9. PERTANYAAN

3.8K 198 8
                                    

"Syakila!"

Suara panggilan itu membuat Syakila yang berhenti melangkah dan segera menoleh.

"Apa?!" sewot Syakila.

Karin mendelik. "Idih, ngegas amat, neng. Nih minum lo. Gue cari kemana-mana malah nggak ada," ujarnya menyodorkan air mineral dingin.

Syakila tak berniat mengambil, ia hanya mengamati botol yang di sodorkan Karin.

"Nggak usah deh. Pedes gue udah ilang," tolak Syakila membuat Karin melongo.

"Lah. Katanya ped—"

"Woi!"

Syakila dan Karin langsung menoleh. Di samping mereka sudah ada Rara dan Ela yang tampak ngos-ngosan.

"Kil, lo habis darimana sama Halka?" tanya Rara menyelidiki.

"Halka?" beo Karin dan Ela bersama.

Rara mengangguk. "Tadi lo langsung ditarik gitu aja sama Halka kan waktu lo kepedesan? Terus si Karin baru nyari minum buat lo," tanyanya.

"Hah?" beo Syakila. Ia bingung harus menjawab apa. "Ah, masa? Emang kenapa sih?" Syakila menggaruk tengkuknya kikuk.

"Berarti iya! Lo ada hubungan apa sama Halka?" tanya Rara penuh selidik. "Tadi pagi juga, pas lo baru brangkat dan mau ganti seragam."

"Hubungan apa sih? Kalian aneh-aneh deh." Syakila memajukan kaki kanannya hendak melangkah menghindari pertanyaan itu. Dengan sigap Rara menarik Syakila agar kembali ke tempat semula.

"Jangan ngehindar! Gue sekarang yang tanya, ada hubungan apa lo sama Halka?"

"Emang bener Kil, lo pacaran sama Halka? Gimana bisa? Halka kan susah di deketin." Ela kini memberi pertanyaan membuat Syakila semakin bingung.

Tidak mungkin kan ia cerita kalau dirinya akan menikah dengan Halka? Bisa heboh satu sekolah jika ia memberi tau tentang perjodohan ini. Apalagi, mulut mereka seperti ember bocor yang airnya bleber kemana-mana.

Lagipula, mereka hanya sebatas teman. Yang pergi setelah merasa bosan. Ingat itu baik-baik!

"Kila!"

Huh selamat. Syakila menghela napas lega saat suara tak asing memanggilnya.

Syakila menoleh, begitupun ketiga temannya yang sedari tadi mengintrogasinya. Seorang lelaki menghampiri ketiganya yang membuat pembicaraan mereka seakan hilang ditelan angin.

"Kenapa, Gin?" tanya Syakila pada Gino–wakil ketua OSIS.

"Wih, lo menang lomba ya. Selamat, Kil," ujar Gino tersenyum, Syakila jadi salah tingkah sendiri

"Ah elah. Lomba makan krupuk segitu pake dikasih selamat segala."

"Nggak papa lah. Mengharumkan nama kelas tuh," balas Gino terkekeh.

"Lain kali nanti kasih sekantinnya juga, biar gue habisin," gurau Syakila.

Gino tertawa terbahak. "Pasti. Nanti kalo kita nik—"

"Ekhem."

Entah kebetulan atau bagaimana, ketiga nyamuk di antara Syakila dan Gino berdehem kompak. "Di sini masih ada kita ya," sindir Karin.

"Iya-iya. Dunia serasa milik berdua," goda Rara menimpali.

"Yang lain ngontrak deh," tambah Ela.

"Duluan ya, Kil," Karin melambaikan tangannya pergi, ditambah matanya yang mengerling jahil. Diikuti juga oleh Rara dan Ela.

"Eh kalian--!!" Syakila melotot ke arah ketiga temannya yang sudah menjauh.

"Gue--gue juga duluan mau ke kelas." Syakila gugup sendiri saat berdekatan dengan Gino.

HALSYA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang