46. MENGANGGAP MEREKA

2.7K 146 13
                                    

"Jelasin sekarang."

Kepala Syakila mendongak, menatap bergantian dua teman sekelasnya yang kini sudah duduk tepat di hadapannya.

"Tunggu apa lagi?" Salah satu gadis menatap sinis Syakila, seakan mendesak istri Halka itu untuk segera bersuara.

"Mendadak bisu lo? Nggak punya mulut?"

"Jaga mulut lo," tegur Halka dengan suara dinginnya. Mata lelaki itu menatap tajam gadis yang baru saja berbicara tak sopan pada istrinya.

"Jelasin ke kita, Kil. Gue sama Karin udah buntutin lo dari keluar toko perhiasan," ujar gadis yang satu lagi.

Yap! Dua orang yang ada di hadapan Syakila sekarang adalah Karin dan Rara. Dua gadis itu juga yang kini membuat Syakila diam tak berkutik--merasa sangat susah untuk berkata-kata.

"Masih nggak mau jelasin?" desak Karin lagi. "Oh~ berarti bener, lo ada apa-apa sama Halka. Atau mungkin lo goda-goda Halka sampai bisa masuk ke apartemennya?"

"Tau pintu keluar?"

Karin langsung beralih menatap Halka saat lelaki itu bertanya. Gadis itu mengernyit bingung. "Kenapa?"

"Silahkan pergi dari sini."

"Apa maksudnya?!"

Karin beranjak dari duduknya dengan kasar, wajahnya terlihat sangat marah.

"Lo ngusir gue? Mau ngapain lo sama Kila? Oh! Gue tau sekarang. Seorang Halka yang dicap anak baik-baik ternyata brengsek sama perempuan. Ini sifat asli lo?"

Karin beralih menatap Syakila. "Lo juga sama. Gue nganggep lo sahabat, tapi ini yang lo lakuin?"

Rara gelagapan, gadis itu meraih tangan Karin untuk kembali duduk. Ia sangat takut tatapan tajam dari Halka yang mengarah bergantian pada dirinya dan juga Karin.

"Rin, dud---"

"Lo diem, Ra!" sentak Karin ke Rara. "Kalau nggak membantu mending nggak usah ngomong!"

Tangan Karin terulur menunjuk Syakila. Namun dengan segera, Halka menepisnya hingga manik Karin dan lelaki itu bertemu, saling menatap tajam.

"Apa?!" Karin menatap nyalang ke arah Halka. Seakan lupa jika dirinya kini juga takut dari tatapan lelaki itu yang mematikan. "Mau main lo sama Kila?! Mau--"

"Cewek gue nggak serendah itu!" sela Halka penuh penekanan. Matanya menyorot manik Karin begitu dingin--terlihat sangat menakutkan bagi orang yang ada di dalam apartemen.

"Sya, masuk kamar," titah Halka dingin tanpa mengalihkan pandangannya dari Karin.

"Tap---"

"Bener kan?! Ngapain segala pakai masuk kamar?!" Karin menyela ucapan Syakila, menatap istri Halka penuh kecurigaan.

"Sya--"

"DIEM SEMUA!!" teriak Syakila nyaring membuat semua pasang mata mengarah pada perempuan itu. "Kenapa pada bacot sih?!"

Syakila menatap ketiganya. Mulai dari Halka, lalu beralih ke Rara dan berhenti di Karin.

"Gue mau jelasin. Karin, duduk lo!" perintah Syakila ngegas--mengisyaratkan Karin dengan dagunya untuk duduk.

Mau tak mau, Karin menuruti ucapan Syakila. Ia kembali duduk meskipun hatinya terasa dongkol.

"Halka," panggil Syakila membuat laki-laki itu langsung menatapnya. "Mending kamu ke kamar aja. Ini urusan aku. Biar aku yang jelasin ke mereka."

"Aku bisa," lanjut perempuan itu mantap--meyakinkan Halka saat menyadari tatapan sang suami.

"Ini urusanku. Santai aja, aku pinter adu bacot sama mereka. Makanan setiap hari itu di kelasku," imbuh Syakila terkekeh.

HALSYA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang