untuk menolak.
"SEMUA, MOHON PERHATIANNYA."
"Halka, mau ngapain?"
Syakila beringsut takut, semakin menyembunyikan tubuhnya pada Halka yang tiba-tiba mengajaknya menuju ke tengah lapangan yang digunakan untuk upacara. Bahkan, sang suami bercakap menggunakan pengeras suara yang tadi sempat dimintanya pada seorang adik kelas. Syakila merasa Halka seperti ingin mengumpulkan para makhluk yang ada di SMA Angkasa.
"DENGARKAN BAIK-BAIK. SAYA, HALKA PUTRA PRATAMA INGIN MEMBENARKAN BERITA YANG ADA."
"Wuihh, Halka pakai toa segala, Rin!" seru Rara heboh ketika ia berhasil mendesak-desak kerumunan dan telah ada di barisan paling depan untuk melihat sahabatnya.
Karin yang melihat itu lantas menatap ke depan tepat pada Syakila dan Halka. Lalu beralih mengedar disaat siswa-siswi semakin berkumpul dengan riuh.
"Kak Halka mau ngapain ya?"
"Mungkin dia mau bilang kalo itu emang bukan anak dia."
"Bener sih. Paling kak Kila ngaku-ngaku tuh! Makanya kak Halka mau nikahin dia."
"Heh! Mulut lo mau gue tambal?!" sentak Rara dengan mata melotot tajam. Enak saja dia mengatai sahabatnya yang tidak-tidak.
"Baru adek kelas aja belagu! Sini lo ulangi di depan muka gue langsung!" imbuh Rara menatap sengit kedua adik kelas cewek yang malah semakin berbisik-bisik dengan menatap dirinya.
"Wah! Malah nggremeng sendiri nih duo cunguk! Ayo ngomong yang keras sama gue! Jangan mundur begitu!"
Karin berdecak sebal. Ia menarik lengan Rara yang sedang berkacak pinggang hingga tubuh sang empu berbalik menghadapnya.
"Nggak usah sok jagoan untuk ngasih tau ke mereka."
Rara mendelik kaget.
"Loh kenapa, Rin? Mereka itu udah ngatain sahabat kita. Gue nggak bakalan terima dong. Heh! Ayo coba ulangi lagi apa yang lo berdua sebut tadi!" todong Rara kembali menghadap dua adik kelas itu--menatapnya dengan amarah dan ketidaksukaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALSYA [Selesai]
Teen Fiction‼️WARNING‼️ Cerita nggak jelas. Yang nggak suka lebih baik jangan baca. ✪✪✪✪ "Kita emang pasangan. Gue sebagai majikan, dan lo babu gue. Itu termasuk pasangan kan?" ✪✪✪✪ Syakila terpaksa menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya karena suatu ha...